Mahasiswa tahun ke-3 jurusan Hubungan Internasional, Universitas Padjadjaran. Menempuh kepakaran Keamanan kawasan, Diplomasi Publik, dan Paradiplomasi
Ikatan Persahabatan Emosional Indonesia-Malaysia Terlukis pada Kedua Pemimpinnya
Minggu, 3 November 2024 12:41 WIBIndonesia dan Malaysia, negara serumpun yang tak tergoyahkan persahabatannya.
Indonesia dan Malaysia, dua negara yang berdekatan, satu dalam kawasan, satu dalam pendirian di kancah internasional, dan satu dalam rumpun budaya, memiliki ciri khas tersendiri yang digambarkan langsung oleh kedua pemimpin negara ini. Periode ke periode, pemimpin dari kedua negara kian berganti, entah karena faktor politik ataupun konstitusi yang mengatur.
Berbagai kebijakan, kontroversi, dan gaya politik antar pemimpin yang berganti tersebut tentu kerap memiliki perbedaan yang signifikan. Namun, terdapat satu hal yang tak lekang usai oleh waktu dari keduanya, yakni persahabatan.
Mulai dari pendirian ASEAN, bergabung dalam Gerakan Non-Blok, hingga menghadapi tuntutan Uni Eropa terhadap pengelolaan Kelapa Sawit. Terlepas dari pelbagai kerja sama bilateral yang dikerjakan oleh kedua negara, persahabatan kedua pemimpin ini sering tampak dalam berbagai langkah yang dilakukan oleh mereka.
Kedua pemimpin negara seringkali tampak ‘mesra’ dan menunjukkan gestur yang tidak dilakukannya pada pemimpin negara lain. Gestur emosional dan sikap ramah tamah kedua negara seringkali dicontohkan langsung oleh para pemimpinnya. Seperti halnya setiap Perdana Menteri Malaysia berganti, pasti menjadikan Indonesia sebagai negara tujuan kunjungan kenegaraan-nya yang pertama. Hal ini seakan menjadi sebuah tradisi keharusan bagi setiap Perdana Menteri Malaysia yang baru.
Tradisi ‘menomorsatukan’ Indonesia ini dimulai dari masa Perdana Menteri ke-4 Malaysia, Mahathir Mohamad, yang melaksanakan kunjungan kenegaraan pertama-nya ke Indonesia seusai dilantik pada tahun 1981 dan langsung bertemu dengan Soeharto kala itu. Tradisi ini dilanjutkan oleh PM ke-5, Abdullah Ahmad Badawi, yang mengunjungi Indonesia pada 8 Januari 2004.
Walaupun hal ini tidak dilanjutkan oleh PM Najib Razak dan PM Mahathir Mohamad–Indonesia menjadi kunjungan kenegaraan-nya yang kedua di periode kedua kepemimpinannya–, hal ini kembali dilanjutkan oleh PM Muhyiddin Yassin yang berkunjung ke Indonesia pada 4-5 Februari 2021. Pada tahun yang sama, PM Malaysia selanjutnya, yakni PM Ismail Sabri Yaakob, juga menjadikan Indonesia sebagai negara kunjungan pertamanya pada tanggal 9-11 November 2021.
PM Malaysia berikutnya, Anwar Ibrahim, turut melanjutkan tradisi tersebut dengan berkunjung ke Indonesia di awal tahun 2023. Selain itu, gestur persahabatan ini juga tercermin oleh kehadiran mereka di setiap agenda Pelantikan Presiden baru Indonesia di Senayan. Sejak pelantikan SBY hingga pelantikan Prabowo, tercatat bahwa PM Malaysia hadir di 4 agenda pelantikan dan hanya absen sekali, yakni pada pelantikan Jokowi tahun 2014.
Berbagai First International Prime Ministerial Trip yang dilakukan oleh banyak PM Malaysia dan hadirnya mereka di pelantikan kepresidenan Indonesia memberikan gambaran bahwa Indonesia merupakan sahabat dekat, rekan kerja sama, dan permata yang dielu-elukan oleh Malaysia, begitu juga sebaliknya.
Presiden ke-2 Indonesia, Soeharto, memiliki kedekatan emosional dengan PM Malaysia ke-4 dan ke-7, Mahathir Mohamad. Soeharto menganggap Mahathir sebagai sahabat dekatnya. Hal ini dibuktikan Mahathir yang dikutip dari buku Pak Harto The Untold Stories terbitan Gramedia Pustaka Utama. Mahathir juga menjelaskan bahwa ia memiliki banyak ikatan emosional dengan Indonesia dan beliau sangatlah kagum dengan kepribadian Soeharto dalam memimpin Indonesia kala itu.
Kedekatan Soeharto dengan Malaysia dibuktikan dengan adanya daerah yang dinamai Kampung Soeharto di Selangor, Malaysia. Hal ini juga hampir serupa dengan apa yang dialami oleh Prabowo. Presiden ke-8 Indonesia ini memiliki kedekatan emosional dan perasaan senasib dengan Anwar Ibrahim. Mereka memiliki latar belakang yang serupa, yakni pernah menjadi oposisi dari pemerintah negara dan sama-sama merupakan seorang pejuang kepentingan rakyat.
Di samping menggudangnya berbagai tantangan dan halangan yang dihadapi oleh Indonesia dan Malaysia, harapannya, dengan kedekatan emosional yang terbangun selama ini antara kedua pemimpin negara, dapat mendorong lebih jauh lagi kualitas kerja sama dan kemajuan kedua negara ke arah yang lebih baik. Indonesia dan Malaysia, saudara serumpun, akan tetap memelihara hubungannya dan tetap menjadi sahabat di waktu-waktu yang akan datang.
Mahasiswa Hubungan Internasional, Universitas Padjadjaran
0 Pengikut
Membumikan Diplomasi Melalui Paradiplomasi
Sabtu, 30 November 2024 18:23 WIBBRICS: Turki dan Pragmatisme Erdogan
Senin, 11 November 2024 11:16 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler