Kahar Tjandra - Dokter, Pengusaha dan Pengabdiannya

Minggu, 3 November 2024 12:38 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Kahar Tjandra adalah seorang dokter militer. Sebagai pengusaha ia adalah pionir dalam alat-alat kesehatan.

Judul: Kahar Tjandra – Dokter, Pengusaha dan Pengabdiannya

Penulis: Agus Purwadianto

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tahun Terbit: 1994

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Tebal: xvi + 291

ISBN:

 

Kahar Tjandra adalah sosok dokter yang sekaligus pengusaha. Kahar Tjandralah yang pertama berinvestasi dalam bidang alat-alat kesehatan di rumah sakit milik negara. Kahar Tjandra juga dikenal sebagai pengusaha yang memperkenalkan betadine ke Indonesia. Betadine adalah antiseptik kulit yang sangat bagus untuk pencegahan infeksi sebelum dan pasca pembedahan. Betadine juga dikenal sebagai obat luka luar yang bisa mencegah infeksi. Selain itu, Kahar Tjandra juga dikenal sebagai bisnisman yang sukses di segala bidang, termasuk bidang di luar sektor kesehatan.

Kahar Tjandra lahir pada tanggal 24 November 1929 di Padang, Sumatra Barat. Ia lahir dalam keluarga Tionghoa yang secara eknomi mapan. Kakek dan neneknya adalah pengusaha yang cukup besar di Sumatra Barat. Sementara ayahnya adalah seorang pegawai negeri Hindia Belanda. Masa kecilnya di Sawahlunto dan di Padang sangat bahagia. Kahar Tjandra mendapatkan pendidikan yang cukup baik, meski sempat terhenti saat Jaman Jepang. Pada saat Jepang masuk, ELS Sawahlunto -dimana Kahar Tjandra bersekolah, ditutup.

Kahar Tjandra sebenarnya ingin menjadi arsitek. Sebab ia sangat senang dengan gambar-menggambar bangun. Tetapi akhirnya ia memilih untuk mengambil kedokteran di Universitas Indonesia. Kahar masuk UI pada tahun 1952 dan lulus sebagai dokter tahun 1960. Cukup banyak dinamika yang dihadapi saat kuliah. Diantaranya adalah sulitnya menembus ujian salah satu dosen.

Setelah lulus jadi dokter, Kahar Tjandra mengabdikan dirinya menjadi dokter militer. Ia memilih ikut wajib militer dan berhasil menjadi dokter perwira di Angkatan Darat. Ia ditempatkan sebagai dokter RPKAD. Kahar Tjandra pernah bertugas sebagai dokter militer saat penumpasan pemberontakan Kahar Muzakar. Ia sempat ditawan oleh gerombolan pengacau keamanan. Namun dia selamat karena posisinya sebagai dokter.

Mengawali praktik dokternya di rumah dinas di RPKAD, Cijantung, Kahar Tjandra dikenal sebagai seorang dokter yang laris di Jakarta. Meski sebagai dokter yang laris, Kahar Tjandra sangat peduli kepada para pasiennya. Ia tak segan mengantar dan menjenguk pasiennya yang miskin dan kesehatannya terancam.

Kahar Tjandra belajar bisnis dari neneknya. Kahar Tjandra sering membantu sang nenek dan mendapatkan imbalan. Ia sering memanen buah-buahan di kebun sang nenek dan kemudian menjualnya. Kahar Tjandra belajar dari nenek dan keluarganya bahwa kalau mau mendapatkan uang harus bekerja dulu.

Selain menjadi dokter, Kahar Tjandra merintis bisnis obat-obatan melalui usaha apoteknya. Usaha apotek ini dipilih karena sang istri, Eny adalah seorang lulusan Apoteker. Sejak itu Kahar Tjandra menekuni profesi pedagang daripada sebagai dokter. Ia tidak lagi praktik dokter supaya bisa konsentrasi mengurus bisnisnya. Salah satu keberhasilan bisnisnya adalah saat memasarkan betadine di Indonesia. Mula-mula ia memasarkan betadine hanya kepada para dokter. Namun melihat peluang bahwa betadine bisa dikemas untuk obat bebas, maka Kahar Tjandra memasarkan betadine sebagai obat bebas.

Kahar Tjandralah yang pertama kali memperkenalkan alat diagnosis canggih bernama MRI (Magnetic Resonance Imaging). Alat berharga mahal ini ditempatkannya di RSCM. Ia juga yang memperkenalkan alat diagnosis bernama CT-Scan. Penempatan alat canggih berharga malah di RSCM ini adalah karena kecintaannya kepada almamaternya, yaitu FK-UI. Kecintaannya kepada almamater ini ditunjukkan melalui kesetiannya menjadi pengurus Alumni FK-UI, khususnya sebagai bendahara. Kahar Tjandra juga mengabdikan diri menjadi pengajar di FK-UI. Ia juga terlibat dalam membenahi administrasi RSCM.

Kahar Tjandra adalah seorang teladan. Sebagai dokter ia mengabdikan ilmunya bagi mereka yang membutuhkan. Termasuk mereka yang tidak mampu membayar ongkos kesehatan. Sebagai bisnisman ia tidak meninggalkan rasa sosial di bisnisnya. Bisnis harus untung, tetapi manfaat bisnis harus dirasakan oleh mereka yang membutuhkan. 871

Bagikan Artikel Ini

Baca Juga











Artikel Terpopuler