Pink Lipstik

Jumat, 13 September 2024 09:56 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Panorama puisi batas gaib niskala. Transendental jernih jiwa. Tentang kini ataupun telah lalu. Sederhana saja. Puisi, menulis kejujuran cerita perasaan.

Kalau ngambek melulu sebaiknya memintal benang jadi sarung bantal. Sulamlah sesuka mau di hati penyembuh segala kangen cinta ataupun kasmaran. Kata selalu lari kian kemari uraian pagi tentang mimpi. Selepas itu, entah, sembunyi dimana untaian kilau mutiara, mungkin ada di antara piring di dapur. Tengoklah ...  

Jangan tersipu-sipu begitu. Simpan bibir kenangan merah jambu, masih kan, iya kan, biarkan menghangat mengerjap mata menyilau ingin senada biru langit. Mendekatlah, gerhana asmarandana tertera kecupan terakhir di pelupuk waktu. Menurut bahasa burung, menunggu tak sekadar kesetiaan pada pink sukma senyuman.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kalau tak sabaran coba menuju taman ilalang, di sana ada senda gurau kasmaran. Belenggu tak ingin lepas, hujan menyiram deras kata di antara petir. Gitukan? Menelan batu agar mengerti cinta tak sekeras itu, saling bersandar menepuk bahu. Ngawanglah senyuman ranum pandan bau tubuh.   

Buat apa memelihara asa kekasih di paru-paru jumpalitan kalau hanya bisa ngambek. Sebab jalan darat tak serupa berlayar lautan. Emang begitu kale. Lupa ya, keduanya punya kesulitan berbeda semirip perbedaan asam dengan garam, kalau keduanya bersatu tak ada cintrong kesandung rel kereta sebagaimana kata prosa.

Nah itu kamu tau, kalau senja bukan fajar kizib atau matahari tertelan bumi seakan-akan, kalau begitu arti cinta ataupun kangen milik siapa, mungkin saja milik burung dara atau walet atau harimau atau serigala atau badak, mungkin saja gajah, bisa juga milik hantu kebun tebu berkabut ungu di sebalik waktu.

Itupun kalau waktu masih ada, kalau tidak ada, berhenti tiba-tiba, makhluk sedunia jadi permen karet. Sini, mendekatlah, merindu ataupun kangen hanyalah bayang-bayang wayang kulit tanpa tokoh Kresna, bahkan mungkin layar pun tak pernah ada, sekalipun alam mimpi. Khayal, hanya ada di angan-angan.

Menyulam sarung bantal guling penyembuh sebel, lebih murah dibanding, katanya, ke stasiun kereta New York duduk di Afrika, padahal mimpi siang bolong, malam terasa sore ketinggalan kereta setiap hari ditinggal bus kota. Karena mimpi kesenjangan. Apa iya jarak segitu jauh bisa bolak balik seperti bikin sambal terasi. Iyau!

*** 

Jakarta Indonesiana, September 12, 2024.
Buat rendarenda beludru di angkasa tersenyum pink. Wow.

Bagikan Artikel Ini
img-content
Taufan S. Chandranegara

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler