Menjadi Generasi Sandwich Karena Kondisi Bukan Pilihan

Senin, 16 September 2024 07:20 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content15
img-content
Iklan
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Miller mendefinisikan generasi sandwich sebagai kelompok orang dewasa yang harus merawat dan membiayai orang tua mereka yang sudah lanjut usia serta anak-anak mereka.

Oleh: Mugi Muryadi

Generasi sandwich adalah istilah yang menggambarkan individu dewasa yang berada dalam posisi harus menanggung beban finansial dan emosional dari tiga generasi: orang tua, diri sendiri, dan anak-anak. Istilah ini menggambarkan bagaimana seseorang terjepit di antara dua "roti," yaitu orang tua di atas dan anak-anak di bawah, dengan diri mereka sebagai "daging" yang harus memikul tanggung jawab tersebut.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Fenomena ini menyoroti kompleksitas tanggung jawab finansial dan sosial yang dialami banyak orang dewasa yang harus memastikan kesejahteraan keluarganya sambil memenuhi kebutuhan orang tua dan anak-anak mereka.

Istilah "generasi sandwich" pertama kali diperkenalkan oleh Dorothy A. Miller, seorang profesor dan direktur praktikum di University of Kentucky, pada tahun 1981. Miller mendefinisikan generasi ini sebagai kelompok orang dewasa yang harus merawat dan membiayai orang tua mereka yang sudah lanjut usia serta anak-anak mereka. Konsep ini kemudian diadopsi dalam berbagai literatur dan dipublikasikan dalam Merriam-Webster Dictionary pada tahun 2016. Miller menyajikan analogi sandwich untuk menjelaskan situasi ini, dengan menempatkan individu di posisi tengah yang harus menanggung beban dua sisi—orang tua dan anak-anak—seperti sepotong daging yang terjepit di antara dua roti.

Ada beberapa kategori dalam generasi sandwich yang diklasifikasikan berdasarkan rentang usia dan tanggung jawab mereka. Carol Abaya, seorang ahli perawatan lansia, membagi generasi sandwich menjadi tiga tipe utama. Pertama, The Traditional Sandwich Generation, yang melibatkan individu berusia 40 hingga 50 tahun yang harus menanggung beban finansial dari orang tua yang sudah lanjut usia dan anak-anak yang masih membutuhkan dukungan.

Kedua, The Club Sandwich Generation, yang mencakup orang dewasa berusia 30 hingga 60 tahun yang bertanggung jawab terhadap orang tua, anak-anak, cucu, dan kadang-kadang juga kakek-nenek. Ketiga, The Open Faced Sandwich Generation, yang meliputi mereka yang terlibat dalam pengasuhan orang tua tetapi tidak sebagai pekerjaan profesional, seperti pengurus panti jompo.

Penyebab utama munculnya generasi sandwich berkaitan dengan kurangnya perencanaan keuangan dan literasi finansial. Salah satu faktor penting adalah kegagalan generasi sebelumnya untuk merencanakan masa pensiun mereka secara efektif. Ketika orang tua tidak memiliki tabungan pensiun yang memadai atau sumber daya keuangan lain, beban finansial menjadi tanggung jawab anak-anak mereka. Kegagalan ini menyebabkan anak-anak harus mengambil alih tanggung jawab finansial, saat mereka juga sudah memiliki keluarga sendiri. Hal ini memperparah kondisi mereka, karena terjebak dalam lingkaran beban finansial yang semakin berat.

Selain itu, tingginya biaya hidup dan biaya kesehatan yang terus meningkat juga berkontribusi pada kemunculan generasi sandwich. Ketidakmampuan untuk menyesuaikan penghasilan dengan biaya hidup yang meningkat menyebabkan banyak orang dewasa terpaksa mencari sumber pendapatan tambahan untuk memenuhi kebutuhan keluarga mereka. Kenaikan biaya kesehatan yang tidak terduga juga dapat memaksa generasi sandwich untuk menggunakan sebagian besar pendapatan mereka untuk perawatan kesehatan orang tua atau anak-anaknya.

Minimnya literasi keuangan berperan besar dalam munculnya fenomena ini. Banyak individu tidak memiliki pemahaman yang memadai tentang perencanaan keuangan, investasi, atau strategi pensiun. Akibatnya, mereka tidak menyiapkan dana pensiun atau tabungan yang cukup. Hal ini  kemudian menyebabkan mereka terpaksa bergantung pada anak-anaknya saat memasuki usia lanjut. Ketidaktahuan tentang perencanaan keuangan ini menciptakan beban finansial yang berat bagi generasi berikutnya. Hal ini tentu memicu siklus generasi sandwich yang terus berlanjut.

Dampak negatif dari menjadi generasi sandwich bisa terjadi. Tekanan finansial yang berat dapat menyebabkan stres dan kesehatan mental yang buruk. Stres ini tidak hanya berdampak pada individu yang berada di posisi sandwich tetapi juga dapat mempengaruhi hubungan keluarga secara keseluruhan. Kualitas hidup yang menurun karena beban keuangan dapat mengakibatkan penurunan produktivitas kerja, konflik dalam keluarga, dan bahkan mempengaruhi kesehatan fisik dan mental. Hal ini menciptakan lingkungan yang kurang mendukung dan justru dapat memperburuk masalah finansial yang ada.

Untuk mencegah terjadinya generasi sandwich, beberapa langkah penting dapat diambil. Pertama, memiliki tabungan rencana adalah langkah awal yang baik. Tabungan rencana adalah akun yang memungkinkan individu untuk menyimpan uang secara rutin untuk berbagai tujuan, seperti pernikahan, pendidikan, atau pensiun. Dengan memiliki tabungan rencana, seseorang dapat memastikan bahwa mereka memiliki dana yang cukup untuk menghadapi kebutuhan masa depan dan mengurangi beban finansial di masa pensiun.

Kedua, menyiapkan program pensiun adalah langkah penting untuk memastikan keamanan finansial di masa tua. Program pensiun, baik melalui Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) atau program pensiun yang disediakan oleh perusahaan, membantu memastikan bahwa individu memiliki tabungan yang cukup untuk menghadapi masa pensiunnya tanpa bergantung pada anak-anak mereka. Program pensiun ini juga membantu mengurangi risiko generasi sandwich dengan menyediakan sumber pendapatan yang stabil di masa tua.

Ketiga, memiliki asuransi kesehatan sangat penting untuk melindungi diri dan keluarga dari biaya kesehatan yang tidak terduga. Asuransi kesehatan memberikan jaminan untuk biaya rawat inap, rawat jalan, dan perawatan lainnya. Asuransi kesehatan ini dapat membantu mengurangi beban keuangan dari biaya kesehatan. Ini penting untuk menjaga kesejahteraan finansial dan fisik individu serta keluarga.

Meskipun generasi sandwich sering kali dianggap sebagai beban, ada beberapa hal positif yang dapat dipetik dari situasi ini. Pertama, menjadi bagian dari generasi sandwich dapat meningkatkan empati dan solidaritas antar generasi. Individu yang berada dalam posisi ini  belajar untuk lebih menghargai dan mendukung keluarga mereka, serta memahami pentingnya perencanaan keuangan dan dukungan sosial. Ini dapat memperkuat ikatan keluarga dan menciptakan lingkungan yang lebih kooperatif dan mendukung.

Kedua, generasi sandwich sering kali mendorong individu untuk lebih bijaksana dalam mengelola keuangan mereka dan merencanakan masa depan. Ketika seseorang menghadapi tanggung jawab finansial yang besar, mereka cenderung menjadi lebih disiplin dalam menabung dan berinvestasi. Ini bisa membantu mereka membangun fondasi keuangan yang lebih solid dan menghindari masalah keuangan di masa depan.

Jadi, generasi sandwich adalah hasil dari berbagai faktor, termasuk kurangnya perencanaan keuangan dan literasi finansial, tingginya biaya hidup, dan biaya kesehatan. Untuk menghindari menjadi bagian dari generasi sandwich, penting untuk merencanakan keuangan dengan baik, memiliki tabungan rencana, menyiapkan program pensiun, dan memiliki asuransi kesehatan. Meskipun tantangan yang dihadapi oleh generasi sandwich biasanya berat, ada peluang untuk belajar dan tumbuh dari pengalaman ini.

Dengan langkah-langkah yang tepat, individu dapat memutus siklus generasi sandwich dan menciptakan masa depan yang lebih stabil dan sejahtera.

Bagikan Artikel Ini
img-content
Mugi Muryadi

Penggiat literasi dan penikmat kopi pahit

53 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler