Pensiunan PT Chevron Pacific Indonesia. Menjadi Pemerhati aspal Buton sejak 2005.
Jangan Sekali-kali Melupakan Aspal Buton!
Senin, 9 September 2024 14:08 WIB\x201cJangan sekali-kali melupakan aspal Buton\x201d adalah suara dari hati nurani pak Jokowi yang ingin ditujukan kepada pak Prabowo. Apakah pak Prabowo akan mampu mendengarkan suara lirih hati nurani pak Jokowi ini? Sejarah akan mencatatnya.
Jasmerah adalah singkatan dari Jangan sekali-kali melupakan sejarah, yang merupakan salah satu pesan terkenal dari Presiden Soekarno, Presiden pertama Indonesia. Pesan ini disampaikan dalam pidato terakhirnya sebagai presiden pada 17 Agustus 1966, dikenal sebagai Pidato Nawaksara.
Pesan ini bermakna agar generasi penerus bangsa tidak akan pernah melupakan sejarah perjuangan bangsa Indonesia, terutama perjuangan untuk meraih kemerdekaan. Dengan memahami sejarah, masyarakat akan dapat menghargai sejarah, masyarakat dapat menghargai nilai-nilai kebangsaan, menjaga persatuan, serta belajar dari masa lalu untuk membangun masa depan Indonesia yang lebih baik.
Kalau sekarang kata “sejarah” kita ganti dengan kata “aspal Buton”, apakah maknanya akan berubah, atau tetap sama? “Jangan sekali-kali melupakan aspal Buton”. Tentu orang akan bertanya, mengapa ? Apa itu aspal Buton? Mengapa aspal Buton dikaitkan dengan sejarah? Apa pentingnya aspal Buton bagi nilai-nilai kebangsaan, menjaga persatuan, serta belajar dari masa lalu untuk membangun masa depan Indonesia yang lebih baik ?
Aspal Buton adalah bagian dari sejarah Indonesia yang tidak bisa terpisahkan. Sejarah adalah catatan tentang masa lalu, khususnya bagaimana peristiwa-peristiwa yang telah terjadi mempengaruhi perkembangan manusia, masyarakat, dan peradaban. Sejarah tidak hanya mencatat peristiwa-peristiwa besar seperti perang, penemuan, dan revolusi, tetapi juga mencakup kehidupan sehari-hari, kebudayaan, dan cara berpikir manusia pada masa lampau.
Apabila aspal Buton merupakan bagian dari sejarah Indonesia, peristiwa-peristiwa aspal Buton apa saja yang telah dicatat oleh sejarah? Aspal alam di Pulau Buton pertama kali ditemukan pada masa pemerintahan kolonial Hindia Belanda oleh seorang Geolog Belanda yang bernama W.H Hetzel pada tahun 1924.
Setelah kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, perhatian pemerintah terhadap sumber daya aspal Buton ini mulai meningkat. Pada tahun 1960-an pemerintah Indonesia mulai mengembangkan program eksplorasi yang lebih sistimatis untuk memanfaatkan cadangan aspal Buton. Namun pada masa itu, teknologi pengolahan aspal belum cukup canggih untuk mendukung pemanfaatan aspal Buton secara luas.
Pada tahun 1980-an, pemerintah Indonesia mulai mendorong pemanfaatan aspal Buton sebagai alternatif aspal minyak yang diimpor. Beberapa proyek infrastruktur jalan besar mulai menggunakan aspal Buton, meskipun penggunaannya belum terlalu luas, karena kualitas dan kuantitasnya masih perlu ditingkatkan untuk mampu bersaing dengan aspal minyak.
Pada awal tahun 2015, Presiden Joko Widodo telah menginstruksikan kepada semua jajaran kementerian-kementerian terkait untuk mensubstitusi aspal impor dengan aspal Buton. Dan pada tahun 2022, Presiden Joko Widodo telah memutuskan Indonesia akan stop impor aspal pada tahun 2024. Tetapi sampai akhir masa jabatan Presiden Joko Widodo berakhir pada 20 Oktober 2024, Indonesia masih terus mengimpor aspal.
Dengan meningkatnya kebutuhan aspal untuk memenuhi proyek infrastruktur jalan di Indonesia, serta mengurangi ketergantungan pada aspal minyak yang diimpor, pemerintah terus mendorong pengembangan lebih lanjut industri aspal Buton. Di masa depan diharapkan aspal Buton akan dapat menjadi alternatif yang lebih ekonomis dan berkelanjutan untuk membangun infrastruktur jalan di Indonesia.
Apabila kita mengamati dengan seksama perjalanan panjang sejarah aspal Buton selama 100 tahun ini, apa yang kita rasakan dan pikirkan? Apakah pemerintah Indonesia sudah berbuat sesuatu untuk aspal Buton? Meskipun sejatinya pemerintah Indonesia sudah berbuat banyak sekali untuk aspal Buton, tetapi mirisnya tidak ada yang membuahkan hasil. Mengapa? Karena segala sesuatunya telah dilaksanakan dengan perasaan setengah hati. Mengapa hal ini bisa terjadi?.
Masalah aspal Buton adalah masalah sejarah juga. Oleh karena itu pemerintah Indonesia harus paham bahwa untuk mewujudkan hilirisasi aspal Buton perlu perjuangan. Perjuangan yang sama sulitnya ketika Indonesia berjuang untuk mencapai kemerdekaannya. Perjuangan yang gagah berani melawan penjajah Belanda. Perjuangan untuk menjadi bangsa dan negara yang merdeka dan berdaulat. Perjuangan demi masa depan Indonesia yang lebih baik. Apakah pemerintah Indonesia sudah pernah memperjuangkan aspal Buton untuk mensubstitusi aspal Buton seperti Indonesia pernah berjuang untuk merdeka?
Adapun pada pemerintahan dua periode pak Jokowi selama 10 tahun, dari tahun 2014 – 2024, aspal Buton tidak mengalami kemajuan apa-apa yang berarti. Instruksi presiden untuk mensubstitusi aspal impor dengan aspal Buton, dan memutuskan Indonesia stop impor aspal pada tahun 2024, hanya dicatat oleh sejarah sebagai lembaran hitam bangsa Indonesia. Bagaimana mungkin hilirisasi nikel di era pak Jokowi bisa berkembang dengan pesat, sedangkan hilirisasi aspal Buton malah justru terpuruk? Padahal hilirisasi aspal Buton merupakan cikal bakal Indonesia untuk mampu berswasembada aspal.
Adapun sejarah sejatinya tidak bisa dibohongi. Dan sejarah juga tidak bisa berbohong. Semua peristiwa baik, maupun buruk, semuanya akan dicatat dengan teliti oleh sejarah. Rakyat boleh dan bisa saja ditipu oleh para pemimpinnya, tetapi sejarah tidak bisa. Sejarah aspal Buton telah mencatat bahwa sampai saat ini aspal Buton masih belum mampu mensubstitusi aspal impor. Padahal Indonesia sudah 79 tahun merdeka. Jadi apa arti kemerdekaan bagi aspal Buton?. Tidak ada atau nihil. Faktanya, aspal Buton masih belum mampu berkontribusi banyak dalam mengisi arti kemerdekaan. Sungguh miris bukan sejarah aspal Buton?
Untuk membangkitkan semangat dan gairah pembangunan pemerintahan baru Bapak Presiden Prabowo Subianto, diusulkan kepada pemerintahan provinsi Sulawesi Tenggara dan pemerintah daerah Kabupaten Buton untuk membuat sebuah Petisi dengan slogan: “Jangan sekali-kali melupakan aspal Buton”. Petisi ini dapat diibaratkan sama dengan slogan ketika Indonesia memperjuangkan kemerdekaannya dari penjajah Belanda. Adapun slogannya pada saat itu adalah: “Merdeka atau mati”. Dimana slogan ini telah membakar semangat juang rakyat Indonesia, sehingga mampu merdeka dan mengusir penjajah dari bumi pertiwi.
Kalau kita ingat slogan: “Jangan sekali-kali melupakan sejarah”, kita ingat presiden Soekarno. Dan kalau kita ingat slogan: “Jangan sekali-kali melupakan aspal Buton”, kita ingat presiden Joko Widodo. Presiden Soekarno telah berhasil membawa bangsa Indonesia untuk merdeka dan berdaulat. Tetapi di sisi lain, presiden Joko Widodo telah berhasil menginstruksikan untuk mensubstitusi aspal impor dengan aspal Buton. Tetapi mirisnya Indonesia masih terus mengimpor aspal.
Adapun slogan “Jangan sekali-kali melupakan aspal Buton”, mungkin juga adalah suara dari hati nurani pak Jokowi yang ingin ditujukan kepada pak Prabowo, bahwa masih ada tugas pak Jokowi yang masih belum mampu pak Jokowi tuntaskan. Atau masih ada utang janji yang belum pak Jokowi mampu bayar lunas. Dan oleh karena itu, pak Prabowo yang harus melanjutkan tongkat estafet untuk mewujudkan hilirisasi aspal Buton yang pernah dirintis oleh pak Jokowi. Apakah pak Prabowo akan mampu mendengarkan suara lirih hati nurani pak Jokowi ini? Sejarah akan mencatatnya.
Pemerhati Aspal Buton
3 Pengikut
Aspal Buton: Cermin Retak Wajah Indonesia
3 hari laluBaca Juga
Artikel Terpopuler