September, Momentum untuk Peduli Alzheimer
Jumat, 13 September 2024 09:41 WIBPenyakit Alzheimer adalah bentuk demensia karena penurunan fungsi kognitif yang progresif. Penyakit ini mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berpikir, mengingat, dan melakukan aktivitas sehari-hari. Hal ini tentu berdampak pada kualitas hidup penderitanya.
Alzheimer sering dimulai dengan gejala yang halus, seperti kehilangan ingatan jangka pendek. Kemudian, secara bertahap berkembang menjadi gangguan kognitif yang lebih parah. Hal ini mengakibatkan penderita kesulitan mengenali anggota keluarga dan melakukan aktivitas sehari-hari.
Di Indonesia, Alzheimer menjadi masalah kesehatan yang perlu mendapat perhatian. Transisi epidemiologi negara ini, ketika penyakit degeneratif seperti Alzheimer ini mulai menggantikan penyakit menular, masalah ini menjadi urgen untuk ditangani. Pertumbuhan populasi lanjut usia yang pesat dan urbanisasi yang cepat merupakan faktor pendorong utama dalam meningkatnya kasus Alzheimer. Meski demikian, masih banyak masyarakat yang menganggap Alzheimer sebagai bagian dari proses penuaan yang normal. Padahal, Alzheimer adalah penyakit yang bisa dikelola jika didiagnosis sejak dini.
Penyebab Alzheimer belum sepenuhnya dipahami. Namun beberapa faktor telah diidentifikasi. Penyakit ini berkaitan dengan perubahan otak yang melibatkan penumpukan protein abnormal, seperti plak amiloid dan kekusutan neurofibrilar. Selain faktor genetik, seperti mutasi pada gen APP, PSEN1, dan PSEN2 yang dapat menyebabkan Alzheimer lebih awal, faktor gaya hidup dan lingkungan juga turut mempengaruhi risiko terkena penyakit ini. Penelitian genetik menunjukkan bahwa variasi gen APOE, khususnya APOE ε4, meningkatkan risiko Alzheimer. Sementara, APOE ε2 dapat memberikan perlindungan.
Gejala awal Alzheimer meliputi kehilangan ingatan jangka pendek, kesulitan mengambil keputusan, serta perubahan perilaku dan kepribadian. Seiring dengan perkembangan penyakit, penderita akan mengalami kesulitan dalam mengenali orang terdekat, mengingat peristiwa penting, dan melakukan aktivitas sehari-hari yang sebelumnya dilakukan dengan mudah. Pada tahap lanjut, penderita mungkin mengalami halusinasi, delusi, dan masalah serius dalam berkomunikasi.
Pandangan terhadap Alzheimer di Indonesia sering dipengaruhi oleh stigma dan kurangnya pemahaman tentang penyakit ini. Banyak keluarga memilih untuk menyembunyikan kondisi anggota keluarga yang menderita Alzheimer karena malu atau takut dicap negatif. Padahal, pengetahuan dan kesadaran masyarakat yang lebih baik sangat diperlukan untuk mendukung deteksi dini dan perawatan yang lebih efektif. Kampanye edukasi di berbagai tingkatan, mulai dari sekolah hingga komunitas, sangat penting untuk mengubah pandangan ini.
Data mengenai prevalensi Alzheimer di Indonesia menunjukkan angka yang memprihatinkan. Berdasarkan data dari Perhimpunan Alzheimer Indonesia (ALZI), pada tahun 2015 terdapat sekitar 1,2 juta orang Indonesia yang menderita demensia, dengan sebagian besar kasus disebabkan oleh Alzheimer. Angka ini diperkirakan akan meningkat menjadi lebih dari 4 juta pada tahun 2050 jika tidak ada intervensi yang efektif. Data dari Sistem Informasi Rumah Sakit Online Kementerian Kesehatan mencatat 83.500 kasus rawat jalan baru terkait Alzheimer antara tahun 2019 hingga 2023, dengan 2.400 kasus rawat inap. Namun angka ini masih jauh dari estimasi sebenarnya.
Upaya untuk menyembuhkan Alzheimer saat ini terbatas pada pengelolaan gejala dan memperlambat perkembangan penyakit. Terapi obat seperti inhibitor kolinesterase dan memantin dapat membantu mengurangi gejala dan memperlambat perkembangan penyakit. Terapi non-farmakologis, seperti terapi kognitif, terapi musik, dan aktivitas fisik, juga terbukti efektif dalam meningkatkan kualitas hidup penderita. Meskipun belum ada obat yang benar-benar dapat menyembuhkan Alzheimer, pendekatan ini penting untuk menjaga kualitas hidup penderita.
Untuk mengurangi risiko Alzheimer, upaya pencegahan sangat penting. Gaya hidup sehat seperti pola makan seimbang, rutin berolahraga, dan menjaga kesehatan mental terbukti efektif dalam menurunkan risiko Alzheimer. Diet Mediterania, yang kaya akan buah, sayuran, biji-bijian, ikan, dan lemak sehat, serta aktivitas intelektual seperti membaca dan bermain teka-teki juga dapat berkontribusi dalam menjaga kesehatan otak. Menjaga hubungan sosial yang kuat dan menghindari stres berlebihan juga merupakan faktor protektif.
Kesadaran masyarakat dan tenaga kesehatan mengenai Alzheimer di Indonesia masih rendah. Ini mengakibatkan banyak kasus tidak terdiagnosis atau terlambat ditangani. Survei prevalensi demensia yang dilakukan pada 2021 menunjukkan bahwa dari 2.110 orang lanjut usia di atas 65 tahun, 23,4 persen mengalami demensia, tetapi hanya 0,2 persen yang mendapatkan diagnosis resmi. Hal ini menunjukkan perlunya meningkatkan pemahaman dan penanganan gejala demensia, termasuk Alzheimer.
Menghadapi tantangan yang semakin besar dalam menangani Alzheimer memerlukan kolaborasi erat antara pemerintah, lembaga penelitian, organisasi non-pemerintah, dan masyarakat. Edukasi yang terus-menerus mengenai Alzheimer, seperti melalui peringatan Bulan Alzheimer Sedunia pada bulan September, merupakan momentum penting untuk meningkatkan kepedulian terhadap deteksi dini penyakit ini. Dengan pengetahuan yang lebih baik, perawatan yang tepat, dan upaya pencegahan yang efektif, kita dapat mengurangi dampak Alzheimer dan memberikan kehidupan yang lebih baik bagi mereka yang terkena.
Alzheimer bukan hanya masalah kesehatan individu, tetapi juga masalah sosial yang lebih luas. Diperlukan kesadaran, edukasi, dan tindakan yang lebih besar dari seluruh lapisan masyarakat untuk menghadapi tantangan ini. Upaya untuk memahami, mendiagnosis, dan mengobati Alzheimer harus terus ditingkatkan guna memastikan bahwa penderita Alzheimer mendapatkan perawatan yang mereka butuhkan dan mengurangi dampak penyakit ini secara signifikan.
Generasi Z peduli hidup sehat dan gembira
0 Pengikut
Refleksi atas Implementasi Pelaksanaan Standar Keselamatan Pasien
Senin, 16 September 2024 07:23 WIBSejarah, Peran, dan Tantangan Palang Merah Indonesia
Minggu, 15 September 2024 14:49 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler