Mahasiswa tahun ke-3 jurusan Hubungan Internasional, Universitas Padjadjaran. Menempuh kepakaran Keamanan kawasan, Diplomasi Publik, dan Paradiplomasi
Mendayung antara Dua Karang: Prinsip Politik Luar Negeri Indonesia Menyelamatkan Warganya di Tengah Krisis Nuklir Semenanjung Korea
Kamis, 12 September 2024 09:43 WIBDewasa ini, rivalitas pengaruh antara polar-polar besar semakin menghangat dan mengarah kepada tingkat yang jauh di atas titik didih.
Walau dalam urusan perdagangan dapat dikatakan sangat sentosa, Asia Timur raya tumbuh subur menjadi gelanggang kompetisi antara Amerika Serikat bersama Jepang, Korea Selatan, dengan China bersama Rusia, tak terkecuali Korea Utara. Kekuatan-kekuatan besar ini saling menguatkan otot-otot mereka dengan membangun armada militer yang sakti nan kuat. Tak lupa juga menjalin kerja sama keamanan kolektif antar negara sahabat.
Dunia yang mengarah kepada multipolar ini turut memanaskan situasi yang terjadi di kawasan tersebut. Narasi ketakutan dan ancaman yang terawat dengan baik antar-negara semakin menguatkan persaingan yang ada. Hal ini dikuatkan dengan fakta bahwa pada tahun 2024, Jepang mengalokasikan anggaran sebesar 1.6% dari total PDB negara tersebut untuk urusan pertahanan, yang di mana ini merupakan fenomena yang bersejarah, mengingat kebijakan keamanan domestik, konstitusi Pasifis Jepang yang membatasi anggaran pertahanan negara tersebut untuk di tetap di bawah 1% dari total PDB.
Tentu komunitas global akan bertanya-tanya, segenting apakah kini stabilitas kawasan tersebut?
Korea Utara dalam beberapa tahun belakangan ini, kerap melakukan uji coba misil balistik nuklir mereka di Semenanjung Korea. Tak tanggung-tanggung, Korea Utara telah melakukan 40 uji coba misil balistik mereka pada tahun 2022 lalu. Korea Utara juga menyatakan bahwa misil balistik buatan mereka dapat sampai ke tanah Amerika Serikat. Hal ini yang mendorong banyak aktor negara untuk waspada dan mengkatalisasi pengembangan kemampuan militer masing-masing negara di kawasan tersebut. Dalam keadaan yang berorientasi realis ini, negara-negara saling memenuhi kepentingan nasional-nya dengan membangun hubungan kerja sama keamanan dengan kekuatan yang lebih kuat.
Salah satu perwujudan kerjasama keamanan tersebut adalah kerjasama QUAD, yang melibatkan Amerika Serikat, Australia, India, dan Jepang. Jepang sebagai salah satu aktor di Asia Timur, sangat diuntungkan dengan adanya kerja sama QUAD ini. Selain segudang kerja sama bilateral yang sudah lama dijalin dengan Amerika Serikat, kerja sama QUAD ini semakin menguatkan pertalian hubungan mereka, ditambah dengan memanasnya situasi yang terjadi di Asia Timur hari ini.
Korea Selatan merespon tindakan agresif Korea Utara pun dengan melibatkan Amerika Serikat. Dewasa ini, Korea Selatan mengadakan serangkaian latihan militer, beberapa diantaranya termasuk ke dalam yang terbesar sepanjang sejarah negaranya, yang tergabung di dalamnya kekuatan militer dari Amerika Serikat. Ulchi Freedom Shield drills, yang diselenggarakan 11 hari pada bulan Agustus 2024 lalu merupakan respon nyata dan keras terhadap Korea Utara yang telah memamerkan program senjatanya yang terus berkembang dan mengeluarkan ancaman verbal akan adanya konflik nuklir terhadap Washington dan Seoul.
Bagaimana dengan Indonesia? Di mana kah posisi Indonesia dan apa saja dampaknya?
Secara geografis, Indonesia berada jauh dari Semenanjung Korea yang panas. Namun secara geopolitik, Indonesia harus bisa mengendalikan geladak bahtera-nya untuk tetap terjaga dan bersih dari ancaman, di tengah dua kekuatan yang mendominasi.
Sejak Indonesia berdiri, insan-insan pendiri bangsa ini sudah memvisikan arah gerak bangsa, tak terkecuali Mohammad Hatta. Melalui buku-nya Mendayung Antara Dua Karang, Bung Hatta menuangkan pemikiran-pemikiran cemerlang-nya untuk bangsa ini. Ia menganalogikan Indonesia yang merupakan sebuah kapal, melewati dua karang besar dalam hal ini adalah dua kekuatan besar kala itu, yakni Amerika Serikat di Blok Barat, dan Uni Soviet di Blok Timur. Pemikiran Bung Hatta ini juga-lah yang mendorong adanya prinsip politik luar negeri Indonesia yang kita kenal dan amalkan hingga kini, yakni prinsip Bebas Aktif.
Indonesia sebagai kekuatan besar di kawasan Asia Tenggara, mesti memainkan peran dominan agar dapat mendayung dan bahkan memanfaatkan dua karang besar modern ini, yakni Amerika Serikat beserta sekutu, termasuk Korea Selatan, dan Rusia beserta sekutu, termasuk Korea Utara. Dengan bermodalkan falsafah kebangsaan ‘mengikuti ketertiban dunia’ yang tertuang dalam Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke-4, Indonesia mengedepankan dialog dan diplomasi sebagai langkah nyata.
Walau dampak instabilitas kawasan tidak terasa oleh tanah air Indonesia, dengan diplomasi dan dialog, selain melaksanakan ketertiban dunia, Indonesia pun dapat memenuhi kepentingan nasional-nya, termasuk keselamatan warga negara Indonesia yang bermukim di Korea Selatan. Melalui Permenlu Nomor 5 tahun 2018, keselamatan Warga Negara Indonesia di luar negeri turut menjadi tanggung jawab dari Kementerian Luar Negeri. Dalam badan kementerian tersebut juga terdapat bagian yang khusus mengurusi hal tersebut, yakni Direktorat Perlindungan WNI. Keselamatan pahlawan devisa negara tersebut harusnya turut menjadi pendorong bagi Indonesia untuk turut serta aktif dalam upaya demiliterisasi dan denuklirisasi kawasan tersebut.
Dalam menghadapi rivalitas yang semakin sengit di Asia Timur, Indonesia harus konsisten mengedepankan pemikiran Bung Hatta tersebut. Dengan latar belakang panjang sebagai mediator ulung, Indonesia mestinya harus lebih aktif, aware, dan bisa menjadi penengah bagi kedua negara semenanjung tersebut. Indonesia bukanlah negara gemar perang, Indonesia merupakan negara yang cinta damai, dan berhubungan baik dengan dua karang tersebut. Prinsip ‘mendayung antara dua karang’ merupakan keistimewaan budaya unggah-ungguh yang dimiliki Indonesia dan sudah lama dibuktikan Indonesia sebagai prinsip kekuatan dan kemakmuran. Indonesia diharapkan senantiasa mengamalkan prinsip tersebut, dalam upaya memenuhi kepentingan nasional-nya, dan juga dalam menghadapi ancaman-ancaman yang hadir di kawasan.
Referensi
Hyung, K. T. (2024, August 19). US and South Korea begin military drills aimed at strengthening their defense against North Korea. AP News. https://apnews.com/article/us-south-korea-joint-military-drills-north-13d96116dee891e28c5a92a8f0104a4d
Johnson, J. (2024, April 29). Japan ups defense spending to 1.6% of GDP with eye on 2027 goal. The Japan Times. Retrieved September 11, 2024, from https://www.japantimes.co.jp/news/2024/04/29/japan/politics/japan-defense-spending-gdp/
Mahasiswa Hubungan Internasional, Universitas Padjadjaran
0 Pengikut
Mendayung antara Dua Karang: Prinsip Politik Luar Negeri Indonesia Menyelamatkan Warganya di Tengah Krisis Nuklir Semenanjung Korea
Kamis, 12 September 2024 09:43 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler