Merangkul Keunikan Diri di Luar Dunia Literasi

Sabtu, 14 September 2024 08:20 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Artikel \x22Merangkul Keunikan Diri di Luar Dunia Literasi\x22 mengajak pembaca untuk merefleksikan hubungan mereka dengan membaca dan menulis. Melalui pengalaman pribadi, penulis berbagi tentang tantangan dan perasaan tidak nyaman ketika berhadapan dengan tugas literasi. Namun, alih-alih melihatnya sebagai kekurangan, artikel ini mendorong pembaca untuk menemukan dan menghargai bakat serta minat unik mereka di luar dunia kata-kata.

Ketika Membaca dan Menulis Bukan Passion Kita: Sebuah Refleksi Jujur

Dalam dunia yang semakin menekankan pentingnya literasi, ada sebagian dari kita yang merasa terasing. Kita adalah mereka yang, meski menghargai nilai membaca dan menulis, tidak menemukan kegembiraan dalam aktivitas tersebut. Ini bukan tentang ketidakmampuan, melainkan tentang preferensi dan passion yang berbeda.

Mengakui Ketidaksukaan

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Setiap kali dihadapkan dengan buku tebal atau tugas menulis panjang, desahan pelan lolos dari bibir. Bukan karena kebencian total, tetapi karena ketidaknyamanan yang sulit dijelaskan. Membaca dan menulis, bagi sebagian orang, bukanlah hal yang membuat jantung berdebar dengan antusiasme.

Ketika teman-teman berbicara dengan mata berbinar tentang novel terbaru atau esai yang sedang mereka tulis, ada rasa asing yang muncul. Bukan berarti kita tidak menghargai literatur atau kemampuan menulis, tetapi ada sesuatu dalam diri yang tidak menemukan kegembiraan dalam aktivitas tersebut.

Perjuangan dengan Kata-kata

Membaca seringkali terasa seperti kewajiban daripada kesenangan. Halaman demi halaman yang penuh kata-kata terkadang membuat kepala pusing. Mata cepat lelah, dan pikiran sering mengembara ke tempat-tempat lain. Muncul pertanyaan, "Apakah ada yang salah dengan saya? Mengapa saya tidak bisa tenggelam dalam dunia imajinasi seperti yang dilakukan orang lain?"

Sementara itu, menulis sering kali terasa seperti perjuangan melawan diri sendiri. Ide-ide mungkin ada di kepala, tetapi menerjemahkannya ke dalam kata-kata tertulis adalah tantangan tersendiri. Jari-jari seolah membeku di atas keyboard, dan kalimat-kalimat yang akhirnya terbentuk seringkali terasa hambar dan tidak memuaskan.

Menerima Diri dan Menemukan Passion Sejati

Namun, di tengah ketidaksukaan ini, ada pemahaman yang mulai tumbuh. Tidak apa-apa untuk memiliki preferensi yang berbeda. Passion kita mungkin terletak di tempat lain - dalam seni visual, musik, olahraga, atau bahkan dalam keterampilan praktis yang tidak banyak melibatkan kata-kata tertulis.

Kita mulai menyadari bahwa tidak perlu menjadi ahli atau penggemar dalam segala hal. Dunia ini luas, dan ada begitu banyak cara untuk mengekspresikan diri dan berkontribusi. Mungkin kekuatan kita terletak pada kemampuan untuk mendengarkan dengan baik, atau dalam kreativitas yang diekspresikan melalui media lain.

Kesimpulan: Merayakan Keunikan Diri

Refleksi ini membuat kita sadar bahwa penting untuk mengenali dan menerima diri sendiri apa adanya. Meskipun membaca dan menulis mungkin bukan passion kita, kita tetap dapat menghargai nilai dan pentingnya keterampilan tersebut.

Pada akhirnya, hidup ini tentang menemukan apa yang membuat kita merasa hidup dan bersemangat. Bagi sebagian orang, itu mungkin ditemukan dalam halaman-halaman buku atau dalam menulis puisi. Bagi yang lain, itu mungkin ada di tempat lain.

Dalam perjalanan menemukan dan mengembangkan passion sejati, kita belajar untuk tidak membandingkan diri dengan orang lain, tetapi justru merayakan keunikan jalan hidup kita sendiri. Karena pada akhirnya, keanekaragaman minat dan bakat inilah yang membuat dunia kita menjadi tempat yang kaya dan menarik.

 

Bagikan Artikel Ini
img-content
Mohammad Nawfal Arfa

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler