Warga biasa saja. Sehari-hari suka membaca koran. Pehobi militer. Sesekali aktif di media sosial untuk membahas isu teknologi internet dan kemerdekaan berinternet.

Hubungan Dua Korea di Titik Nadir, Gelar Nuklir Mulai Bergulir

Sabtu, 14 September 2024 20:20 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Dinamika yang kini berkembang di Semenanjung Korea jauh lebih panas dari masa-masa sebelumnya. Runtuhnya upaya reunifikasi, patahnya perjanjian CMA, lahirnya Deklarasi Washington, dan hal-hal sekitarnya menjadikan hubungan kedua Korea sangat pelik dan menciptakan kegentingan yang meresahkan.

Oleh: M. A. Hidayatullah

Saling Teriak Musuh

Dalam Buku Putih Pertahanan Kementerian Pertahanan Nasional Korea Selatan, penggunaan istilah ‘musuh utama’ yang merujuk pada Korea Utara (Korut) pertama kali muncul pada 1995 dan sempat berganti menjadi ‘ancaman militer’ pada 2003 hingga 2008. Setelahnya istilah ‘musuh utama’ kembali lagi hingga kemudian dihilangkan pada tahun 2018 hingga kini yang menggunakan istilah ‘musuh’ saja [1]. Sementara itu, Yoon Suk Yeol pada Januari 2022 atau empat bulan sebelum mulai menjabat sebagai Presiden Korea Selatan (Korsel), menyebut Korut dalam postingan Facebook-nya sebagai ‘Musuh Utama’ [2].

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kim Jong-Un dalam “Laporan Sidang Paripurna ke-6 Komite Pusat ke-8 PBK (Partai Buruh Korea)” pada Desember 2022 dalam Surat Kabar PBK menyatakan, “Kini pasukan boneka Korea Selatan yang menjadikan Korea Utara sebagai "musuh utama" mereka dan secara terbuka menyerukan "persiapan perang" itu, telah menjadi musuh kita yang tak terbantahkan, ini menyoroti penting dan mendesaknya memproduksi senjata nuklir taktis secara massal dan menyerukan untuk meningkatkan persenjataan nuklir secara pesat” [3].

Pernyataan tajam kembali mengemuka dalam Laporan Sidang Paripurna ke-9 Komite Pusat ke-8 PBK pada Desember 2023 yang menyebut bahwa justru keliru bila Korut tidak memandang Korsel sebagai musuh. Kim menuding bahwa Korsel adalah negara penderita Hemiplegia (lumpuh satu sisi badan) dan merupakan negara koloni yang kondisi politiknya carut-marut, masyarakatnya tercemar oleh budaya Yankee (kebarat-baratan) dan sangat bergantung pada AS (Amerika Serikat) [4].

Hancur Leburnya Mimpi

Pada November 2023, Korsel menangguhkan CMA (Comprehensive Military Agreement) dengan Korut yang telah dibuat sejak 2018. Sikap tersebut diambil dikarenakan Korut melakukan peluncuran satelit militer Malligyong-1 yang diluncurkan menggunakan roket Chollima-1 pada 21 November 2023. Sebenarnya tidak melanggar CMA melainkan resolusi DK PBB yang melarang penggunaan teknologi rudal balistik. Namun dengan adanya dinamika terbaru tersebut, kepatuhan Korsel pada CMA, menurut Perdana Menteri Han Duck Soo akan “membahayakan nyawa dan keselamatan masyarakat Korea” [5].

Atas sikap Korsel tersebut lantas Korut segera merespons dengan pernyataan keras yang disampaikan oleh Menteri Pertahanan bahwa Korut akan mengerahkan kekuatan militer yang jauh lebih kuat dengan dukungan alutsista paling mutakhir di sepanjang Garis Demarkasi Militer (GDM) [6]. Kekuatan militer di sepanjang GDM sebelumnya telah ditarik sebagai sikap untuk mematuhi CMA dan kini militer telah digelar kembali oleh Korut.

Sesungguhnya CMA membawa semangat yang kuat untuk meredakan ketegangan di antara kedua pihak. Klausul di dalamnya sangat bisa menekan aksi saling provokasi. Apabila kedua pihak sepenuhnya taat pada kesepakatan tersebut justru dapat mengantarkan lebih dekat pada rencana reunifikasi yang selama ini diimpikan. Namun praktik memang tak selalu seindah teori. Berdasarkan catatan CSIS Beyond Parallel, pada 2022 saja Korut telah melakukan 38 aksi provokasi yang sebagiannya melanggar CMA [7].

Tak usai pada putusnya perjanjian CMA. Pada Januari 2024, Presiden Kim Jong Un menegaskan bahwa konsep penyatuan, rekonsiliasi, dan minjok (semangat kesamaan asal-usul) bersama Korea Selatan harus dihapuskan [8]. Pernyataan tersebut bukanlah isapan jempol belaka melainkan diwujudkan dengan meruntuhkan bangunan “Monumen Tiga Pilar untuk Reunifikasi Nasional” atau bisa disebut dengan “Gerbang Reunifikasi”. Runtuhnya bangunan tersebut terkonfirmasi melalui pencitraan satelit [9].

Penghancurleburan simbol dari mimpi penyatuan dua Korea yang telah resmi berdiri sejak 2001 tersebut adalah satu dari sejumlah langkah signifikan yang telah diambil oleh Kim Jong Un selama 12 tahun memimpin Korut. Hal tersebut memberi makna yang tebal bahwa Korut telah menutup habis celah untuk adanya kemungkinan reunifikasi sekaligus membuat hubungan kedua Korea menjadi jauh lebih kusut dari yang pernah ada sebelumnya. Bagaimana mungkin upaya reunifikasi diteruskan jika salah satu pihak tak lagi ingin?

Deklarasi Washington

Babak baru hubungan aliansi AS-Korsel telah dimulai pada 26 April 2023 ketika Presiden Biden menerima lawatan Presiden Sook Yeol untuk merayakan 70 tahun usia hubungan erat kedua negara tersebut di Ibukota Washington. Platinum Jubilee versi hubungan bilateral tersebut kemudian melahirkan sebuah kesepakatan baru yang bernama “Washington Declaration” atau Deklarasi Washington [10]. Salah satu kesepakatan yang signifikan yang pernah dilahirkan dalam sejarah hubungan akrab kedua negara tersebut.

Deklarasi Washington menguatkan kerekatan hubungan AS-Korsel terutama dalam bidang pertahanan dan keamanan yang berorientasi pada penangkalan ancaman nuklir Korut. Selain peningkatan komunikasi dan Latihan Bersama yang semakin ditingkatkan seperti melalui Latihan Bersama “Freedom Edge” berskala raksasa [11], juga menguatkan program perlindungan Nuclear Umbrella atau Payung Nuklir yang memungkinkan AS untuk menempatkan aset militer strategisnya ke wilayah Korsel sebagaimana yang telah terjadi ketika USS Kentucky (SSBN-737) digeser ke Pangkalan AL Korsel di Busan pada Juli 2023 [12]. Kehadiran kapal selam yang dapat meluncurkan misil balistik berhulu ledak nuklir tersebut merupakan pertama kalinya sejak tahun 1981.

Mulai digelarnya arsenal nuklir oleh AS ke wilayah Korsel menunjukkan betapa dinamika yang terjadi di Jazirah Korea telah mengalami perubahan yang signifikan. Gelombang ketegangan meningkat jauh lebih lebar daripada masa-masa terdahulu. AS ingin hadir jauh lebih berotot dari 28.000 prajurit beserta alutsista non-nuklir yang selama ini telah lebih dulu ada untuk memberikan keterjaminan atas keamanan yang lebih baik bagi Korsel dan memberikan efek deterens yang lebih tajam bagi Korut.

Kedua negara akan semakin intensif dalam mendiskusikan isu di bidang nuklir melalui sebuah wadah baru yang bernama Nuclear Consultation Group alias Grup Konsultasi Nuklir (GKN). Melalui GKN diharapkan dapat terbangunnya integrasi yang matang antara kekuatan militer konvensional Korsel dengan kekuatan nuklir AS. Dengan demikian maka kedua belah pihak dapat mempertahankan kesamaan persepsi dalam menilai dan merespons ancaman nuklir Korut secara bersama-sama dengan sikap yang tegas melalui seluruh spektrum kekuatan militer, termasuk nuklir.

Efek Limpahan

Tingginya suhu hubungan internasional dalam pusaran ketegangan di Semenanjung Korea dan sejumlah dinamika terbaru yang serba panas membawa serta efek limpahan yang dapat berdampak pada lingkungan sekitar pusaran maupun lebih luas.

Pertama, adanya peningkatan skala Latma di sekitar kawasan Semenanjung Korea. Latihan Bersama (Latma) AS-Jepang “Keen Edge” pada Februari 2024 [13] dan Latma AS-Korsel “Freedom Shield” pada Maret 2024 [14] ditingkatkan skalanya sehingga menjadi Latma Trilateral AS, Jepang, dan Korsel pada Juni 2024 dengan nama sandi “Freedom Edge”, hasil dari penggabungan nama dari kedua Latma yang disebutkan sebelumnya. Tahun 2024 adalah tahun debut dari Latma Freedom Edge.

Kedua, merangsang terjadinya perlombaan senjata. Berdasarkan laporan SIPRI, peningkatan belanja militer dalam 10 tahun terakhir (2014-2023) untuk sub-kawasan Asia Timur sebesar tumbuh sebesar 52%. Menempatkan sub-kawasan dengan belanja militer paling tinggi ketiga. Jika tak ada perang yang meletus antara Ukraina melawan Rusia di sub-kawasan Eropa Timur yang mencatatkan 118%, maka akan ada di posisi kedua setelah sub-kawasan Amerika Tengah dan Karibia sebesar 54% [15]. Korea Utara tidak termasuk dalam perhitungan.

Ketiga, menghambat upaya memperluas Treaty on the Prohibition of Nuclear Weapons (TPNW) atau Traktat Pelarangan Senjata Nuklir. Dengan semakin meningkatnya kehadiran AS di Semenanjung Korea akan mendorong Korut lebih agresif untuk mengembangkan persenjataan nuklirnya secara pesat dan menjauhkan dari upaya pelucutan senjata nuklir.

Keempat, mendorong aktor APT Korut untuk semakin aktif melakukan kejahatan siber. Aksi perampokan terhadap aset kripto yang makin sering terjadi di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia, paling banyak dilakukan oleh APT Korut yang memiliki keterampilan tinggi dan teknologi yang mutakhir. APT Korut adalah yang paling unggul dalam hal kemampuan meretas aset kripto [16] [17].

 


Referensi

[1] Yosuke Onchi, “South Korea no longer calls Pyongyang ‘enemy’ in defense paper,” Nikkei Asia. Accessed: Sep. 05, 2024. [Online]. Available: https://asia.nikkei.com/Spotlight/N-Korea-at-crossroads/South-Korea-no-longer-calls-Pyongyang-enemy-in-defense-paper

[2] K. Hyuk-chul, “Yoon’s latest national security commentary: Calling N. Korea the ‘main enemy’ of South,” Hankyoreh. Accessed: Sep. 05, 2024. [Online]. Available: https://english.hani.co.kr/arti/english_edition/e_national/1027675

[3] Rodong Sinmun, “Report on 6th Enlarged Plenary Meeting of 8th WPK Central Committee,” Rodong Sinmun. Accessed: Sep. 05, 2024. [Online]. Available: http://rodong.rep.kp/en/index.php?MTJAMjAyMy0wMS0wMS1IMDA1QDE1QDFAQDBAMQ==

[4] Rodong Sinmun, “Report on 9th Enlarged Plenum Meeting of 8th WPK Central Committee,” Rodong Sinmun. Accessed: Sep. 05, 2024. [Online]. Available: http://rodong.rep.kp/en/index.php?MTVAMjAyMy0xMi0zMS1IMDEzQA==

[5] S. Kim, “What Was in the Now-Scrapped Inter-Korea Military Agreement?,” The Diplomat. Accessed: Sep. 07, 2024. [Online]. Available: https://thediplomat.com/2023/11/what-was-in-the-now-scrapped-inter-korea-military-agreement/

[6] S.-H. Choi, “North Korea scraps military deal with South, vows to deploy new weapons at border,” Reuters. Accessed: Sep. 07, 2024. [Online]. Available: https://www.reuters.com/world/asia-pacific/north-korea-vows-deploy-new-weapons-border-after-south-suspends-military-deal-2023-11-22/

[7] CSIS Beyond Parallel, “Database: North Korean Provocations - Beyond Parallel,” Beyond Parallel. Accessed: Sep. 07, 2024. [Online]. Available: https://beyondparallel.csis.org/database-north-korean-provocations/

[8] K. Lee and R. Adams, “Kim Jong Un Abandoned Unification. What Do North Koreans Think?,” The Diplomat. Accessed: Sep. 07, 2024. [Online]. Available: https://thediplomat.com/2024/09/kim-jong-un-abandoned-unification-what-do-north-koreans-think/

[9] B. S. Chung, “High-resolution satellite imagery confirms demolition of Arch of Reunification,” Daily NK. Accessed: Sep. 07, 2024. [Online]. Available: https://www.dailynk.com/english/high-resolution-satellite-imagery-confirms-demolition-arch-unification/

[10] “Washington Declaration,” The White House. Accessed: Sep. 08, 2024. [Online]. Available: https://www.whitehouse.gov/briefing-room/statements-releases/2023/04/26/washington-declaration-2/

[11] U.S. Indo-Pacific Command Public Affairs, “—TRILATERAL STATEMENT— First Execution of Multi-Domain Japan - ROK - U.S. Exercise FREEDOM EDGE,” U.S. Indo-Pacific Command. Accessed: Sep. 08, 2024. [Online]. Available: https://www.pacom.mil/Media/News/News-Article-View/Article/3819042/trilateral-statement-first-execution-of-multi-domain-japan-rok-us-exercise-free/

[12] M. Murphy, “First US nuclear sub docks in South Korea since 1981,” BBC. Accessed: Sep. 08, 2024. [Online]. Available: https://www.bbc.com/news/world-asia-66233802

[13] U.S. Indo-Pacific Command Public Affairs, “Bilateral Exercise Keen Edge 2024 Begins,” U.S. Indo-Pacific Command. Accessed: Sep. 09, 2024. [Online]. Available: https://www.pacom.mil/Media/News/News-Article-View/Article/3664338/bilateral-exercise-keen-edge-2024-begins/

[14] U.S. Indo-Pacific Command Public Affairs, “Freedom Shield 24 begins,” U.S. Indo-Pacific Command. Accessed: Sep. 09, 2024. [Online]. Available: https://www.pacom.mil/Media/News/News-Article-View/Article/3702015/freedom-shield-24-begins/

[15] N. Tian, D. L. da Silva, X. Liang, and L. Scarazzato, “Trends in World Military Expenditure, 2023,” SIPRI. Accessed: Sep. 09, 2024. [Online]. Available: https://www.sipri.org/publications/2024/sipri-fact-sheets/trends-world-military-expenditure-2023

[16] Terence Zimwara, “Indonesian Crypto Exchange Hit by $20.5M Hack, Lazarus Group Suspected,” Bitcoin News. Accessed: Sep. 09, 2024. [Online]. Available: https://news.bitcoin.com/indonesian-crypto-exchange-hit-by-20-5m-hack-lazarus-group-suspected/

[17] M. A. Hidayatullah, “Peretas Korea Utara: Runcingkan Senjata Sebarkan Bala,” Indonesiana. Accessed: Sep. 09, 2024. [Online]. Available: https://www.indonesiana.id/read/175057/peretas-korea-utara-runcingkan-senjata-sebarkan-bala

Bagikan Artikel Ini

Baca Juga











Artikel Terpopuler