Keragaman Budaya Indonesia beserta Contohnya
Rabu, 23 Oktober 2024 08:13 WIB
Iklan
\xd Upacara adat adalah salah satu bentuk adat istiadat atau kebiasaan masyarakat tradisional. Dalam upacara ini terdapat\xa0nilai-nilai yang relevan bagi kebutuhan masyarakat.
Hal itu dirasa sebagai bentuk upaya manusia agar dapat berhubungan dengan arwah atau roh para leluhur dan bentuk kesanggupan masyarakat sekitar untuk menyelaraskan diri akan alam dan lingkungan luas.
Upacara adat dikenal sebagai salah satu warisan nenek moyang dari masing-masing daerah yang telah dijaga dan dilestarikan secara turun-temurun. Meskipun perkembangan zaman semakin maju dan canggih, akan tetapi upacara adat tak dilupakan oleh sebagian masyarakat, khususnya masyarakat yang kental akan adat. Hal itu karena upacara adat dirasa mempunyai nilai filosofis dan kekuatan tersendiri oleh sebagian masyarakat setempat.
Upacara Adat di Aceh
Upacara adat di Aceh, yakni Peusijuk. Peusijuk dikenal sebagai tradisi turun-temurun yang dilakukan oleh masyarakat Aceh sebagai perwujudan syukur atas anugerah yang diberikan oleh Allah. Umumnya, upacara adat Peusijuk diselenggarakan saat acara kelahiran, naik haji, pernikahan.
Upacara Adat di Sumatera
Upacara adat di Sumatera Utara adalah Tradisi Mangokkal Holi. Tradisi ini dikenal sebagai ritual untuk mengambil tulang belulang leluhur masyarakat dari dalam pemakaman, kemudian disimpan dalam peti dan diletakkan di salah satu bangunan tugu yang memang disediakan secara khusus.
Upacara Adat di Kepulauan Riau dan Riau
Upacara adat di Kepulauan Riau dikenal sebagai Tepuk Tepung Tawar. Adapun maksud dan tujuan digelarnya upacara ini guna memberikan berkah demi keselamatan dan kesejahteraan, serta menghapus kesialan orang yang melakukan upacara adat ini.
Upacara Adat Jambi
Upacara adat Jambi, yakni Upacara Besale. Upacara Besale adalah bentuk pengobatan tradisional guna mengusir arwah atau roh jahat yang dirasa menjadi asal mula penyakit dari warga suku Anak Dalam.
Upacara Adat Kepulauan Bangka Belitung
Upacara adat dari Kepulauan Bangka Belitung adalah Perang Ketupat. Perang Ketupat dilaksanakan tiap 1 Muharram atau Tahun Baru Islam di pantai Tempilang, tepatnya Kabupaten Bangka Barat.
Upacara Adat Bengkulu dan Lampung.
Upacara adat di Bengkulu dinamai sebagai Bakar Gunung Api. Upacara ini diselenggarakan dengan menumpuk batok kelapa sampai menyerupai gunung, lalu membakarnya. Hal itu sebagai perwujudan rasa syukur pada Tuhan.
Upacara Adat DKI Jakarta
Upacara adat di DKI Jakarta, yakni Mapas. Mapas dilaksanakan masyarakat Betawi bilamana terdapat seorang Ibu yang baru melahirkan anak. Dalam upacara itu, para ibu diwajibkan memakan sayur papasan agar ibu dan bayi selalu sehat.
Upacara Adat Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur
Upacara adat Jawa Barat, yaitu Sisingaan yang dilakukan dengan metode mengarak anak sehari sebelum dikhitan. Biasanya, upacara ini lebih sering dilaksanakan oleh masyarakat Subang.
Upacara Adat Banten, Yogyakarta, dan Bali
Upacara adat di Banten dinamai Seren Raun yang diselenggarakan sebagai perwujudan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berbagai hasil dari bidang pertanian.
Upacara Adat NTB dan NTT
Upacara adat di Nusa Tenggara Barat adalah U’a Pua. Tradisi ini berlangsung selama tujuh hari berturut-turut serta berkaitan dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad. Adapun tradisi ini dilaksanakan dengan berbagai atraksi dari masyarakat Bima dan Mbojo.
Upacara Adat di Kalimantan
Upacara adat di Kalimantan Barat dinamai Naik Dango. Upacara adat ini memang kegiatan tahunan yang diselenggarakan oleh masyarakat Dayak sebagai ucapan syukur pada Sang Pencipta atau mereka menyebutnya Nek Jubata atas panen padi.
Upacara Adat di Sulawesi dan Gorontalo
Upacara adat di Sulawesi Utara disebut sebagai Mekikuwa yang diselenggarakan suku Minahasa sebagai ucapan permohonan sekaligus rasa syukur pada Tuhan. Kemudian, di Sulawesi Tengah dikenal sebagai ritual Mora’akeke sebagai bentuk permohonan agar Tuhan mengurangi sinar matahari. Di Sulawesi Tenggara dikenal sebagai upacara adat Posuo yang memang dilaksanakan terkait kesucian seorang wanita.
Upacara Adat di Maluku dan Papua
Upacara adat di Maluku dikenal sebagai Pukul Sapu yang digelar seminggu setelah Idul Fitri atau setiap 7 Syawal oleh para lelaki, sementara di Maluku Utara dikenal dengan Tradisi Abdau, yakni penyambutan Idul Adha.
Pakaian Adat
Pakaian adat adalah salah satu ciri suku tertentu di Indonesia. Umumnya, pakaian adat dipakai saat berlangsungnya proses upacara adat, misalnya, pernikahan yang memang menerapkan adat istiadat dari daerah tersebut.Adapun untuk warna dan corak dari masing-masing pakaian tradisional di Indonesia memiliki keberagaman, mulai dari kombinasi warna cerah hingga cenderung gelap. Tak hanya itu, pakaian adat dari tiap daerah di Indonesia juga memiliki nama tersendiri.
Nama-Nama Pakaian Adat pada Tiap-Tiap Provinsi di Indonesia.
Provinsi Aceh, yaitu Pakaian Adat Ulee Balang
Provinsi Sumatera Utara, yaitu Pakaian Adat Ulos
Provinsi Sumatera Barat, yaitu Pakaian Adat Bundo Kanduang, Limpapeh Rumah Nan Gadang
Provinsi Riau, yaitu Pakaian Adat Teluk Belanga dan Kebaya Labuh
Kepulauan Riau, yaitu Pakaian Adat Kebaya Labuh dan Teluk Belanga
Provinsi Jambi, yaitu Baju Kurung Tanggung
Provinsi Bengkulu, yaitu Pakaian Adat Rejang Lebong
Provinsi Sumatera Selatan, yaitu Pakaian Adat Aesan Gede
Provinsi Bangka Belitung, yaitu Pakaian Adat Paksian
Provinsi Lampung, yaitu Pakaian Adat Tulang Bawang
Provinsi Banten, yaitu Pakaian Adat Pangsi
Provinsi Jawa Barat, yaitu Pakaian Adat Bedahan
Provinsi DKI Jakarta, yaitu Pakaian Adat Sadariah
Provinsi Jawa Tengah, yaitu Kebaya
Provinsi DI Yogyakarta, yaitu Kebaya Kesatrian
Provinsi Jawa Timur, yaitu Pakaian Adat Pesa’an
Provinsi Bali, yaitu Pakaian Adat Payas Agung
Provinsi Nusa Tenggara Barat, yaitu Pakaian Adat Rimpu
Provinsi Nusa Tenggara Timur, yaitu Baju Adat Nusa Tenggara Timur
Provinsi Kalimantan Barat, yaitu Pakaian Adat King Baba atau King Tompang
Provinsi Kalimantan Tengah, yaitu Pakaian Adat Sangkarut
Provinsi Kalimantan Timur, yaitu Pakaian Adat Kustin
Provinsi Kalimantan Utara, yaitu Pakaian Adat Ta’a dan Sapei Sapaq
Provinsi Kalimantan Selatan, yaitu Babaju Kun Galung Pacinan
Provinsi Sulawesi Barat, yaitu Pakaian Adat Pattuqduq Towaine
Provinsi Sulawesi Utara, yaitu Pakaian Adat Laku Tepu
Provinsi Sulawesi Tengah, yaitu Pakaian Adat Nggembe
Provinsi Sulawesi Selatan, yaitu Pakaian Adat Bodo
Provinsi Sulawesi Tenggara, yaitu Pakaian Adat Babu Nggawi
Provinsi Gorontalo, yaitu Pakaian Adat Biliu dan Makuta
Provinsi Maluku, yaitu Pakaian Adat Cele
Provinsi Maluku Utara, yaitu Pakaian Adat Manteren Lamo dan Kimun Gia
Provinsi Papua Barat, yaitu Pakaian Adat Ewer
Provinsi Papua, yaitu Koteka dan Rok Rumbai
3. Rumah Adat Tradisional
Rumah adat tradisional adalah sebuah bangunan atau konstruksi yang sengaja dibangun dan dibuat sama persis dari tiap-tiap generasinya, tanpa adanya modifikasi. Rumah adat masih dipertahankan, baik segi kegunaan, fungsi sosial, dan budaya di balik corak atau desain bangunan tersebut.
Pada setiap rumah adat yang dimiliki oleh 34 provinsi di Indonesia, tentu memiliki ciri karakteristik masing-masing. Rumah adat sendiri dapat digunakan sebagai tempat tinggal atau hunian suatu suku bangsa tertentu dan bisa pula menjadi tempat yang bersejarah, serta dipakai sebagai pelaksanaan upacara adat.
Daftar Nama Rumah Adat beserta Provinsinya
No. Nama-Nama Rumah Adat Provinsi
1 Rumoh Aceh Aceh
2 Rumah Adat Bolon Sumatera Utara
3 Rumah Adat Gadang Sumatera Barat
4 Rumah Adat Melayu Selaso Jatuh Kembar Kepulauan Riau dan Riau
5 Rumah Adat Panggung Jambi
6 Rumah Adat Bubungan Lima Bengkulu
7 Rumah Adat Limas Sumatera Selatan
8 Rumah Adat Nuwou Sesat Lampung
9 Rumah Adat Gapura Candi Bentar Bali
10 Rumah Adat Kebaya DKI Jakarta
11 Rumah Adat Kesepuhan Jawa Barat
12 Rumah Adat Joglo Jawa Timur dan Jawa Tengah
13 Rumah Adat Bangsal Kencono DI Yogyakarta
14 Rumah Adat Dalam Loka Samawa Nusa Tenggara Barat
15 Rumah Adat Sao Ata Mosa Lakitana Nusa Tenggara Timur
16 Rumah Adat Panjang Kalimantan Barat
17 Rumah Adat Betang Kalimantan Tengah
18 Rumah Adat Banjar Kalimantan Selatan
19 Rumah Adat Lamin Kalimantan Timur
20 Rumah Adat Bolaang Mongondow Sulawesi Utara
21 Rumah Adat Souraja/Rumah Raja Sulawesi Tengah
22 Rumah Adat Laikas Sulawesi Tenggara
23 Rumah Adat Tongkonan Sulawesi Selatan
24 Rumah Adat Baileo Maluku
25 Rumah Adat Dulohupa Gorontalo
26 Rumah Adat Honai Papua
4. Alat Musik Tradisional
Alat musik tradisional Indonesia merupakan alat musik yang sudah turun-temurun dari generasi ke generasi dan berkembang di daerah-daerah tertentu. Dengan begitu, hal itu menjadi bukti bahwa Indonesia memiliki aset yang beragam.
Dalam masyarakat adat, lazimnya alat musik tradisional memiliki 3 fungsi, di antaranya:
1.Alat musik tradisional digunakan sebagai salah satu media atau sarana upacara adat yang memang diselenggarakan secara turun-temurun.
2.Alat musik tradisional dapat berfungsi sebagai pengisi latar musik pada pertunjukan seni daerah setempat.
3.Alat musik tradisional bisa menjadi sarana ekspresi, kreasi, bahkan komunikasi.
Alat Musik Tradisional Indonesia yang Mendunia
1. Angklung
Angklung merupakan salah satu alat musik tradisional dari Jawa Barat yang telah dikenal hingga ke ranah Internasional. Angklung adalah alat musik yang terbuat dari belahan bambu yang dirangkai dan disusun sehingga apabila digoyangkan akan menciptakan nada yang khas.
2. Gamelan
Gamelan adalah perpaduan dari beberapa alat musik tradisional Indonesia yang dimainkan bersamaan, terdiri dari gong, gambang, saron, kenong, dan beberapa alat musik lainnya.
3. Tifa
Alat musik tradisional Tifa berasal dari Maluku dan Papua, bentuknya mirip tabung yang dimainkannya dengan dipukul. Lazimnya, tifa dimainkan saat upacara adat, mengiringi tarian tradisional khas Indonesia, serta pertunjukan musik tradisional. Berdasarkan jenisnya, tifa terbagi menjadi tifa jekir, dasar, bas, dan potong.
4. Sasando
Sejak abad ke-7, Sasando telah dipakai di Rote, tepatnya Nusa Tenggara Timur. Alat musik tradisional NTT ini, berupa kawat yang dimainkannya dengan dipetik. Sasando memiliki keunikan, yakni pada bagian utama dengan bentuk tabung panjang dari belahan bambu. Keunikan tersebut mengantarkan sasando menjadi alat musik tradisional Indonesia yang mendapatkan penghargaan dari The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO).
5. Kolintang
Kolintang adalah alat musik tradisional dari Sulawesi Utara yang biasanya difungsikan untuk mengiringi upacara adat penghormatan arwah leluhur. Tahun 2019, kolintang dimainkan oleh 1.223 orang hingga akhirnya berhasil memecahkan rekor dunia. Seiring berkembangnya zaman, fungsi kolintang beralih ke ranah industri kreatif, seperti menjadi pengiring lagu tradisional, pengiring tari tradisional, bahkan orkestra.
5. Tarian Adat Tradisional
Tarian adat tradisional adalah tarian yang berkembang dan tentunya dilestarikan oleh daerah tertentu dari generasi ke generasi berikutnya. Tarian adat tradisional lazimnya memiliki karakteristik yang memperlihatkan budaya dan kearifan daerah setempat.
6. Senjata Tradisional
Senjata tradisional adalah hasil budaya yang sangat berkaitan dengan suatu masyarakat daerah tertentu. Senjata tradisional berfungsi guna berlindung dari serangan musuh, kemudian aktivitas berburu dan berladang. Seiring berjalannya waktu, senjata tradisional menjadi jati diri suatu bangsa sebagai bentuk aset kebudayaan bangsa Indonesia.
7. Lagu Daerah
Lagu daerah adalah semacam lantunan yang dinyanyikan oleh masyarakat suatu daerah. Bisa dikatakan, lagu daerah menyerupai lagu kebangsaan yang sifatnya ‘kedaerahan’.
Karena Indonesia adalah negara dengan beragam suku bangsa juga budaya, hal itu menjadikan lagu-lagu daerah di Indonesia sangat banyak dan pastinya di tiap daerah memiliki lagunya masing-masing. Lazimnya, lagu daerah menggunakan bahasa daerah setempat.
Lagu-lagu daerah di Indonesia yang cukup populer, di antaranya Kicir-Kicir dan Jali-Jali dari DKI Jakarta, Ampar-Ampar Pisang dari Kalimantan Selatan, Apuse dari Papua, Ayam Den Lapeh dari Sumatera Barat, Bubuy Bulan dari Jawa Barat, Bungong Jeumpa dari Aceh, Gundul Pacul berasal dari Jawa Tengah, Indung-Indung dari Kalimantan Timur, serta tentunya masih banyak lagi.
1.Peran bahasa Melayu dalam perkembangan bahasa Indonesia mencakup beberapa hal. Peran utama bahasa Melayu merupakan bahasa yang mudah dipahami, dimengerti dan mudah digunakan, selain bahasa Melayu menjadi bahasa penghubung Nusantara pada zamannya, bahasa melayu yang sudah mengalami beberapa kali perkembangan menjadi bahasa Indonesia dijadikan menajdi bahasa resmi, terutama diwilayah Negara Indonesia.
2. Ejaan van Ophuisjen
Ini merupakan pedoman resmi ejaan pertama yang diterbitkan pada tahun 1901. Fyi, bahasa Indonesia waktu itu masih disebut sebagai bahasa Melayu. Bisa ditebak dari namanya, ejaan ini disusun oleh orang Belanda bernama Charles A. van Ophuijsen dan dibantu oleh Engku Nawawi Gelar Soetan Ma’moer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim.
- Ejaan Soewandi
Ejaan ini menggantikan Ejaan van Ophuijsen setelah diresmikan pada tanggal 19 Maret 1947 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 264/Bhg.A. Kenapa disebut Ejaan Soewandi? Benar sekali! Karena penyusunnya adalah Mr. Raden Soewandi yang waktu itu menjabat sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan. Oh iya, ejaan ini dikenal juga sebagai Ejaan Republik lho.
- Ejaan Pembaharuan
Melalui Kongres Bahasa Indonesia II di Medan tahun 1954, Prof. M. Yamin menyarankan agar ejaan Soewandi disempurnakan. Pembaharuan yang disarankan panitia yang diketuai Prijono dan E. Katoppo antara lain: membuat standar satu fonem satu huruf, dan diftong ai, au, dan oi dieja menjadi ay, aw, dan oy. Selain itu, tanda hubung juga tidak digunakan dalam kata berulang yang memiliki makna tunggal seperti kupukupu dan alunalun.
- Ejaan Melindo
Melindo itu… buah yang kulitnya warna merah yang suka dibuat emping, ya? Itu melinjo….
Melindo ini akronim dari Melayu-Indonesia. Yup, draft penyusunan ejaan ini disusun pada tahun 1959 atas kerja sama Indonesia dan Persekutuan Tanah Melayu, yang dalam hal ini adalah Malaysia. Perubahan yang diajukan dalam ejaan ini nggak jauh berbeda kok dari Ejaan Pembaharuan.
-. Ejaan LBK (Lembaga Bahasa dan Kesusastraan)
Ejaan ini bisa dibilang adalah lanjutan dari Ejaan Melindo yang nggak jadi itu. Panitianya masih campuran antara Indonesia dan Malaysia dan dibentuk pada tahun 1967. Isinya juga nggak jauh berbeda dari Ejaan yang Disempurnakan (yang akan dijelaskan selanjutnya), hanya ada perbedaan di beberapa kaidahnya saja.
- Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
Kamu pasti udah kenal dong sama yang namanya EYD. Ejaan ini berlaku sejak tahun 1972 sampai 2015. Di antara deretan “mantan” ejaan di atas, EYD ini yang paling awet. Juga, ejaan ini mengatur secara lengkap tentang kaidah penulisan bahasa Indonesia
- Ejaan Bahasa Indonesia (EBI)
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2015 tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia, EBI pun resmi berlaku sebagai ejaan baru Bahasa Indonesia. Katanya, latar belakang diresmikan ejaan baru ini adalah karena perkembangan pengetahuan, teknologi, dan seni sehingga pemakaian bahasa Indonesia semakin luas
3.Konsistensi penggunaan bahasa di media.
Identitas dan Merek: Bahasa yang konsisten membantu membentuk identitas merek. Media yang memiliki gaya bahasa tertentu akan lebih mudah dikenali oleh audiens.
Kepercayaan dan Profesionalisme: Penggunaan bahasa yang seragam dan tepat meningkatkan kredibilitas. Audiens cenderung lebih percaya pada media yang tidak berubah-ubah dalam gaya penulisan.
Pemahaman Audiens: Konsistensi dalam istilah dan frasa membantu audiens memahami pesan yang disampaikan tanpa kebingungan.
Kualitas Konten: Bahasa yang konsisten berkontribusi pada kualitas keseluruhan konten, membuatnya lebih menarik dan mudah diakses.
Pengembangan Audiens: Dengan gaya bahasa yang konsisten, media dapat membangun loyalitas audiens, karena pembaca tahu apa yang diharapkan dari konten yang disajikan.
4.apa tantangan penggunaan bahasa indonesia yang baik di era digital dan globalisasi
1.Pengaruh Bahasa Asing: Banyak istilah dan frasa dari bahasa Inggris dan bahasa asing lainnya yang masuk ke dalam percakapan sehari-hari. Hal ini dapat mengikis penggunaan Bahasa Indonesia yang baku.
2.Bahasa Gaul dan Slang: Munculnya bahasa gaul dan slang di media sosial membuat penggunaan bahasa formal menjadi kurang populer, terutama di kalangan generasi muda.
3.Variasi Dialek dan Aksen: Indonesia yang kaya akan beragam dialek dan aksen dapat menyebabkan kebingungan dalam komunikasi, terutama dalam konteks nasional dan global.
4.Kurangnya Kesadaran Berbahasa: Banyak pengguna media digital yang tidak menyadari pentingnya penggunaan bahasa yang baik dan benar, sehingga sering kali mengabaikan kaidah tata bahasa.
5.Keterbatasan Akses Pendidikan: Di beberapa daerah, akses terhadap pendidikan bahasa yang baik masih terbatas, yang dapat mempengaruhi kemampuan berbahasa masyarakat.
6Situs dan Konten Berbahasa Asing: Dominasi konten berbahasa asing di internet dapat mengurangi p.enggunaan Bahasa Indonesia, sehingga generasi muda cenderung lebih nyaman menggunakan bahasa asing.
7.Media Sosial dan Singkatan: Penggunaan singkatan dan akronim dalam media sosial dapat membuat komunikasi menjadi tidak formal dan sulit dipahami oleh orang yang tidak familiar.
5.bagaimana pengaruh penyerapan kata asing terhadap identitas bahasa indonesia
Pengaruh Positif
1.Kekayaan Kosakata: Penyerapan kata asing menambah variasi dan kekayaan kosakata Bahasa Indonesia, memungkinkan ekspresi yang lebih beragam dan nuansa yang lebih kaya.
2.Adaptasi dan Modernisasi: Dengan masuknya istilah baru, Bahasa Indonesia dapat beradaptasi dengan perkembangan zaman, terutama dalam bidang teknologi, ilmu pengetahuan, dan budaya global.
3.Komunikasi Global: Penggunaan kata-kata asing yang umum membantu masyarakat Indonesia untuk berkomunikasi lebih efektif dalam konteks internasional, terutama di bidang bisnis dan diplomasi.
4.Inovasi Bahasa: Penyerapan dapat mendorong inovasi dalam bahasa, menciptakan istilah baru yang lebih relevan dengan konteks saat ini.
Pengaruh Negatif
1.Erosi Identitas: Terlalu banyak penyerapan dapat mengikis identitas asli Bahasa Indonesia, membuatnya terasa kurang "Indonesia" dan lebih mirip dengan bahasa asing.
2.Kebingungan dalam Penggunaan: Banyaknya kata asing yang digunakan tanpa pemahaman yang jelas dapat menyebabkan kebingungan, terutama di kalangan masyarakat yang tidak terbiasa dengan istilah tersebut.
3.Pengabaian Bahasa Baku: Kecenderungan untuk menggunakan istilah asing dapat mengurangi penggunaan Bahasa Indonesia yang baku dan formal, yang penting untuk komunikasi yang jelas dan efektif.
4.Keterasingan Budaya: Penyerapan yang berlebihan dapat membuat generasi muda merasa lebih dekat dengan budaya asing daripada budaya lokal, yang dapat mengurangi rasa cinta terhadap bahasa dan budaya Indonesia.
Kesimpulan
Penyerapan kata asing dalam Bahasa Indonesia adalah fenomena yang tidak dapat dihindari di era globalisasi. Penting untuk menemukan keseimbangan antara mengadopsi kata-kata asing dan mempertahankan keaslian serta identitas Bahasa Indonesia.
Referensi
1.Buku
-Koentjaraningrat. (1990). Kebudayaan Indonesia: Suatu Pengantar. Jakarta: Rineka Cipta.
-Soedjatmoko. (1989). Budaya Indonesia: Sebuah Pengantar. Jakarta: Pustaka Jaya.
2.Artikel dan Jurnal
-"Keragaman Budaya di Indonesia". (2021). Kompas.com.
-Jurnal Sosiologi Reflektif: Artikel-artikel tentang adat dan keragaman budaya.
3.Website
-Gramedia.com: Banyak artikel dan buku tentang keragaman budaya Indonesia.
-Indonesia Kaya: Menyajikan informasi tentang seni dan budaya.
4.Dokumenter dan Video
-"Indonesia: The Magical Land": Dokumenter yang mengeksplorasi keragaman budaya.
-YouTube Channel "Indonesia Kaya": Menampilkan berbagai video tentang kebudayaan lokal.
5.Laporan Penelitian
-Balitbang Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan: Laporan tentang kebudayaan dan warisan budaya Indonesia
Penulis Indonesiana
0 Pengikut
Keragaman Budaya Indonesia beserta Contohnya
Rabu, 23 Oktober 2024 08:13 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler