Big Data Jadi Kunci Bluebird Bertahan
Sabtu, 21 September 2024 07:44 WIBSebagai salah satu perusahaan taksi terkemuka di Indonesia, Bluebird juga merasakan efek dari pandemi Covid-19. Namun, Bluebird berhasil bertahan hingga saat ini. Lalu, apa yang menjadi kunci Bluebird untuk bangkit dan bertahan?
Oleh Ariadne Khatarina
Siapa yang tidak kenal dengan Bluebird? Perusahaan taksi yang berdiri pada tahun 1972 ini selalu setia dan sedia menjadi teman perjalanan setiap orang. Dengan warna biru ikoniknya, Bluebird telah hadir di 18 kota di Indonesia, 48 pool, dan 13.487 armada taksi. Melansir dari situs web resmi, Bluebird meraup keuntungan sebesar Rp4,4 triliun pada tahun 2023, menjadikannya sebagai salah satu taksi konvensional yang masih bertahan hingga saat ini.
Namun, di balik kejayaan tersebut, Bluebird pernah mengalami masa-masa krisis, terutama saat pandemi Covid-19 yang terjadi di tahun 2020. Pendapatan Bluebird pada tahun tersebut hanya mencapai Rp2,04 triliun. Padahal, di tahun sebelumnya, Bluebird berhasil mencatat pendapatan Rp4,04 triliun. Penurunan tersebut tidak hanya dipengaruhi oleh penurunan mobilitas masyarakat, tetapi juga oleh kehadiran taksi daring. Lalu, apa yang sebenarnya menjadi kunci Bluebird untuk bangkit dan bertahan hingga saat ini?
Big data. Berkaca pada kesuksesan pesaingnya, Bluebird melihat bahwa kehadiran big data memberi pengaruh yang signifikan bagi kelangsungan operasional mereka. Dengan big data, Bluebird mampu membuat kalkulasi mengenai supply dan demand dengan lebih akurat. Tak hanya itu, big data juga membantu Bluebird untuk lebih mengenali karakteristik penumpangnya.
Sebelum menggunakan big data, Bluebird memanfaatkan cloud, sebuah teknologi yang menyediakan penyimpanan dan daya pemrosesan yang mampu menangani pengelolaan data dalam skala besar. Teknologi ini mulai digunakan pada tahun 2016 dengan big query dan machine learning. Pada saat itu, setiap harinya, Bluebird menganalisis jumlah supply dan demand di waktu-waktu tertentu untuk melihat pola yang kemungkinan akan terulang di esok harinya. Dengan melakukan hal tersebut, Bluebird mampu untuk meningkatkan kecepatan pengadaan taksi sehingga berdampak pada peningkatan pendapatan dan efisiensi penggunaan armada. Tercatat, pendapatan Bluebird mencapai Rp4,2 triliun pada tahun 2017 dan Rp4,22 triliun pada tahun 2018.
Pada tahun 2019, Bluebird mulai menggunakan big data dan bekerja sama dengan Telkomsel untuk menerapkan Internet of Things (IoT) dan Artificial Intelligence (AI). Dengan big data dan AI, Bluebird mampu untuk membuat prediksi mengenai permintaan dengan lebih akurat, termasuk juga mempelajari kebiasaan pengemudi dan lokasi potensial. Prediksi ini juga dikombinasikan dengan data lain, seperti cuaca dan juga informasi event yang membuat Bluebird mengirimkan pengemudi yang tepat.
Menurut Chief Information Officer (CIO) Bluebird Andeka Putra pada acara Google Cloud Summit 2019, akurasi big data pada saat itu mencapai 92-94%. Untuk meningkatkan angka tersebut, Bluebird melakukan pengadaan IoT pada armadanya. Perangkat ini dilengkapi dengan fitur argometer, GPS, memperlihatkan order penumpang, pembayaran, dan komunikasi dengan penumpang dan operator pusat. Fitur ini memungkinkan Bluebird untuk mendapatkan data posisi, jumlah armada, cuaca, perilaku pengemudi, dan lain-lain. Data-data inilah yang menjadi dasar Bluebird untuk menciptakan aplikasi MyBluebird. Aplikasi inilah yang menjadi penghubung antara penumpang dengan pengemudi, sekaligus menjadi titik balik Bluebird untuk bangkit.
Sejatinya, kehadiran big data membantu Bluebird untuk bangkit dan bersaing dengan taksi daring. Keinginan untuk memanfaatkan teknologi seperti big data, AI, IoT menjadi kunci sekaligus bukti komitmen Bluebird untuk terus memberikan layanan terbaik kepada setiap penumpangnya. Melalui strategi ini, Bluebird terus berinovasi untuk kepuasan konsumen sekaligus mempertahankan posisinya sebagai salah satu penyedia jasa layanan transportasi terkemuka di Indonesia.
Referensi: katadata.co.id, antaranews.com, bluebirdgroup.com, liputan6.com.
*) Artikel ini adalah tugas pada mata kuliah Big Data Analytic yang diampu oleh Rachma Tri Widuri, S.Sos., M.Si. Penulis adalah mahasiswi program studi Produksi Media semester 5 di Politeknik Tempo.
Penulis Indonesiana
0 Pengikut
Big Data Jadi Kunci Bluebird Bertahan
Sabtu, 21 September 2024 07:44 WIBCak Fakta Informasi Jenazah Paus Yohanes Paulus II Tetap Utuh Setelah 12 Tahun
Selasa, 20 Agustus 2024 14:08 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler