Tiada Alasan Takut Kehilangan: Belajar dari Marcus Aurelius dan Budaya Jawa
Rabu, 16 Oktober 2024 13:38 WIBKadang ketakutan dan kekhawatiran muncul dalam pikiran kita. Ekonomi, keuangan, keamanan bisa menjadi pemicunya. Bagaimana mengatasinya? Mari kita belajar dari Marcus Aurelius dan budaya Jawa.
***
Kita semua pasti pernah merasakan ketakutan, ya kan? Dalam perjalanan hidup ini, banyak dari kita yang khawatir kehilangan berbagai hal, entah itu harta benda, pekerjaan, atau bahkan orang-orang tercinta. Nah, ada seorang filsuf Stoik bernama Marcus Aurelius yang pernah bilang sesuatu yang bikin kita merenung. Dia bertanya, "Apa sih yang kamu takuti hilang, padahal di dunia ini, sebenarnya, enggak ada yang benar-benar milikmu?"
Kutipan ini bener-bener memberikan sudut pandang baru tentang kepemilikan dan rasa khawatir. Marcus mengajak kita untuk melihat dunia ini lebih sebagai pinjaman sementara, bukannya milik pribadi. Semua yang kita miliki—dari barang-barang, hubungan, hingga tubuh kita sendiri—pada akhirnya akan pergi juga. Ya, semuanya ini milik Allah swt, kan?
Tapi, kenapa sih kita sering merasa takut kehilangan?
Ketakutan ini, biasanya, muncul karena kita ingin merasa aman dan punya kendali atas hidup kita. Kita berusaha mengumpulkan kekayaan, membangun reputasi, dan menjalin hubungan yang kuat, demi merasa bahagia dan sukses. Tapi, kadang-kadang, ketika kita terlalu terikat pada semua itu, kita jadi lebih rentan terhadap rasa takut dan kecewa.
Jadi, gimana sih cara menemukan ketenangan? Nah, Marcus Aurelius punya jawaban. Dia bilang kuncinya adalah menerima kenyataan bahwa segalanya itu sementara. Ketika kita menyadari bahwa enggak ada yang benar-benar milik kita, kita bisa melepaskan ikatan emosional yang berlebihan. Dan, percaya deh, ini bisa bikin hidup kita lebih tenang dan bahagia.
Di dalam budaya Jawa, ada istilah "nrimo ing pandum", yang artinya menerima dengan ikhlas semua yang diberikan oleh Allah swt. Dengan sikap ini, kita bisa merasa lebih senang dan enggak khawatir tentang kehilangan.
Lalu, bagaimana sih cara kita menerapkan hikmah ini dalam kehidupan sehari-hari?
- Yuk, praktikkan rasa syukur. Fokuskan perhatian pada apapun yang Anda miliki saat ini, bukan pada apa yang mungkin hilang. Keluarga, teman, pendidikan, harta benda sekecil apapun adalah pemberian Allah swt yang harus disyukuri.
- Realisasi rasa syukur adalah dengan memakai dan merawat apapun yng kita miliki. Selain harta benda, ilmu, pekerjaan, juga keluarga, teman dan masyarakat. Nikmati momen-momen bersama mereka tanpa terlalu khawatir tentang masa depan.
- Hiduplah di saat ini. Tidak perlu terlalu terikat dengan masa lalu atau masa depan. Fokuskan pikiran dan hati pada apa yang dimiliki dan apa yang terjadi sekarang.
- Latih pikiran untuk menerima apapun pemberian Allah swt. Ketika menghadapi tantangan atau kehilangan, latihlah pikiran Anda untuk menerima situasi tersebut dengan tenang dan ikhlas.
Penutup
Dengan memahami dan menerapkan hikmah dari kutipan Marcus Aurelius, dan dengan sikap “nrimo ing pandum” kita dapat mengurangi rasa takut dan hidup dengan lebih penuh makna. Ketika kita menyadari bahwa segala sesuatu bersifat sementara, kita dapat fokus pada hal-hal yang benar-benar penting dalam hidup yaitu mengabdikan diri kepada Allah swt dengan berkarya sesuai dengan kompetensi kita.
Penulis Indonesiana
3 Pengikut
Alasan Kita Menulis
14 jam laluSeni Menulis dan Menemukan Makna Cerita
1 hari laluBaca Juga
Artikel Terpopuler