Gemar berbagi melalui ragam teks fiksi dan nonfiksi.

Ini Alasan Sigmund Freud Begitu Terobsesi dengan Leonardo da Vinci

Sabtu, 21 September 2024 06:57 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Ahli psikoanalisis Sigmund Freud menggambarkan sang seniman Leonardo da Vinci sebagai orang yang memiliki tipe perenung obsesif.\xd

Oleh Slamet Samsoerizal

Dalam sebuah surat tahun 1909, Sigmund Freud menulis kepada sesama psikoanalis Carl Jung bahwa ia pernah bertemu dengan seorang pasien neurotic.  Seniman tersebut tidak aktif secara seksual dan ketidakmampuannya dalam menyelesaikan tugas-tugasnya. Peristiwa ini mengingatkan kita pada Leonardo da Vinci, meskipun orang tersebut, menurut Freud, tidak memiliki kejeniusan seperti Leonardo.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Freud telah lama tertarik dengan polimatik Renaisans (sebuah novel Rusia tahun 1900 yang tidak jelas tentang Leonardo adalah salah satu favoritnya), tetapi pasien barunya di Wina mendorongnya untuk melakukan investigasi yang lebih dalam. Dalam kegilaan, Freud mengumpulkan sejarah, kritik, novel, karya replika, dan pada tahun 1910 menerbitkan Leonardo da Vinci, A Memory of His Childhood.

Freud membenci biografi, menganggapnya sebagai bentuk pemujaan pahlawan dan sebuah genre yang di dalamnya sang penulis memanjakan diri dalam fantasi kekanak-kanakan yang mirip dengan seorang anak yang memuja ayahnya. Freud tertarik pada Leonardo karena alasan yang sama dengan tokoh Renaisans yang membuat orang terpesona.

Ia misterius, penuh teka-teki. Secara profesional, inilah seniman terhebat pada zamannya yang tidak hanya menghindari kekayaan finansial (tidak seperti, misalnya, rekannya, Perugino), tetapi juga lebih memilih perenungan pribadi daripada melukis.

Secara pribadi, Freud menemukan Leonardo sebagai sosok yang penuh konflik: seorang vegetarian yang puas membedah manusia dan hewan. Kritikus perang yang blak-blakan dalam merancang senjata. Pria yang sangat simpatik yang membuat sketsa ekspresi penjahat yang akan dihukum mati. Seseorang yang jijik pada nafsu dan prokreasi yang menguasai seni lukis sensualitas feminin.

Esai Freud membahas dua pertanyaan abadi Leonardo. Pertama, mengapa dia begitu hebat dalam segala hal? Kedua, mengapa senyum Mona Lisa begitu menawan? Seperti halnya pasien-pasien sang psikiater asal Austria ini, ia mulai dengan mempelajari biografi awal Leonardo.

Masalahnya, seperti yang diakui Freud, tidak banyak yang bisa dikerjakan. Singkatnya, Leonardo lahir di luar Florence sebagai anak haram dari Caterina, seorang petani, dan Ser Piero, seorang notaris yang pada akhirnya akan membawa Leonardo bersama istrinya, Donna Albiera.

Sebelum adopsi ini, Freud menulis bahwa ibu bayi Leonardo sangat menyayanginya, sehingga menghasilkan kematangan seksual sebelum waktunya. Begitu masa pubertas tiba, apa yang mendorong kecerdikan bawaan Leonardo adalah menyublimkan sebagian besar libidonya menjadi dorongan untuk melakukan penelitian.

Freud menyebutnya sebagai kualitas yang paling langka dan paling sempurna. Leonardo tidak pernah menikah dan tidak pernah menjalin hubungan asmara. Seperti kata pepatah modern, dia menikah dengan lukisan-lukisannya. Karyanya adalah apa pun yang dia anggap menarik.

Mengenai senyum menyihir Mona Lisa, Freud menggunakan sebuah anekdot dari Codex Atlanticus karya Leonardo yang diterjemahkan oleh Marie Herzfeld.

"Saat saya masih dalam buaian, seekor burung nasar menghampiri saya. Dia membuka mulut saya dengan ekornya dan menghantamkan ekornya ke bibir saya beberapa kali."

Freud percaya bahwa ingatan paling awal ini adalah fantasi menyusui atau berciuman dengan burung nasar yang mewakili ibunya. Sayangnya, seperti yang diketahui Freud segera setelah dipublikasikan, Herzfeld telah melakukan kesalahan penerjemahan dan burung nasar itu sebenarnya adalah layang-layang.

 

Leonardo da Vinci

Meskipun demikian, Freud percaya bahwa patung-patung tanah liat Leonardo yang berupa kepala anak-anak dan seorang wanita yang sedang tertawa merupakan representasi terselubung dari Caterina dan dirinya sendiri. Kemudian, ketika ia bertemu dengan Lisa del Giocondo.

Freud menulis bahwa wanita itu membangkitkan ingatannya akan ibu dari masa kecilnya yang paling awal.  Senyuman itu, menurut logikanya, adalah milik seorang ibu, yang duduk menggoda di antara cadangan dan rayuan, kelembutan dan sensualitas.

Menurut pandangan Richard Whiddington dalam news.artnet.com, meskipun tidak dinyatakan, ada sudut pandang pribadi dari ketertarikan Freud. Dia juga merupakan anak dari seorang ibu yang penuh kasih saying Alih-alih Leonardo yang menyimpang dari seni lukis untuk mengeksplorasi jenis ilmu pengetahuan yang baru. Demikian juga Freud yang meninggalkan anatomi dan beralih ke psikoanalisis.

Leonardo adalah orang yang hebat dan penuh teka-teki pada masanya. Tidak heran jika Freud menganggap dirinya mampu untuk menganalisisnya. Apa yang terjadi dengan harpsichord-viola Leonardo? Mengapa para impresionis terobsesi dengan warna ungu? ***

Bagikan Artikel Ini

Baca Juga











Artikel Terpopuler