Gemar berbagi melalui ragam teks fiksi dan nonfiksi.

Waspada, Mikroplastik Bisa Menyusup ke Dalam Otak Lewat Penciuman

Rabu, 18 September 2024 19:55 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Penelitian terbaru menemukan pecahan-pecahan kecil plastik yang bersarang pada bola penciuman. Mungkinkah partikel-partikel ini akan berpindah ke bagian otak?\xd\xd\xd

Oleh Slamet Samsoerizal

Sebuah studi baru menunjukkan bahwa mikroplastik dapat menyusup ke dasar otak. Tim peneliti mengonfirmasi keberadaan partikel dan serat plastik di dalam bola penciuman mayat manusia. Tim peneliti mengonfirmasi keberadaan partikel dan serat plastik di dalam bola penciuman mayat manusia.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Keberadaan mikroplastik di dalam bola penciuman manusia menunjukkan jalur penciuman sebagai jalur masuk potensial bagi mikroplastik ke dalam otak, menyoroti perlunya penelitian lebih lanjut mengenai efek neurotoksik dan implikasinya terhadap kesehatan manusia," kata para peneliti.

Lewat artikelnya, Sanjana Gajbhiye dari laman earth.com menyatakan, kehidupan kita lebih banyak terkait dengan plastik daripada yang kita sadari. Mulai dari secangkir kopi di pagi hari hingga pakaian yang kita kenakan. Plastik menyelinap secara diam-diam ke dalam hampir setiap aspek kehidupan kita sehari-hari.

Ada sisi lain dari cerita ini yang tidak terlalu terlihat, namun sangat berbahaya: ancaman mikroplastik. Penyiksa kecil ini telah masuk ke dalam tubuh kita. Penelitian terbaru terhadap mayat manusia dipimpin oleh Luís Fernando Amato-Lourenço, dari Free University of Berlin. Tim peneliti menemukan pecahan-pecahan kecil plastik yang bersarang di jaringan hidung manusia, tepatnya di bola penciuman. Penemuan ini menimbulkan pertanyaan yang menakutkan, mungkinkah partikel-partikel ini berpindah ke bagian otak yang lain?

Lintasan masuknya mikroplastik ke dalam tubuh kita ditentukan oleh beberapa faktor seperti ukuran, bentuk, dan respons pertahanan tubuh. Logikanya, semakin kecil ukurannya, semakin mudah ia luput dari pengamatan sistem pertahanan tubuh dan masuk ke dalam otak dan sumsum tulang belakang. Penelitian ini telah mengkonfirmasi bahwa hal ini memang benar adanya.

Bagi Phoebe Stapleton, seorang profesor Farmakologi dan Toksikologi di Rutgers University, pengungkapan ini hanyalah sebuah cerminan dari realitas akumulasi plastik yang ada di dalam tubuh kita.

"Saya tidak terlalu terkejut," kata Stapleton kepada CNN. "Saya benar-benar berpikir bahwa plastik akan ada di setiap tempat di tubuh kita. Ini hanya lebih banyak bukti."

Namun, tidak semua ilmuwan percaya pada ketakutan akan mikroplastik. Mereka yang skeptis menuntut bukti konkret dan penelitian yang dapat diandalkan.

Gelombang penelitian terbaru memperkuat satu kebenaran: tubuh kita menjadi tuan rumah yang tidak diinginkan oleh para penyerbu yang hampir tak terlihat ini. Dari area yang tak terduga seperti otak, testis, jaringan paru-paru, hingga ke tempat yang sakral seperti air susu ibu dan plasenta bayi, musuh-musuh yang sangat kecil, yang ukurannya lebih kecil daripada sehelai rambut, ada di mana-mana.

Yang benar-benar meningkatkan tingkat ancaman mereka adalah kargo jahat yang mereka bawa: bahan kimia berbahaya seperti bisphenol, ftalat, penghambat api, dan logam berat.

"Bahan kimia tersebut dapat terbawa ke hati, ginjal, dan otak Anda, dan bahkan melewati batas plasenta dan berakhir pada bayi yang belum lahir," kata Mason, yang tidak terlibat dalam penelitian ini.

Mikroplastik dan penciuman

Studi terbaru mengungkap adanya mikroplastik di dalam penciuman lebih dari separuh mayat yang diteliti. Namun, para ahli tidak dapat menunjukkan dengan tepat sumber paparan atau mengapa hanya beberapa mayat yang membawa bukti ini. Amato-Lourenço berhipotesis bahwa lapisan hidung yang membengkak dapat membuka jalan bagi partikel-partikel ini.

Menurutnya, mikroplastik di udara dapat berasal dari kain sintetis dan barang-barang rumah tangga pada umumnya. Penyebab yang paling sering ditemukan adalah polipropilena, plastik yang umum digunakan dan secara umum dianggap aman. Namun, sebuah penelitian yang berbeda menunjukkan adanya hubungan yang mengkhawatirkan antara mikroplastik polipropilena dan percepatan perkembangan kanker payudara pada tubuh manusia.

Di tengah kenyataan yang mengkhawatirkan ini, masih ada secercah harapan. Panduan dari American Academy of Pediatrics menyarankan agar kita dapat meminimalkan paparan bahan kimia dengan mengurangi penggunaan plastik sekali pakai dan beralih ke alternatif yang dapat digunakan kembali. Mikroplastik menjadi perhatian dunia, karena terus menyebar ke seluruh benua dan ekosistem.

Mikroplastik mencemari ekosistem laut, mengancam tanah melalui lumpur air limbah, dan secara tidak langsung memengaruhi kita melalui konsumsi makanan laut. Skala masalah ini menuntut respons global yang bersatu dan pembuatan kebijakan yang komprehensif.

Keberadaan mikroplastik yang mengganggu menjadi sangat penting untuk menyusun strategi yang efektif untuk meminimalkan paparan dan memahami implikasi kesehatan jangka panjang. Dengan menyelaraskan eksplorasi ilmiah dengan intervensi praktis, kita dapat mengurangi polusi mikroplastik. Penemuan mikroplastik di dasar otak manusia adalah sebuah peringatan. Hingga komunitas ilmiah mencapai konsensus yang kuat tentang dampak dari invasi ini, terserah kita untuk membatasi paparan dan mengambil tindakan proaktif. ***

 

 

Bagikan Artikel Ini

Baca Juga











Artikel Terpopuler