Penggunaan Bahasa Indonesia di Berbagai Media

Senin, 4 November 2024 19:14 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Pada era globalisasi saat ini tantangan penggunaan bahasa Indonesia semakin berat. Ruang publik kita menunjukkan bahwa bahasa Indonesia mulai tergeser oleh bahasa asing. Padahal, ruang publik sebaiknya menunjukkan identitas bangsa dengan pengutamaan bahasa Indonesia. Namun, pada kenyataannya penggunaan bahasa di ruang publik masih belum menunjukkan hal itu. Kesalahan berbahasa Indonesia masih sering muncul, khususnya di papan-papan nama, baik papan nama pertokoan, pusat-pusat perbelanjaan, perumahan, periklanan, dll. Ruang-ruang publik kita seakan-akan lebih mengutamakan warga asing daripada warga Indonesia. Banyak papan petunjuk yang mengutamakan bahasa Inggris daripada bahasa Indonesianya. Bahasa Inggris ditulis lebih dahulu dengan menggunakan huruf besar, sedangkan bahasa Indonesia ditulis setelahnya dengan menggunakan huruf kecil.

Bahasa Melayu adalah bahasa yang mudah dipahami, dimengerti dan mudah digunakan. Bahasa Melayu juga menjadi bahasa penghubung Nusantara pada zamannya. Bahasa melayu sudah mengalami beberapa kali perkembangan menjadi bahasa Indonesia.

Sejauh ini, telah terjadi enam kali pengubahan pedoman ejaan.

 Ejaan van Ophuisjen

Ini merupakan pedoman resmi ejaan pertama yang diterbitkan pada tahun 1901. Fyi, bahasa Indonesia waktu itu masih disebut sebagai bahasa Melayu. Bisa ditebak dari namanya, ejaan ini disusun oleh orang Belanda bernama Charles A. van Ophuijsen dan dibantu oleh Engku Nawawi Gelar Soetan Ma’moer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim.

 Ejaan Soewandi

Ejaan ini menggantikan Ejaan van Ophuijsen setelah diresmikan pada tanggal 19 Maret 1947 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 264/Bhg.A. Kenapa disebut Ejaan Soewandi? Benar sekali! Karena penyusunnya adalah Mr. Raden Soewandi yang waktu itu menjabat sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan. Oh iya, ejaan ini dikenal juga sebagai Ejaan Republik lho.

Pembaharuan dari Ejaan Soewandi terletak dalam penggunaan diftong (gabungan dua huruf vokal) oe yang diganti menjadi huruf u, dan dihapuskannya tanda apostrof. Nah, tanda apostrof ini diganti menjadi huruf k atau tidak dituliskan sama sekali. Contohnya:

  • Jum’at → Jumat
  • ra’yat → rakyat
  • ma’af → maaf

Ejaan Pembaharuan

Melalui Kongres Bahasa Indonesia II di Medan tahun 1954, Prof. M. Yamin menyarankan agar ejaan Soewandi disempurnakan. Pembaharuan yang disarankan panitia yang diketuai Prijono dan E. Katoppo antara lain: membuat standar satu fonem satu huruf, dan diftong aiau, dan oi dieja menjadi ay, aw, dan oy. Selain itu, tanda hubung juga tidak digunakan dalam kata berulang yang  memiliki makna tunggal seperti kupukupu dan alunalun.

Tapi, ejaan ini nggak jadi diresmikan dalam undang-undang. Huft… untung deh. Pasti bakal aneh kalau “koboi junior naik kerbau” ditulis jadi “koboy junior naik kerbaw”.

Ejaan Melindo

Melindo itu… buah yang kulitnya warna merah yang suka dibuat emping, ya? Itu melinjo….

Melindo ini akronim dari Melayu-Indonesia. Yupdraft penyusunan ejaan ini disusun pada tahun 1959 atas kerja sama Indonesia dan Persekutuan Tanah Melayu, yang dalam hal ini adalah Malaysia. Perubahan yang diajukan dalam ejaan ini nggak jauh berbeda kok dari Ejaan Pembaharuan.

Ejaan Melindo ini bertujuan untuk menyeragamkan ejaan yang digunakan kedua negara. Secara ‘kan ya Indonesia dan Malaysia bahasanya mirip-mirip gitu. Tapi sayang, ejaan ini pun gagal diresmikan akibat ketegangan politik antara Indonesia dan Malaysia waktu itu.

 Ejaan LBK (Lembaga Bahasa dan Kesusastraan)

Ejaan ini bisa dibilang adalah lanjutan dari Ejaan Melindo yang nggak jadi itu. Panitianya masih campuran antara Indonesia dan Malaysia dan dibentuk pada tahun 1967. Isinya juga nggak jauh berbeda dari Ejaan yang Disempurnakan (yang akan dijelaskan selanjutnya), hanya ada perbedaan di beberapa kaidahnya saja.

Ada pun huruf vokal dalam ejaan ini terdiri dari: i, u, e, ə, o, a. Dalam ejaan ini, istilah-istilah asing sudah mulai diserap seperti: extra → ekstra; qalb → kalbu; guerilla → gerilya.

Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)

Kamu pasti udah kenal dong sama yang namanya EYD. Ejaan ini berlaku sejak tahun 1972 sampai 2015. Di antara deretan “mantan” ejaan di atas, EYD ini yang paling awet. Juga, ejaan ini mengatur secara lengkap tentang kaidah penulisan bahasa Indonesia, antara lain: tentang unsur bahasa serapan, tanda baca, pemakaian kata, pelafalan huruf “e”. penggunaan huruf kapital, dan penggunaan cetak miring. Selain itu, huruf “f”, “v”, “q”, “x”, dan “z” yang kental dengan unsur bahasa asing resmi menjadi bagian Bahasa Indonesia. 

Penggunaan Bahasa Indonesia di berbagai media

Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar di ruang publik terlihat dari penggunaan bahasa pada papan-papan nama yang dipasang di gedung perkantoran, permukimam, lembaga usaha, dll. Selain itu, media massa juga bisa dijadikan tolok ukur penggunaan bahasa Indonesia di ruang publik, khususnya dalam lingkup sekolah.

Di sekolah penggunaan bahasanya dapat ditemukan di brosur, majalah dinding sekolah, pengumuman sekolah, dan informasi sekolah di laman sekolah. Media massa sekolah tersebut berisi berbagai informasi tentang sekolah, baik itu visi dan misi, program studi, tenaga pengajar, fasilitas sekolah, ektrakulikuler yang ditawarkan, dan sebagainya yang ditujukan, baik bagi warga sekolah maupun masyarakat umum.  Oleh karena itu, penggunaan bahasa Indonesia di media massa sebaiknya  memakai bahasa Indonesia yang baik dan benar. 

Tantangan pertama yang dihadapi dalam transformasi bahasa Indonesia ialah pergeseran cara komunikasi. Perkembangan media sosial dan platform digital telah mengubah cara masyarakat berkomunikasi, baik secara lisan maupun tulisan. Penggunaan singkatan, emotikon, dan gaya bahasa yang santai menjadi hal yang umum di ruang digital dan pada beberapa kasus dapat menggerus kualitas bahasa yang benar dan baku. Akibatnya, di kalangan generasi muda terjadi penurunan kemampuan menulis dan berbicara secara formal, yang pada gilirannya dapat memengaruhi kemampuan mereka dalam berkomunikasi secara efektif di dunia profesional.

Persaingan global juga menjadi tantangan yang signifikan dalam transformasi bahasa Indonesia. Dengan konektivitas global yang meningkat, masyarakat Indonesia dihadapkan pada pengaruh bahasa asing yang makin masif, baik dalam bentuk kata pinjaman, frasa, atau kosakata baru yang diperkenalkan melalui budaya populer atau industri global. Hal ini memicu kebutuhan akan adaptasi dan pembaruan konstan dalam bahasa Indonesia agar bahasa Indonesia dapat tetap relevan dan mampu bersaing dalam panggung global tanpa kehilangan identitas budayanya.

Di jaman sekarang banyak orang yang menggunakan bahasa serapan asing yang biasanya digunakan anak anak zaman sekarang agar terlihat gaul dan lebih populer digunakan pada anak anak generasi milenial. Bahasa serapan asing menurut saya memiliki dampak positif yaitu menambah kosa kata dan memberikan pengetahuan lebih Bahasa asing terhadap bangsa Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

https://www.kompasiana.com/fidelchristo08/640ee19d4addee17da526394/pengaruh-bahasa-asing-terhadap-bahasa-indonesia

http://balaibahasasakalsel.kemendikbud.go.id

http://ojs.unikom.ac.id

 

 

Bagikan Artikel Ini
img-content

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

img-content

Penggunaan Bahasa Indonesia di Berbagai Media

Senin, 4 November 2024 19:14 WIB

Baca Juga











Artikel Terpopuler