Saya melampirkan buku perdana karya saya yang berjudul Gelora Ilmu Religi yang bisa didownload secara gratis, berikut link-nya. https://drive.google.com/file/d/1T-_ZTzUCk-spR68FP4qRzovJEqSk7aqe/view Semoga buku ini bermanfaat! Jika dirasa baik untuk dibagikan kepada orang terdekat anda, saya dengan senang hati anda berbagi link download buku ini! Terima kasih.

Melawan Energi Negatif yang Menyelimuti Dunia Dimulai dari Pikiran yang Jujur dan Adil

Senin, 14 Oktober 2024 06:25 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Lebih baik pahit untuk diri sendiri dengan berkata yang sebenarnya, walau mesti kehilangan rasa nyaman, sebab dengan jujur dan adil semenjak dari pikiran dan diterapkan melalui kata-kata, itu menumbuhkan kepercayaan dari Tuhan Yang Maha Bijaksana.

Oleh Indrian Safka FauziĀ 

"Sepertinya mulai ada rasa tak optimis dalam berkebaikan" Zenad mengeluh kepada Gozan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Wajar saja, berdasarkan literatur Veda, kita saat ini berada di zaman kegelapan, sementara dalam literatur Islam, zaman sekarang menandakan kedatangan hari akhir yang dijanjikan sudah semakin dekat.

Hal itu ditandai pikiran jahat, perkataan tiada berguna, perbuatan merusak, serta kebiasaan yang buruk mayoritas manusia memang demikian, sehingga menciptakan energi negatif yang terus menerus menjadikan kuat siklus pikiran, perkataan, perbuatan dan kebiasaan demikian.

Akibat siklus keburukan tersebut terlahirlah manusia-manusia dengan watak-watak negatif." Gozan menjelaskan dengan rinci.

"Jadi kita mesti melawan dominasi energi negatif yang menyelimuti muka bumi ini dengan energi positif ya, begitukan Gozan?" Harap Zenad.

"Ya dimulai dari diri kita sendiri, pikiran kita saja mampu mencipta energi positif, yang mana energi itu berasal dari kepercayaan Tuhan semesta Alam kepada kita. Bagaimana salah satu caranya? Yaitu dengan adil dan jujur dimulai dari pikiran kita sendiri.

Seperti yang diungkap oleh penulis legendaris Pramoedya Ananta Toer dalam kutipannya 'seorang terpelajar harus sudah berbuat adil sejak dalam pikiran apalagi dalam perbuatan'. Bagaimana terlahir perkataan hingga perbuatan yang benar dan baik, jika dalam pikiran saja kita sudah dusta?

Apakah ciri pikiran tak jujur dan adil? Tidak mengakui bahwa A adalah A, B adalah B sejak dalam pikiran, pikiran kita cenderung menukar A dengan B, atau memelintir makna arti demi kenyamanan sepihak, padahal itu adalah dusta.

Seperti saat seorang bertanya, apakah engkau suka membaca tulisan-tulisanku semenjak kerja di luar kota sana? Nah si kawan yang ditanya itu malah menjawab, 'kadang sih' padahal realitanya 'tidak sama sekali', hanya karena tak ingin si kawan membuat temannya kecewa" jelas Gozan mencerahkan.

"Ya benar, tidak sedikit kebiasaan bangsa kita melembutkan kata-kata yang padahal bukan arti sebenarnya, itu sama saja dengan berdusta, sementara Tuhan saja benci perkataan dusta, wajar saja melakukan perbuatan yang tak disukai Tuhan, membuat diri kita terjebak dalam lingkaran setan tanpa kita sadari." Zenad menguatkan pendapat Gozan.

"Benar sekali Zenad, manusia condong berkumpul dengan energi yang sama, maka wajar mereka berkumpul dengan perkumpulan yang satu karakter pula, oleh karena itu jangan heran kalau mengapa kita seringkali merasa terasing.

Mungkin sekeliling kita memiliki energi yang bertentangan dengan kita" Jelas Gozan memperkuat pendapat Zenad, mereka berdua benar-benar saling menguatkan.

"Lantas apa penyebab manusia berkata dusta?" Tanya Zenad yang meruncing pada pemahaman yang mendalam.

"Menutupi keadaan sebenarnya, dengan maksud untuk melindungi kepentingannya, bahkan agar dia survive dari keadaan yang tak menguntungkannya.

Seperti tak ingin membuat kecewa lawan bicaranya. Padahal pikiran yang dipenuhi dusta itu saja, menyebabkan kita terjebak pada kondisi yang amat tak menguntungkan pada akhirnya.

Ini sebab pikiran-pikiran yang selalu mengukur keuntungan jangka pendek seperti inilah yang membuat diri kita tidak berkembang, tak dapat beraktualisasi diri.

Karena kita sendiri sudah kehilangan kepercayaan dari Tuhan Yang Maha Benar, yang berakibat pikiran kita dipenuhi energi negatif yang memproduksi pemikiran dan ide-ide yang secara tak sadar menyengsarakan kita" Gozan menjelaskan dengan penuh kesungguhan akan pengetahuannya kepada Zenad.

"Ya lebih baik pahit untuk diri sendiri dengan berkata yang sebenarnya, walau mesti kehilangan rasa nyaman, sebab dengan jujur dan adil semenjak dari pikiran dan diterapkan melalui kata-kata, itu menumbuhkan kepercayaan dari Tuhan Yang Maha Bijaksana.

Melalui kasih sayang-Nya mampu membuat pikiran kita dipenuhi energi positif sehingga melahirkan kata-kata, tindakan, kebiasaan bahkan karakter yang baik di mata Tuhan, alam, dan sesama kita.

Maka lebih baik kita jujur dengan diri kita sendiri, walau orang lain kecewa dengan kita sebagai akibatnya, namun yang penting Tuhan puas kepada kita, hingga akhirnya Tuhan memberikan kepercayaan-Nya kepada kita, bukan begitu Gozan?" Zenad semakin sadar akan keutamaan adil dan jujur dengan topik yang dibahas Gozan.

"Tepat sekali." Gozan menyalami tangan Zenad dengan genggaman persahabatan.

Cimahi, 13 Oktober 2024.

Bagikan Artikel Ini
img-content
Indrian Safka Fauzi (Aa Rian)

Hamba Allah dan Umat Muhammad Saw. Semakin besar harapan kepada Allah melebihi harapan kepada makhluk-Nya, semakin besar pula potensi dan kekuatan yang kita miliki.

2 Pengikut

img-content

Carilah yang Abadi

Rabu, 6 November 2024 17:59 WIB

Baca Juga











Artikel Terpopuler