Wuidih, Masa Iya Dunia Kita Bakal Tenggelam dalam Plastik
Jumat, 20 September 2024 21:06 WIBMasa iya, dunia bakal tenggelam lantaran menggunungnya sampah plastik yang jumlahnya semakin menggila. \xd
oleh Slamet Samsoerizal
Dalam bentuk botol, ban, kemasan, dan pipa, jutaan ton sampah plastik dibuang setiap tahun ke saluran air di dunia. Sampah tersebut sering kali berakhir di lautan, dan jumlahnya bisa berlipat ganda pada tahun 2060, kecuali jika ada tindakan tegas yang diambil untuk mengatasi pencemaran tersebut, demikian peringatan dari Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD).
Akibat produksi massal bahan tersebut dari tahun 1950-an hingga 2019, 140 juta ton telah terakumulasi di sungai, danau, dan lautan, demikian ungkap OECD dalam laporan tahun 2023. Sekitar 22 persen dari jumlah tersebut membentuk "sup plastik" di lautan dan 78 persen ditemukan di ekosistem air tawar.
Pengelolaan sampah yang buruk
Plastik yang dibakar di tempat terbuka atau dibuang di tempat pembuangan sampah yang tidak terkendali atau tidak resmi merupakan sumber utama pencemaran lingkungan akuatik. Sebagian besar sampah plastik ini berakhir di air tawar. Sebagiannya lagi, termasuk botol dan plastik yang digunakan di sektor konstruksi, tenggelam di saluran air dan danau. Sisanya, termasuk kemasan makanan dan botol yang tertutup, mengapung selama bertahun-tahun, bahkan puluhan tahun, sebelum akhirnya berakhir di lautan, demikian ungkap OECD.
Menurut laporan malaymail.com, limbah dari aktivitas pelayaran, termasuk jaring dan alat tangkap ikan, merupakan sumber sampah plastik lain yang jauh lebih kecil di lautan, selain apa yang disebut mikroplastik, yaitu potongan-potongan plastik berukuran kurang dari lima milimeter. Makroplastik, yang berukuran lebih besar dari 5 milimeter, memiliki siklus hidup rata-rata 6 bulan hingga 35 tahun. Secara perlahan terurai menjadi mikroplastik, yang lebih mungkin dicerna oleh spesies air", kata OECD.
Sungai-sungai di Asia Risiko plastik berpindah dari daratan ke saluran air, dan kemudian ke laut, berbeda-beda di setiap tempat. Dari sekitar 100.000 saluran air, hanya 1.000 yang bertanggung jawab atas empat perlima dari sampah makroplastik di lautan, menurut studi tahun 2021 oleh para peneliti untuk LSM Ocean Cleanup yang diterbitkan dalam jurnal Science Advances. Seperlima sisanya berasal dari 30.000 sungai lainnya.
Dari 50 sungai utama yang membawa plastik ke lautan, termasuk saluran air kecil di perkotaan, 44 di antaranya berada di Asia.
Ini dikarenakan, kepadatan penduduk dan pengelolaan sampah yang buruk," ujar Laurent Lebreton, direktur penelitian Ocean Cleanup, kepada AFP.
Filipina, yang memiliki ribuan pulau, paling banyak membuang sampah plastik ke laut. Sungai Pasig, yang mengalir ke Teluk Manila, adalah sungai yang "paling tercemar (plastik)" di dunia, bersama dengan Sungai Tullahan dan Sungai Meycauayan di Filipina, Sungai Ulhas di India, dan Sungai Klang di Malaysia. Sungai ini termasuk dalam 5 sungai yang paling banyak membawa plastik ke lautan.
Dipicu oleh meningkatnya populasi dan pertumbuhan ekonomi, penggunaan plastik secara global akan meningkat hampir tiga kali lipat antara tahun 2019 dan 2060, menjadi 1.231 juta ton (Mt) per tahun, menurut OECD. Hal tersebut merupakan prospek yang suram bagi lingkungan akuatik di mana 493 Mt plastik akan menumpuk pada tahun 2060.
Ini berarti, lebih dari separuhnya berasal dari sub-Sahara Afrika, Cina, India, dan negara-negara berkembang lainnya, demikian menurut laporan tersebut. Sebaliknya, di Eropa dan Amerika Serikat, limbah industri plastik di lingkungan akuatik akan berkurang, berkat peningkatan pengelolaan sampah, demikian menurut ramalan OECD. ***
Penulis Indonesiana
4 Pengikut
Baca Juga
Artikel Terpopuler