Hikayat Negeri Badutistan (1)
Kamis, 12 September 2024 14:54 WIBDi sebuah negeri yang penuh warna-warni, hiduplah berbagai jenis badut. Ada badut yang selalu tersenyum dengan pipi merah merona, ada juga badut yang menampilkan ekspresi muram dengan alis melengkung ke bawah. Negeri ini, yang dinamakan Badutistan, dikelola oleh sekelompok badut yang dianggap paling pandai melucu. Mereka adalah penguasa, mengatur negeri dengan trik-trik dan lelucon di balik topeng yang memikat hati rakyatnya.
Oleh: Asep K Nur Zaman
Namun, di balik kelucuan yang mereka tampilkan, ada kisah yang tak banyak diketahui. Di balik senyum lebar dan tawa riuh, para badut penguasa memiliki agenda tersembunyi. Mereka mengendalikan rakyat dengan komedi dan humor, mengalihkan perhatian dari masalah-masalah serius yang sebenarnya terjadi.
Rakyat pun terhibur, lupa akan kesulitan hidup yang sebenarnya mereka hadapi. Harga bahan pokok yang melambung, infrastruktur yang rusak, dan lapangan pekerjaan yang semakin sedikit, semuanya tersembunyi di balik tawa dan senyum badut.
---
Di tengah keramaian itu, hiduplah seorang badut muda bernama Bimo. Bimo bukanlah badut biasa. Ia selalu merasa ada yang tidak beres dengan negeri tempat tinggalnya.
Di balik riasan wajahnya yang cerah, ada mata yang selalu memperhatikan dengan cermat. Bimo sering mendengar keluhan dari teman-teman seprofesinya yang kesulitan memenuhi kebutuhan hidup, meskipun mereka bekerja keras menghibur orang lain.
Suatu hari, Bimo memutuskan untuk menyelidiki lebih dalam tentang negeri Badutistan. Ia mulai mengumpulkan cerita-cerita dari badut lain yang merasa ada yang salah.
Dari badut sulap yang kehilangan alat-alatnya karena diambil penguasa, hingga badut pantomim yang dipaksa bekerja tanpa bayaran. Semua cerita ini disimpan Bimo dalam sebuah buku catatan kecil yang selalu ia bawa kemanapun.
Bimo tahu bahwa jika ia ingin mengubah sesuatu, ia harus berani mengambil langkah besar. Maka, ia pun menyusun rencana untuk mengungkap kebohongan para penguasa.
Dengan bantuan teman-temannya, Bimo mulai menyebarkan pamflet-pamflet kecil yang berisi pesan-pesan tersembunyi. "Jangan tertipu oleh senyum mereka," tulis Bimo di salah satu pamfletnya, "di balik riasan badut, ada niat yang tidak lucu."
Pamflet-pamflet ini mulai menyebar luas, dan rakyat Badutistan pun mulai sadar akan kenyataan yang selama ini tertutup oleh tawa dan keceriaan. Perlahan-lahan, mereka mulai mempertanyakan kebijakan para penguasa badut.
Suasana di Badutistan mulai berubah, dari yang sebelumnya penuh dengan tawa, kini menjadi penuh dengan perdebatan dan pertanyaan.
Penulis Indonesiana l Veteran Jurnalis
3 Pengikut
Burnout Syndrome Menghantui Pekerja Hybrid
2 jam laluJurus Menjadikan PHK sebagai Peluang Hidup Kedua
3 hari laluBaca Juga
Artikel Terpopuler