DPR Berwajah Dinasti hingga Kebinet Rasa Kebun Binatang
Rabu, 16 Oktober 2024 13:34 WIBKursi-kursi empuk yang mereka duduki bukan lagi simbol kekuasaan yang dihormati dan disegani, melainkan jadi ikon kemalasan, korupsi, dan kepentingan pribadi yang mengundang olok-olok rakyat.
***
Jika kita perhatikan lanskap politik Indonesia saat ini, agaknya kita perlu berterima kasih kepada mereka yang dengan gigih mempertahankan tradisi bagi-bagi. Bukan lagi bagi-bagi sembako di masa kampanye, tetapi kini lebih glamor: bagi-bagi kursi menteri, bagi-bagi posisi strategis di DPR, dan tentunya bagi-bagi kuasa.
Belum lama ini, sebuah judul headline dari Koran Tempo menggambarkan DPR kita sebagai "Dewan Perwakilan Dinasti dan Pengusaha". Ah, rasanya ini adalah "pujian", bukan sindiran. Bukankah kita semua mendambakan kestabilan? Dan, apa yang lebih stabil daripada sebuah dinasti?
Lihat saja monarki! Cucu dan cicit mereka yang manis akan mewarisi tahta, sama seperti bagaimana anak, saudara, ipar, bahkan mertua kini ikut mewarisi kursi di DPR. Ini adalah keluarga besar yang harmonis.
Betapa memukau, ketika pemilu hanya menjadi formalitas, dan demokrasi berubah menjadi urusan keluarga. Bahkan, sebuah keluarga artis papan atas, bisa masuk DPR membawa serta istri dan anaknya. Waw, rupanya ada pula bibit-bibit baru yang tergiur membangun dinasti politik meski dari jalur musik!
Tidak hanya keluarga, pengusaha pun turut bergabung dalam pesta. Kini, jika Anda mendapati seorang legislator sedang asyik berbicara soal kebijakan publik, jangan heran jika dia juga sedang memikirkan cara terbaik untuk memperbaiki neraca perusahaan keluarga.
Betul, DPR kita sudah seperti konglomerat mini yang tak kalah dengan korporasi multinasional. Kepentingan rakyat? Ah, jangan terlalu serius. Itu sekadar basa-basi dalam pidato pelantikan. Yang penting, saham dan bisnis tetap moncer!
Berisi Spesies Unik
Dan, mari kita bergeser ke istana yang tak kalah sibuk dengan program bagi-bagi. Dalam edisi berbeda, Koran Tempo menulis headline Bagi-bagi jatah Menteri Kabinet Besar dan Formasi Besar Bagi-bagi Kuasa.
Setelah melalui masa kampanye panjang penuh janji, pemerintahan Prabowo kini bersiap meluncurkan apa yang oleh beberapa pengamat disebut sebagai "Kabinet Rasa Kebun Binatang" — luas, bervariasi, dan penuh dengan spesies yang unik-unik.
Siapa yang mendapat apa bukan lagi soal kapasitas atau kompetensi, tetapi soal siapa kenal siapa. Ah, rezim ini seperti pesta pernikahan yang besar, dan semua tamu undangan harus pulang membawa hadiah, entah itu kementerian, jabatan komisaris, atau proyek.
Ironisnya, dalam situasi ini, politikus yang dulu mungkin dianggap gagah dengan jargon perjuangan demi rakyat kini menjadi bahan olok-olok. Kursi-kursi empuk yang mereka duduki bukan lagi simbol kekuasaan yang dihormati, melainkan jadi ikon kemalasan, korupsi, dan kepentingan pribadi.
Wajah-wajah mereka di parlemen, di media, di sidang kabinet, perlahan berubah menjadi objek tatapan nyinyir rakyat. Para pengusaha yang dulu cuma ada di belakang layar kini duduk bersebelahan dengan wakil rakyat, menegaskan bahwa batas antara bisnis dan politik makin buram. Semua orang berebut kursi, dan demokrasi seakan tak lebih dari permainan kursi musikal yang, sayangnya, rakyat tak diundang ikut.
Kita tak bisa mengabaikan kenyataan bahwa bagi rakyat, pemandangan ini sungguh menyayat hati. Politik, yang seharusnya jadi arena perdebatan intelektual dan perjuangan moral, kini menyerupai lapangan bagi konglomerat dan keluarga kerajaan modern.
Di tengah pesta bagi-bagi kuasa, rakyat cuma bisa menonton dari pinggir, tertawa getir. Tentu saja mereka tak bisa marah terlalu keras, takut suara mereka mengganggu pesta besar itu.
Mungkin mereka sedang menunggu—menunggu sampai lampu pesta padam, dan kursi-kursi kosong lagi. Namun, apakah kursi itu akan kembali diisi dengan niat baik atau hanya pergantian dinasti? Kita lihat nanti.
Penulis Indonesiana l Veteran Jurnalis
3 Pengikut
Waspada! Ancaman Virus Judi dalam Game Online
15 jam laluBaca Juga
Artikel Terpopuler