Pengaruh Bahasa dalam Kehidupan Sehari-hari
Rabu, 30 Oktober 2024 21:43 WIBBahasa adalah suatu lambang bunyi untuk berkomunikasi terhadap mahluk sosial.
Bahasa Melayu sebagai pembentukan identitas nasional Indonesia
Indonesia merupakan bangsa yang memiliki kenaekaragaman baik itu suku, ras, agama, dan budaya. Saat ini Indonesia memiliki 37 provinsi dimana 3 provinsi baru belum lama ini disahkan. Setiap provinsi mempunyai bahasanya masing-masing. Dengan banyaknya bahasa daerah oleh karena itu diperlukan adanya satu bahasa yang digunakan sebagai bahasa pemersatu bangsa Indonesia, dan terciptalah Bahasa Indonesia.
Bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan. Bahasa ini diciptakan untuk mempersatukan bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai macam suku, ras, agama, dan budaya. Dengan adanya bahasa Indonesia, setiap orang yang berasal dari daerah yang berbeda-beda dapat saling memahami satu sama lain, karena mereka berkomunikasi menggunakan satu bahasa yaitu Bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia dikatakan juga sebagai identitas bangsa Indonesia.
Bahasa Indonesia lahir pada tanggal 28 Oktober 1928, atau yang biasa kita kenal dengan hari Sumpah Pemuda. Pada saat itu pemuda-pemudi dari berbagai pelosok nusantara berkumpul menjadi satu untuk mengucapkakan ikrar sumpah pemuda.
Bahasa Indonesia yang saat ini kita pakai dalam kehidupan sehari-sehari ternyata berasal dari Bahasa Melayu. Mungkin banyak orang yang bertanya-tanya mengapa Bahasa Indonesia berasal dari Bahasa Melayu ? mengapa bukan berasal dari Bahasa Jawa yang merupakan suku terbesar di Indonesia ? mengapa bukan berasal dari Bahasa Belanda atau Bahasa Jepang yang telah menjajah Indonesia ? dan mengapa tidak berasal dari Bahasa Daerah padahalkan Indonesia mempunyai banyak bahasa ? Jawabannya adalah karena sebelum Indonesia merdeka dan sebelum Bahasa Indonesia diresmikan, para penduduk Nusantara dalam kehidupannya menggunakan Bahasa Melayu.
Bahasa Melayu bukan hanya dipakai oleh penduduk Nusantara, tetapi juga dipakai oleh penduduk di kawasan Asia Tenggara. Bahasa Melayu dipakai di kawasan Asia Tenggara sejak abad ke-7.
Bahasa Melayu dikenal sebagai lingua franca atau Bahasa perhubungan. Selain digunakan untuk kehidupan sehari-hari, Bahasa Melayu juga merupakan Bahasa pengantar dalam jalur perdagangan global di Nusantara yang mempertemukan orang-orang dari berbagai bangsa yang memiliki bahasa yang berbeda-beda.
Secara historis perkembangan Bahasa Melayu sebagai Bahasa Indonesia dibuktikan dengan keberadaan beberapa prasasti yang menggunakan Bahasa Melayu kuno dibeberapa kerajaaan nusantara seperti Palembang dan Jambi.
Contoh prasasti tersebut yaitu prasasti Talang Tuwo tahun 684 Masehi di Palembang, prasasti Kota Kapur tahun 686 Masehi di Bangka Barat, dan prasasti Karang Brahi tahun 686 Masehi di Jambi.
Kemudian, pada masa kerajaan Sriwijaya, Bahasa Melayu juga menjadi bahasa kebudayaan yakni bahasa utama dalam pembelajaran agama Budha. Bahasa Melayu dipakai sebagai bahasa perhubungan antar suku di Nusantara dan sebagai bahasa perdagangan, baik bahasa antar suku di Nusantara maupun sebagai bahasa yang digunakan terhadap para pedagang yang datang dari luar Nusantara.
Perkembangan ejaan bahasa Indonesia dari Ejaan van Ophuijsen hingga PUEBI dan pengaruhnya terhadap budaya dapat dilihat dari beberapa hal berikut:
Ejaan van Ophuijsen
Ejaan ini merupakan pedoman resmi pertama yang digunakan pada tahun 1901. Ejaan ini berlaku hingga tahun 1947. Beberapa ciri-ciri ejaan ini adalah:
Huruf ï digunakan untuk membedakan huruf i sebagai akhiran dan menulis huruf y.
Huruf j digunakan untuk menulis kata-kata jang, pajah, sajang, dan sebagainya.
Huruf oe digunakan untuk menulis kata-kata goeroe, itoe, oemoer, dan sebagainya.
Ejaan Soewandi
Ejaan ini menggantikan Ejaan van Ophuijsen pada tahun 1947. Beberapa perbedaan Ejaan Soewandi dengan Ejaan van Ophuijsen adalah:
Huruf oe diganti dengan u.
Kata ulang ditulis dengan angka 2, seperti kupu2, main2.
Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
Ejaan ini berlaku dari tahun 1972 hingga 2015.
Ejaan Bahasa Indonesia (EBI)
EBI berlaku sebagai ejaan baru bahasa Indonesia berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2015.
Ejaan bahasa Indonesia mengalami perkembangan dan perubahan seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Perkembangan ini menyebabkan semakin luasnya penggunaan bahasa Indonesia dalam berbagai aspek kehidupan
Upaya Pemerintah menjaga konsistensi penggunaan bahasa Indonesia di media dengan:
Menyampaikan program pemerintah dengan bahasa yang tepat
Menggunakan rujukan bahasa seperti KBBI, Tesaurus Bahasa Indonesia, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia, dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah
Memastikan bahasa Indonesia yang digunakan mudah dimengerti oleh pembaca
Selain itu, berbagai pihak juga dapat berperan dalam menjaga dan melestarikan bahasa Indonesia, di antaranya:
Pengembang teknologi yang memasukkan bahasa Indonesia dalam perangkat lunak, aplikasi, dan situs web
Penulis dan penerjemah yang menghindari penggunaan kata-kata asing yang tidak diperlukan
Tokoh masyarakat seperti budayawan, politisi, dan selebritas yang menjadi contoh dalam menggunakan bahasa Indonesia dengan benar
Bahasa Indonesia merupakan lambang kebanggaan bangsa, menandai identitas nasional, dan menjadi medium komunikasi antara warga, daerah, serta budaya yang beragam.
tantangan dalam penggunaan bahasa Indonesia yang baik di era digital dan globalisasi, antara lain:
Penggunaan bahasa gaul dan singkatan
Penggunaan bahasa gaul dan singkatan yang berlebihan di media sosial dapat membuat pesan yang disampaikan sulit dipahami.
Penyebaran hoaks
Penggunaan bahasa Indonesia yang tidak tepat dalam hoaks dapat menyebabkan pemahaman yang salah.
Pengaruh bahasa asing
Pengaruh bahasa asing dapat memengaruhi pola pikir masyarakat, terutama generasi muda.
Kurangnya minat generasi muda
Minat generasi muda untuk mempelajari dan menggunakan bahasa Indonesia dengan benar masih kurang.
Multilingualisme di media sosial
Banyak pengguna media sosial yang menggunakan lebih dari satu bahasa, sehingga dapat membuat sulit menerjemahkan atau menginterpretasi pesan.
Komunikasi lintas budaya
Komunikasi lintas budaya di media sosial dapat menimbulkan tantangan, seperti pemahaman terhadap norma-norma budaya dan perbedaan cara berkomunikasi.
Kurangnya isyarat non-verbal
Komunikasi digital tidak memiliki kekayaan isyarat non-verbal, seperti nada, gerakan tubuh, atau ekspresi wajah.
Untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut, dapat dilakukan upaya-upaya berikut:
Meningkatkan pendidikan mengenai penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Menanamkan rasa bangga terhadap bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan identitas bangsa.
Meningkatkan pemahaman akan norma-norma komunikasi digital.
Pengaruh penyerapan kata asing terhadap identitas bahasa Indonesia bisa positif dan negatif, tergantung pada bagaimana bahasa asing digunakan:
Pengaruh positif: Penyerapan kata asing dapat menambah wawasan individu.
Pengaruh negatif: Penyerapan kata asing yang berlebihan dapat mengancam keberadaan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Bahasa Indonesia dapat tergeser oleh bahasa asing dan berpengaruh terhadap kebudayaan Indonesia.
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menghadapi pengaruh bahasa asing terhadap bahasa Indonesia, yaitu:
Menanamkan kecintaan terhadap bahasa Indonesia sejak dini.
Membedakan pengaruh positif dan negatif bahasa asing terhadap perkembangan bahasa Indonesia.
Menerapkan pendekatan yang komprehensif dan melibatkan berbagai pemangku kepentingan.
Kata serapan adalah kata-kata yang berasal dari bahasa asing atau bahasa daerah, kemudian dipakai sebagai bahasa asli. Kata serapan bahasa Indonesia banyak berasal dari bahasa Sanskerta, Belanda, Portugis, Arab, Hokkien, dan bahasa Inggris.
Kata-kata serapan masuk ke dalam bahasa Indonesia melalui empat cara, yaitu: Adopsi, Adaptasi, Penerjemahan, Kreasi.
Penulis Indonesiana
0 Pengikut
Mengenal Kalimat Beserta Fungsi - Fungsinya
Sabtu, 9 November 2024 16:21 WIBPengaruh Bahasa dalam Kehidupan Sehari-hari
Rabu, 30 Oktober 2024 21:43 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler