Saya melampirkan buku perdana karya saya yang berjudul Gelora Ilmu Religi yang bisa didownload secara gratis, berikut link-nya. https://drive.google.com/file/d/1T-_ZTzUCk-spR68FP4qRzovJEqSk7aqe/view?usp\x3ddrive_link Semoga buku ini bermanfaat! Jika dirasa baik untuk dibagikan kepada orang terdekat anda, saya dengan senang hati anda berbagi link download buku ini! Terima kasih.

Kaitan Tema Fiksi Apocalypse dengan Agama dan Filsafat

5 hari lalu
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Tulisan ini dikhususkan bagi para pencari makna dibalik peristiwa apocalypse dunia, dan kaitannya dengan agama serta filsafat.

Oleh Indrian Safka Fauzi

Mengamati perkembangan dunia fiksi terutama di webtoon baru-baru ini, banyak yang mengangkat tema apocalypse. Ini adalah tema tentang hari dimana manusia berperang melawan invasi makhluk asing baik dari gerbang dimensional atau kemunculan tower tiada ujung. Pada saat itu pula kekuatan manusia terpilih terbangkitkan, baik dari segi fisik, mental, mistis dan spiritual.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Hal ini menandakan bahwa para pembuat fiksi dunia seperti di negeri Korea dan Jepang, sepertinya mulai terinspirasi dari kisah invasi Ya'juj dan Ma'juj yang menjadi topik hangat pencarian masyarakat soal kedatangan akhir zaman.

Tema apocalypse ini seakan mewabah di dunia fiksi dan komik, dan ini tentu menjadi harapan dan kesadaran baru bagi para penggemar fiksi berbau tema masa depan.

Apabila tema apocalypse makin dibenarkan oleh kesadaran kolektif manusia, maka hal tersebut dapat menjadi alasan bagi semesta untuk segera menghadirkan apocalypse di muka bumi ini. Satu pertanyaan bila apocalypse benar terjadi di muka bumi ini, "apakah kita siap?"

Peran Agama dan Filsafat

Kehadiran agama adalah salah bentuk kasih sayang Tuhan kepada manusia agar dapat terbangkitkan kekuatannya, sehingga berdaya dalam menghadapi berbagai tantangan di setiap persoalan hidup yang ada.

Bila ternyata agama malah menjadi sumber penderitaan dan kemalangan, maka kita patut mengkritisi melalui ilmu pengetahuan dan filsafat guna menjawab keraguan kita tentang kebenaran agama yang dianut, agar manusia dapat semakin yakin akan kebenaran yang ditawarkan agama.

Karena yang menjadi penyebab penderitaan dan kemalangan bukanlah agama, melainkan kepalsuan-kepalsuan yang ditanamkan pada keyakinan kita terhadap agama oleh para setan yang memang tak menyukai keberadaan agama atau bermaksud melemahkan peradaban manusia tertentu.

Kita dapat memetik kisah dari filsuf asal Jerman yakni Friedrich Nietzsche, yang mana kondisi mengkhawatirkan yang penuh kemalangan pada perjalanan hidupnya selama beliau berfilsafat. Hal ini ditandai Nietzsche didiagnosis menderita penyakit syfilis neurologis yang parah menjelang akhir hidupnya, yang sangat mempengaruhi kondisi mental dan fisiknya.

Tentu hal tersebut mulai memetik tanda tanya akan kebenaran dan keraguannya perihal beragama. Lantas mengapa keyakinan Nietzsche justru membawakan dirinya pada takdir nasib yang penuh kesengsaraan?

Sebaik-baik berfilsafat adalah menjawab keraguan kita selama ini dalam beragama dan berkehidupan. Dengan berfilsafat kita dapat menjembatani jurang pemisah antara agama dan relevansinya dengan kehidupan sehari-hari kita.

Apakah selama ini filsafat yang kita renungkan dan pelajari mampu membawakan keberdayaan diri dan membebaskan diri dari penderitaan lagi kemalangan? Atau justru malah membuat pikiran kita semakin terombang-ambing dalam keraguan? Atau bahkan lebih buruk dari itu, yaitu makin tak percaya akan kebenaran yang ditawarkan agama?

Kebenaran vs Kepalsuan

Agama yang sarat kebenaran mutlak dari sisi Tuhan memberikan kesehatan, keberdayaan, kesejahteraan, kedamaian dan keselamatan hidup dan setelah mati.

Sementara kepalsuan membawakan penyakit, penderitaan, kemalangan, kekacauan dan kesengsaraan yang tak berujung.

Saat ini orang berlomba mempengaruhi masyarakat dengan cara memproduksi karya berupa buku. Buku-buku itu diharapkan dipercaya oleh manusia, dan yang terpenting adalah bagaimana mereka yang mempengaruhi secara tak langsung mendapatkan kekuasaan berupa keberlimpahan finansial dari pengaruh yang mereka berikan.

Bisnis yang melibatkan keyakinan kolektif masyarakat, memang merupakan bisnis yang amat menggiurkan karena keuntungannya. Namun benarkah bisnis tersebut membawakan keberkahan bagi kehidupan masyarakat, atau justru malapetaka?

Tak sedikit yang mengira bahwa dirinya adalah seorang yang sempurna dan hebat, tapi nyatanya malah mempercayai kepalsuan yang melemahkan. Namun tak sedikit pula yang dianggap lemah dan tak berdaya, mempercayai kebenaran yang justru menguatkannya.

Ini hanya soal waktu, pihak mana yang sebenarnya memang selamat dan sejahtera saat tiba hari apocalypse itu benar-benar terjadi.

Cimahi, 2 Oktober 2024.

Bagikan Artikel Ini
img-content
Indrian Safka Fauzi (Aa Rian)

Hamba Allah dan Umat Muhammad Saw. Semakin besar harapan kepada Allah melebihi harapan kepada makhluk-Nya, semakin besar pula potensi dan kekuatan yang kita miliki.

2 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler