Suroan: Tradisi Jawa yang Lestari (1)
Senin, 14 Oktober 2024 06:31 WIBSuroan berasal dari kata Asyura yang berarti perayaan pada 10 Muharram.
Pada dasarnya, setiap suku yang ada di Indonesia selalu mempunyai berbagai macam tradisi yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Hanya saja, ada sebagian kelompok masyarakat yang memiliki kesadaran untuk melestarikan tradisinya. Adapula kelompok masyarakat yang enggan melestarikannya. Di sisi lain, jika ditinjau dari ciri khas yang melekat, ada tradisi yang masih memiliki keaslian dengan muasalnya, namun ada juga tradisi yang mengalami perubahan-perubahan.
Tradisi suroan merupakan salah satu tradisi yang masih dilestarikan oleh masyarakat Jawa di berbagai daerah. Hal itu karena suroan dipandang sebagai salah satu tradisi yang syarat akan makna dan nilai. Selain itu, bulan Suro dipandang sebagai saat yang tepat untuk melakukan introspeksi diri. Oleh karena itu, tradisi suroan masih lestari sampai hari ini.
Seiring perkembangan zaman, tradisi suroan yang ada mengalami banyak sekali variasi kegiatan dan pola pelaksanaannya. Sebagai contoh, perayaan suroan di Solo identik dengan kebo bule. Di Ponorogo, perayaan suroan diisi dengan berbagai festival, pawai, hingga kirab pusaka. Adapun di Sulawesi, tradisi suroan identik dengan jepe suro (bubur Muharam). Keberagaman yang ada dalam tradisi suroan tersebut menunjukkan bahwa kondisi alam, kultur, dan cara pandang masyarakat mampu memberikan pengaruh yang besar terhadap tradisi yang ada.
Suroan berasal dari kata Asyura yang berarti perayaan pada 10 Muharram. Suroan dapat diartikan sebagai suatu tradisi yang dimaksudkan untuk menyambut datangnya tahun baru Islam sekaligus tahun baru Jawa. Bagi masyarakat Jawa, Asyura atau Muharram adalah tahun baru Islam yang harus dihormati kehadirannya secara lahir dan batin. Oleh karena itu, dalam penyambutannya harus diiringi dengan sikap-sikap positif, seperti berdoa dan memuji keagungan Tuhan, melakukan laku tirakat, hingga memohon petunjuk untuk kehidupan yang lebih baik.
Di kelurahan Cahaya Mas misalnya, tradisi suroan masih sangat lestari. Hal ini dapat dibuktikan saat bulan Asyura datang. Kelurahan Cahaya Mas yang terdiri dari lima dusun itu akan ramai mulai pada malam pertama hingga malam ke sepuluh Asyura. Seluruh masyarakat antusias menyambut kedatangan bulan Asyura.
Dalam praktiknya, setiap dusun memiliki corak yang berbeda. Ditinjau dari segi tempat, tradisi suroan ada yang dilaksanakan di perempatan jalan dan ada pula yang dilakasanakan di rumah-rumah pemuka masyarakat. Ditinjau dari segi kemeriahan, tradisi suroan ada yang dilaksanakan secara besar-besaran dan ada pula yang dilaksanakan secara sederhana. Secara umum, tradisi suroan dalam kehidupan msyarakat Jawa di Cahaya Mas dilakukan dalam rangka memohon keselamatan dari segala petaka dan wujud syukur kepada Allah atas segala karunia yang telah diberikan.
Penulis Indonesiana
0 Pengikut
Menjaga Alam, Menjaga Kehidupan
21 jam laluWanita, Serumit Apa Dirimu?
1 hari laluBaca Juga
Artikel Terpopuler