Perlu Ujian Nasional Lagikah?
Selasa, 1 Oktober 2024 16:29 WIBMeskipun banyak kritik terhadap Ujian Nasional, kita tidak bisa menutup mata terhadap pentingnya evaluasi yang terstandar. Kritik seperti tekanan psikologis yang dialami siswa bisa diatasi dengan pendekatan yang lebih holistik dalam pembelajaran.
Oleh Mugi Muryadi
Sejak ditiadakannya Ujian Nasional (UN) pada tahun 2021, perdebatan mengenai pentingnya ujian tersebut kembali muncul ke permukaan. Banyak pihak menganggap UN perlu diadakan kembali, terutama untuk menjaga kualitas pendidikan di Indonesia. Namun, tidak sedikit pula yang berpendapat bahwa UN sudah usang dan tidak relevan dengan tantangan pendidikan abad ke-21.
Ujian Nasional (UN) pertama kali diperkenalkan di Indonesia pada tahun 1950, setelah Indonesia merdeka. Namun, formatnya terus berkembang dan mengalami perubahan nama serta tujuan. Pada tahun-tahun awal, ujian ini disebut sebagai Ujian Penghabisan (UP). Pada tahun 1972, namanya berubah menjadi Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional (EBTANAS), sebelum akhirnya menjadi Ujian Nasional (UN) pada tahun 2003.
Ujian Nasional memiliki beberapa fungsi. Pertama, sebagai alat pemetaan mutu pendidikan di Indonesia. Hasil UN digunakan untuk mengetahui tingkat pencapaian sekolah dan siswa di berbagai daerah. Kedua, UN berfungsi sebagai alat seleksi masuk jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Ketiga, UN juga digunakan untuk memberikan evaluasi terhadap kinerja guru dan sekolah. Fungsi terakhir ini memungkinkan pemerintah memberikan bantuan khusus kepada sekolah yang tertinggal.
Pada tahun 2020, Menteri Pendidikan Nadiem Makarim mengumumkan penghapusan Ujian Nasional dan menggantinya dengan Asesmen Nasional (AN). Alasannya, UN dinilai hanya mengukur kemampuan kognitif dan sering menimbulkan tekanan berlebihan bagi siswa. Selain itu, praktik kecurangan dalam pelaksanaan UN juga marak terjadi. Hal ini mengaburkan tujuan awalnya sebagai alat evaluasi yang objektif. Ujian Nasional dianggap kurang relevan dengan keterampilan abad 21 seperti kreativitas, kolaborasi, dan pemecahan masalah.
Penghapusan Ujian Nasional membawa dampak yang cukup signifikan. Salah satunya adalah menurunnya standar penilaian yang merata di seluruh Indonesia. Tanpa adanya UN, standar penilaian siswa diserahkan kepada masing-masing sekolah. Hal ini menyebabkan perbedaan kualitas pendidikan antar daerah semakin lebar. Selain itu, absennya UN juga menyebabkan penurunan daya saing lulusan Indonesia di mata universitas luar negeri. Beberapa universitas, seperti di Belanda, tidak lagi menerima lulusan Indonesia karena ketiadaan standar ujian nasional.
Meskipun banyak kritik terhadap Ujian Nasional, beberapa pihak masih melihatnya sebagai komponen penting dalam sistem pendidikan. Menurut mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla, UN diperlukan untuk menjaga semangat belajar siswa. Tanpa ujian terstandar, motivasi siswa untuk belajar akan menurun. Selain itu, UN juga berperan dalam memacu kompetisi sehat antar sekolah. Dengan adanya UN, sekolah-sekolah memiliki standar yang sama dalam mengukur keberhasilan pendidikan.
Jika Ujian Nasional akan dihidupkan kembali, beberapa langkah perlu diambil agar pelaksanaannya lebih berkualitas, jujur, dan valid. Pertama, teknologi dapat dimanfaatkan untuk meminimalisir kecurangan, misalnya dengan menerapkan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) secara merata. Kedua, peningkatan pengawasan selama pelaksanaan ujian sangat penting. Penggunaan sistem pemantauan berbasis digital dapat menjadi salah satu solusinya. Ketiga, soal-soal ujian harus mencerminkan berbagai aspek kecerdasan, tidak hanya aspek kognitif tetapi juga kreativitas dan pemecahan masalah.
Selain itu, materi ujian perlu diperbarui sesuai dengan perkembangan zaman. Soal-soal yang diberikan harus mencerminkan kompetensi yang dibutuhkan dalam kehidupan nyata. Misalnya, soal-soal UN bisa lebih banyak berfokus pada keterampilan berpikir kritis dan analitis. Materi ujian yang relevan dengan kehidupan sehari-hari juga akan membuat siswa lebih termotivasi dalam belajar. Dengan begitu, UN tidak hanya menjadi tolok ukur hafalan semata, melainkan juga kemampuan berpikir secara komprehensif.
Guru memegang peranan penting dalam pelaksanaan Ujian Nasional yang berkualitas. Untuk itu, peningkatan kualitas guru perlu menjadi prioritas. Guru harus dibekali dengan kemampuan dalam menyusun soal-soal yang berbobot dan relevan dengan kurikulum. Selain itu, guru juga perlu diberikan pelatihan tentang bagaimana cara mengawasi ujian dengan lebih baik untuk menghindari kecurangan. Pada akhirnya, peran guru dalam menjaga integritas dan kualitas Ujian Nasional sangatlah penting.
Meskipun banyak kritik terhadap Ujian Nasional, kita tidak bisa menutup mata terhadap pentingnya evaluasi yang terstandar. Kritik seperti tekanan psikologis yang dialami siswa bisa diatasi dengan pendekatan yang lebih holistik dalam pembelajaran. Selain itu, evaluasi pendidikan tidak harus hanya berdasarkan UN. Penilaian harian dan proyek-proyek kreatif bisa dikombinasikan untuk memberikan gambaran yang lebih menyeluruh tentang kemampuan siswa. Dengan begitu, UN bisa tetap relevan tanpa mengorbankan beban mental siswa.
Beberapa negara yang masih menggunakan ujian standar sebagai tolok ukur keberhasilan pendidikan, seperti India dan China, menunjukkan bahwa standar evaluasi yang baik tetap diperlukan. Ujian Nasional tidak harus menjadi satu-satunya alat evaluasi, tetapi bisa menjadi salah satu dari banyak instrumen untuk mengukur keberhasilan belajar siswa. Selain itu, evaluasi bisa dilakukan secara lebih sering, sehingga siswa tidak merasa terbebani oleh satu ujian besar.
Kembali menghidupkan Ujian Nasional di Indonesia merupakan pilihan yang memerlukan kajian mendalam. Di satu sisi, Ujian Nasional memberikan standar evaluasi yang merata dan meningkatkan daya saing siswa. Di sisi lain, sistem evaluasi pendidikan yang hanya berfokus pada ujian standar tidak lagi relevan dengan perkembangan zaman. Jika Ujian Nasional akan diterapkan lagi, perbaikan dalam metode pelaksanaan, pengawasan, dan materi ujian sangatlah penting.
Evaluasi pendidikan yang baik adalah evaluasi yang mampu mencerminkan keberhasilan siswa secara menyeluruh. Ujian Nasional, jika diperbaiki dengan sistem yang lebih inklusif dan valid, tetap bisa menjadi salah satu cara untuk mencapai tujuan tersebut. Namun, hal yang lebih penting adalah menciptakan keseimbangan antara penilaian akademik, afektif, dan pengembangan keterampilan siswa yang lebih baik.
Penggiat literasi dan penikmat kopi pahit
53 Pengikut
Menyikapi AI: Antara Kagum dan Cemas
14 jam laluMemilih Tren Autentisitas dan Anti-Estetika
15 jam laluBaca Juga
Artikel Terpopuler