Sajak Selingkar Gerhana

Rabu, 4 September 2024 11:25 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Ini sajak antikorupsi untuk cintaku kepadamu negeriku.

Lantas apa kata bunga. Pecah jambangannya. Dia bilang itu bagian dari hobi, termasuk parodi kerinduan politisasi kuitansi kanibalisasi.

Adaada saja; itu jawaban impian untuk bersiasat dalam titik koma. Tetap hedonis sekalipun mampu menghantui kata berjuta makna. Wow!

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Wahai kepurapuraan ngapain ngumpet di ruang gelap. Sengaja pula mematikan pelita sukma. Lupa ya cahaya bukan milikmu. Berani banget menantang abstraksi.

Penonton: Hah!

Kisah perang tanding dari zaman Baratayuda peradaban sejarah lampau; kemodernan heran, ternyata telah bermetafora menggelar perang tapi bisikbisik. Loh kok bisa sih.

Gono gini kalau begini. Kalau begitu jadi anu. Santuy atau tidak bodok amat kala birahi usaha ha ha ha maka berebutan jadi zombie.

Syair berkata, sejak lama si iblis gemar menghitung konflik antar makhluk pandir pemuja hipokrisi akibat penyakit impotensi berskala tekno bergaya masa kini uhuk.

Penonton: Hah!

Pestapora pemuja iblis barbarik atas nama berhala mesin made in tekno neraka arakarakan kolaborasi abalabal hahaha. Lantas datang berjuta burung gagak berhurahura seolaholah bukan huruhara.

Mastodon saling melahap sesamanya. Kaum setan ngakak jingkrakjingkrak jungkir balik seolaholah menang lotre. Hura! Tralala, si iblis terpingkalpingkal.

Wahai materialisme. Apakah masih banyak punya anekdot alibi sosial bisnis, berkedok fosil antropologis. Hatihati masuk neraka ya. Itupun kalau ente percaya kuy.

Penonton: Hah!

***

Jakarta Indonesiana, September 03, 2024.
Kalau cinta NKRI Pancasila. Berhenti korupsi.

Bagikan Artikel Ini
img-content
Taufan S. Chandranegara

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

img-content

Kolaborasi

1 hari lalu

Baca Juga











Artikel Terpopuler