Akan ke Manakah Negeriku? Tidak Ada Ruang Kebijaksanaan Bagi Pemimpin di Masa Kini

Selasa, 3 September 2024 19:58 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Pemimpin bangsaku di masa ini tidak lagi memberikan kontribusi bermakna untuk rakyatnya, kepentingan-kepentingan pribadi dan kelompok tertentu lebih mereka dahulukan dari kebutuhan rakyat dan negaranya.

Akan kemanakah negeriku?

Pertanyaan-pertanyaan membayang dalam kepala-ku ketika tulisan ini mulai dirangkai. Negeriku sedang dilanda orang-orang seperti belatung mengerogoti bangkai, negeriku sedang di persimpangan jalan, pemimpin bangsaku yang akan habis masa diteriaki penjahat, sementara pemimpin bangsaku yang baru juga mempunyai wakil dari seorang anak yang diteriaki penjahat.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kenapa diteriaki penjahat? Banyak pengamat politik dan akademisi menilai bahwa ia telah menjalankan proses politik yang kotor, politik dinasti, kemiskinan, hutang luar negeri, membangun IKN (Ibu Kota Negara) yang baru di Kalimantan program yang tidak ada dalam program dirinya ketika mencalonkan diri, mengeyampingkan masyarakat adat dalam proses pembangunan IKN. Para Dewan Rakayat (DPR) justru menggigit tuannya sendiri (menjadi musuh rakyat), keadilan semakin jauh, kesengsaraan rakyat terus mendekat.

Ketika tulisan ini dituturkan, aku sedang melihat-melihat rekaman seorang Tan Malaka, ia dijuluki bapak republik oleh Muhammad Yamin, ia merupakan tokoh asal Pandan Gadang, Payakumbuh (lihat Idiriyanto https://esi.kemdikbud.go.id/wiki/Tan_Malaka).

Ia juga dikenal mempunyai ideologi kiri dari pemikiran Marxsisme yang pasti bertolak belakang dengan kapitalisme para penjajah bangsaku ketika ratusan tahun berlalu. Tan Malaka menghadirkan dirinya sebagai orang yang tumbuh dan menyubur untuk rakyat, perlawanannya dihadirkan ketika melihat rakyat menjadi budak di negerinya sendiri.

Selain rekaman mengenai Tan Malaka itu, aku telah merekam tokoh bangsa Indonesia lainnya dalam kepalaku dari bebergai literatur, pikiranku selalu membandingkan tokoh bangsa dahulu dengan tokoh-tokoh politik dan pemimpin negeri di zaman ini (sekarang 2024 M). Tidakk ada ruang kebijaksanaan bagi pemimpin dimasa ini, pemikiran mereka tentang bangsa Indonesia tidak pernah mendekati para Founding Father itu, melainkan melenceng begitu jauh.

Pada masa ini pemikir hebat mengenai bangsa Indonesia justru belum/tidak mendapat ruang cukup atau justru kalah oleh kepentingan oligarki (kelompok tertentu)  yang justru menyengsarakan rakyat secara pasif kadang ia lebih aktif dan sakit.

Bagikan Artikel Ini
img-content
MUUFI

Penulis, Suka Berpetualang dan Olahraga

1 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler