Implementasi SPBE dan Inovasi Teknologi Berbasis Fomo
Selasa, 1 Oktober 2024 16:58 WIBTerdapat kurang lebih 27 ribu aplikasi milik pemerintah, untuk apa semua itu?
Oleh Ida Bagus Indra Dewangkara
Di era ini, inovasi adalah sebuah harapan bagi banyak umat. Salah satu inovasi yang digencarkan di negeri kita ini adalah inovasi teknologi. Bagaimana tidak, inovasi teknologi kerap menjadi jantung kehidupan bagi beberapa umat manusia di bumi ini.
Banyak pihak seperti pemerintah ataupun swasta yang ikut serta untuk menciptakan inovasi teknologi demi kehidupan golongan atau seluruh umat manusia untuk dapat hidup lebih baik lagi. Tidak hanya itu, bahkan para siswa dan mahasiswa juga dituntut untuk berpikir visioner dengan mengedepankan inovasi.
Namun, “brutal”-nya tuntutan untuk menciptakan teknologi kerap kali membuat berbagai pihak merasa diwajibkan untuk menciptakan inovasi teknologi. Tuntutan yang terkesan memaksa ini tidak jarang membuat inovasi yang dilahirkan justru tidak bernilai karena dibuat hanya untuk memenuhi tuntutan kerja saja.
Di pemerintahan, kita mengetahui bahwa inovasi teknologi menjadi salah satu prestasi kerja bagi individu atau kelompok tertentu. Inovasi teknologi kerap menjadi tujuan utama mereka. Namun, tidak dapat dipungkiri juga bahwa hal tersebut merupakan tuntutan dari masyarakat dan para pejabat atau atasan.
Karena kerasnya tuntutan tersebut, kita sering melihat bahwa pemerintah yang mencoba menciptakan teknologi tidak optimal. Bahkan, mungkin tidak banyak masyarakat mendengar hasil inovasi teknologi yang dikeluarkan oleh pemerintah itu sendiri.
SPBE dan Inovasi Teknologi
Berbagai inovasi teknologi di Indonesia sebenarnya sudah sangat banyak. Beberapa contoh-contoh inovasi teknologi tersebut mungkin akan menjadi satu artikel yang terpisah jika ingin dibahas lebih detail.
Namun, saya akan memberikan sedikit contoh-contohnya. Di bagian pemerintahan, contoh inovasi teknologi adalah adanya Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (atau disingkat SPBE). Istilah SPBE sama dengan E-Government Platform.
SPBE adalah sebuah istilah untuk menciptakan pemerintahan yang berbasis pada teknologi informasi. Baik dari sisi pelayanan maupun penyebaran informasi, pemerintah bertekad untuk mentransformasikannya ke dunia digital melalui konsep SPBE ini.
Namun, penerapan SPBE memang masih perlu perbaikan, mengingat juga konsep ini masih tergolong baru dan memang perlu evaluasi-evaluasi lebih lanjut.
Faktanya, penerapan SPBE ini sempat mendapatkan komentar dari Presiden ke-7 Republik Indonesia, Bapak Ir. Joko Widodo. Komentar Bapak RI 1 tersebut dapat kita simak pada video di bawah ini.
Angka 27 ribu itu tidaklah sedikit, terlebih lagi jika masyarakat harus membuat akun mereka berbeda-beda per aplikasi. Apakah hal tersebut tergolong efektif dan efisien? Tentu jauh dari kata iya.
Meskipun audit dilaksanakan oleh pemerintah secara periodik, tetapi hal tersebut masih perlu tindakan yang lebih tegas. Terlebih lagi, banyak mental orang Indonesia yang memanfaatkan bahwa inovasi adalah prestasi kerja.
Ya, tapi itu hanyalah contoh saja. Di dunia industri swasta mungkin saja terjadi hal-hal serupa, tetapi memang transparansi swasta jauh lebih tertutup dibandingkan negeri.
Namun, menganggap inovasi adalah prestasi kerja bukanlah hal bijak. Apalagi, jika digabungkan dengan tuntutan yang keras dan memaksa.
Bukan hal yang aneh jika kita harus menganggap bahwa pihak yang tergesa-gesa untuk menciptakan inovasi hanyalah fomo (alias fear of missing out atau rasa takut merasa “tertinggal” karena tidak mengikuti aktivitas tertentu) belaka. Ya, kemungkinan besar mereka fomo. Fomo untuk terlihat lebih modern; Fomo untuk terlihat lebih cerdas; Fomo untuk terlihat lebih berprestasi.
Jauhkan Perasaan Fomo Saat Berinovasi
Untuk menciptakan sebuah inovasi yang optimal, pertama-tama kita harus mengetahui tujuannya terlebih dahulu. Mengapa demikian? Menurut saya, inovasi diciptakan jika manusia tersebut benar-benar berdasarkan masalah dan memiliki manfaatnya.
Jika kita berinovasi hanya berdasarkan agar terlihat keren, hal tersebut tidak akan menyelesaikan solusi apa-apa. Banyak analisis yang harus dilakukan untuk sampai ke tahap di mana kita harus menciptakan inovasi.
“Penyakit” orang Indonesia yang sulit disembuhkan adalah ingin instan dalam menggapai suatu hal. Sama dengan saat berinovasi, banyak pihak ingin terlihat hebat dan luar biasa dengan sok berinovasi, walaupun yang diciptakan hanya aplikasi kosong tanpa manfaat sedikitpun.
Kita harus meninggalkan mental buruk tersebut. Saat saya mengikuti program Studi Independen MBKM, saya mendapatkan pesan menohok dari mentor saya. Kurang lebih, berikut isi pesannya, “Jika kamu ingin menciptakan teknologi, cobalah untuk lebih capek di analisis awalnya, jangan proses pengembangannya”.
Menciptakan inovasi teknologi harus berdasarkan analisis masalah, kebutuhan, dan penyelarasan solusinya. Dengan susah payah di awal, kita tidak akan berujung dalam penciptaan inovasi teknologi yang tidak berguna. Hal tersebut karena kita telah memiliki rasional mengapa inovasi tersebut harus dikembangkan.
Namun, bukan berarti juga semua inovasi harus berupa teknologi. Bisa saja, solusi yang dihasilkan dari analisis awal hanyalah program-program tertentu yang tidak terlalu menghabiskan anggaran dan tenaga.
Dengan susah di awal, kita menjadi mudah menjalaninya di akhir. Hal tersebut sudah seharusnya dipegang oleh pihak pemerintah atau pun swasta dalam penciptaan atau pengembangan inovasi teknologi.
Harapan saya ke depan, tidak ada lagi 27 ribu aplikasi baru yang menghabiskan banyak anggaran hanya untuk memuaskan hasrat fomo dari pihak tertentu. Tidak semua masalah yang wajib diselesaikan dengan inovasi teknologi. Yang paling penting, analisis yang kuat adalah kunci untuk menciptakan solusi yang tepat.
Penulis Indonesiana
0 Pengikut
Implementasi SPBE dan Inovasi Teknologi Berbasis Fomo
Selasa, 1 Oktober 2024 16:58 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler