Memahami Ragam Bahasa

Selasa, 5 November 2024 14:18 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Setiap ragam bahasa memiliki ciri khas dalam penggunaan kata, struktur kalimat, dan gaya penyampaian sesuai dengan kebutuhan dan situasi tertentu.

---

Bahasa adalah suatu alat komunikasi yang dimiliki manusia, berupa sistem lambangbunyi yang berasal dari alat ucapan atau mulut manusia untuk menyampaikan isi hati, pikiran, tujuan kepada manusia lainnya. Segala sesuatu yang berhubungan dengan variasi bahasa yang digunakan oleh seseorang yang diartikan oleh para penuturnya dapat dikatakan sebagai ragam atau variasi bahasa.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pemahaman ragam bahasa telah banyak dikemukakan oleh para ahli. Menurut Mustakim (1994) ragam bahasa adalah variasi bahasa yang berbeda-beda yang ditimbukan sebagai akibat adanya ragam sarana, situasi dan bidang penggunaan bahasa. 

Kridalaksana (dalam E. Kosasih, 2005) menyatakan ragam merupakan variasi bahasa menurut pemakaiannya yang berbeda-beda, menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, dan menurut medium pembicaraan. 

Sementara itu menurut Kridalaksana (dalam Chaer, 2003) mendefinisikan ragam bahasa merupakan bagian dari kajian sosiolingustik sebagai tindak balas interaksi masyarakat bahasa yang pemakaiannya disesuaikan berdasarkan fungsi, situasi, dan perasaan sosial pemakaian bahasa itu sendiri.

Utorodewo, Oemarjati, Montolalu, & Kawira (2007) mengelompokkan ragam bahasa berdasarkan (1) media pengantarnya dan (2) situasi pemakaiannya. 

1. Ragam bahasa berdasarkan media pengantarnya, terdiri atas dua ragam bahasa, yaitu ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulis.

A. Ragam bahasa lisan, adalah bahan yang dihasiikan alat ucap (organ of Speech) dengan lonem sebagai unsur dasar. Dalam ragam lisan, kami menyampaikan dengan tata bahasa, kosakata, dan lafal. Dalam ragam bahasa lisan ini, pembicara dapat memanfaatkan suara tinggi rendah atau tekanan, air muka, gerakan tangan atau isyarat untuk mengngkapkan ide. Ragam bahasa lisan baku didukung oleh situasi pemakaian sehingga kemungkinan besar terjadi pelesapan kalimat. Namun, hal itu tidak mengurangi ciri kebakuannya. Walaupun demikian, tepat dalam pilihan kata dan bentuk kata serta kelengkapan unsur-unsur di dalam kelengkapan unsur-unsur di dalam struktur kalimat tidak menjadi ciri kebakuan dalam ragam baku lisan karena situasi dan kondisi pembicaraan menjadi pendukung dalam memahami makna pesan yang disampaikan secara lisan. 

Ciri-ciri ragam lisan:
1). Membutuhkan orang kedua/teman bicara;
2). Tergantung situasi, kondisi, ruang & waktu;
3). Tidak harus memperhatikan unsur gramatikal, hanya perlu intonasi serta bahasa tubuh;
4). Berlangsung cepat;
5). Seringnya dapat berlangsung tanpa alat bantu;
6). Kesalahan dapat langsung dikoreksi;
7). Dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik wajah serta intonasi. 

Kelebihan ragam bahasa lisan, di dalam ragam lisan unsur-unsur fungsi gramatikal, seperti subjek, predikat, dan objek tidak selalu dinyatakan. Tidak-tidaknya itu kadang-kadang dapat ditinggalkan. Hal ini disebabkan oleh bahasa yang digunakan itu dapat dibantu oleh gerak, mimik, pandangan, anggukan, atau intonasi.

Kelemahan ragam bahasa lisan, ragam ini sangat terikat pada kondisi, situasi, ruang dan waktu. Apa yang dibicarakan secara lisan di dalam ruang kuliah, hanya akan berarti dan berlaku pada waktu itu saja. Apa yang diperbincangkan dalam suatu diskusi ruang belum tentu dapat Dipahami oleh orang yang berada di luar ruang. Contoh ragam lisan adalah "Sudah saya baca buku itu".

B. Ragam bahasa tulis (tulisan), adalah bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur dasar. Dalam ragam tulis, kami meluncurkan tata cara penulisan (ejaan) di aspek samping tata bahasa dan kosa kata. Dengan kata lain dalam ragam bahasa tulis, kita menuntut adanya kelengkapan unsur tata bahasa seperti bentuk kata ataupun susunan, ketepatan pilihan kata, kebenaran kalimat penggunaan ejaan, dan penggunaan tanda baca dalam mengungkapkan ide.

Dalam penggunaan ragam bahasa baku tulis makna kalimat yang diungkapkannya tidak tergantung pada situasi penggunaan. Sedangkan ragam bahasa baku lisan makna kalimat yang diungkapkannya ditunjang oleh situasi pemakaian sehingga kemungkinan besar terjadi pelesapan unsur kalimat. Oleh karena itu, dalam penggunaan ragam bahasa baku tulis diperlukan kecermatan dan ketepatan dalam pemilihan kata, penerapan kaidah ejaan, struktur bentuk kata dan struktur kalimat, serta kelengkapan unsur-unsur bahasa di dalam struktur kalimat. 

Ciri-ciri ragam tulis:
1. Tidak memerlukan orang kedua/teman bicara;
2. Tidak tergantung kondisi, situasi & ruang serta waktu;
3. Harus memperhatikan unsur gramatikal;
4. Dilengkapi dengan tanda baca, huruf besar dan huruf miring;
5. Tidak dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik muka, hanya terbantu dengan tanda baca.

Pada dasarnya ragam tulis dan ragam lisan terdiri pula atas ragam baku dan ragam tidak baku.
1). Ragam baku, adalah ragam yang dilembagakan dan diakui oleh sebagian besar warga masyarakat pemakainya sebagai bahasa resmi dan sebagai kerangka rujukan norma bahasa dalam penggunaannya. Ragam baku mempunyai sifat-sifat sebagai berikut;

A. Mantap, artinya sesuai dengan kaidah bahasa. Kalau kata rasa dibubuhi kata pe- akan terbentuk kata penisa. Oleh karena itu, menurut kemantapan bahasa, kata rajin dibubuhi pe - akan menjadi perajin, bukan pengrajin. Kalau kita berpegang pada sifat mantap. kata pengrajin tidak dapat kami terima. Bentuk-bentuk lepas tangan, lepas pantai dan lepas landas merupakan contoh kemantapan kaidah bahasa baku.

B. Dinamis, artinya tidak statis, tidak baku. Bahasa baku tidak menghendaki adanya bentuk mati. Kata berlangganan mempunyai makna ganda, yaitu orang yang berlangganan dan toko tempat berlangganan. Dalam hal ini, tokonya disebut langganan dan orang yang berlangganan itu disebut pelanggan.

C. Cendekia, karena ragam baku dipakai di tempat-tempat resmi. Pewujud ragam baku ini adalah orang-orang yang terpelajar. Hal ini dimungkinkan oleh pelatihan dan pengembangan bahasa yang lebih banyak melalui jalur pendidikan formal (sekolah). 

2). Ragam tidak baku adalah ragam yang tidak dilembagakan dan ditandai oleh ciri-ciri yang menyimpang dari norma ragam baku.


2. Ragam bahasa berdasarkan situasi pemakaiannya, terdiri atas tiga bagian, yaitu ragam bahasa formal, ragam bahasa semiformal, dan ragam bahasa nonformal. Setiap ragam bahasa dari sudut pandang yang lain dan berbagai jenis laras bahasa diidentifikasikan ke dalam situasi pemakaiannya. Misalnya, ragam bahasa lisan diidentifikasikan sebagai ragam bahasa formal, semiformal, atau nonformal. 

Ragam bahasa formal memperhatikan kriteria berikut agar bahasanya resmi menjadi: 
1. Kemantapan dinamis dalam pemakaian kaidah sehingga tidak kaku tetapi tetap lebih luwes dan memungkinkan ada perubahan kosa kata dan istilah dengan benar. 
2. Penggunaan fungsi-fungsi gramatikal secara konsisten dan eksplisit. 
3. Penggunaan bentuk kata secara lengkap dan tidak singkat. 
4. Penggunaan imbuhan (afiksasi) secara eksplisit dan konsisten 
5. Penggunaan ejaan yang baku pada ragam bahasa tulis dan lafal yang baku pada ragam bahasa lisan. 

Berdasarkan kriteria ragam bahasa formal di atas, pembedaan antara ragam formal, ragam semiformal, dan ragam nonformal diamati dari hal berikut: 
1. Pokok masalah yang sedang dibahas,  
2. Hubungan antara pembicara dan pendengar, 
3. Medium bahasa yang digunakan lisan atau tulis, 
4. Area atau lingkungan pembicaraan yang terjadi, dan 
5. Situasi ketika pembicaraan sedang berlangsung. 

Kelima pembedaan ragam bahasa di atas, dipertegas lagi pembedaan antara ragam bahasa formal dan ragam bahasa nonformal yang paling mencolok adalah sebagai berikut: 
1). Penggunaan kata sapaan dan kata ganti, misalnya: Saya dan gue/ogut
 Anda dan lu/situ/ente 
2). Penggunaan imbuhan (afiksasi), awalan (awalan), akhiran (sufiks), gabungan awalan dan akhiran (simulfiks), dan imbuhan terpisah (konfiks). 
Misalnya:
Awalan: menyapa – apaan 
mengopi – ngopi
Akhiran: laporan – laporin 
marahi – marahin 
Simulfiks: menemukan------nemuin menyerahkan-----nyerahin 
Konfiks: kesalahan-----------nyalahin pembetulan-------betulin 
3). Penggunaan unsur fatik (persuasi) lebih sering muncul dalam ragam bahasa nonformal, seperti sih, deh, dong, kok, lho, ya kale, gitu ya. 
4). Penghilangan unsur atau fungsi kalimat (SPO-Pel-Ket) dalam ragam bahasa nonformal yang menganggu pengungkapan suatu pesan. Misalnya, 
                      Penghilangan subjek: Kepada hadirin harap berdiri. 
                      Penghilangan predikat: Laporan itu untuk pimpinan. 
                      Penghilangan objek : RCTI melaporkan dari Medan. 
                      Penghilangan pelengkap: Mereka berdiskusi dilantai II.

 

Ragam bahasa memiliki hubungan erat dengan penggunaan kata baku. Kata baku adalah kata yang sesuai dengan kaidah tata bahasa yang telah disepakati dalam bahasa Indonesia, seperti yang tercantum dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). hubungan antara ragam bahasa dengan penggunaan kata baku:

Ragam Formal, ragam ini hampir selalu menggunakan kata baku karena situasi resmi menuntut penggunaan bahasa yang benar sesuai aturan tata bahasa. Dalam teks formal seperti surat resmi, laporan ilmiah, dokumen pemerintahan, dan pidato, penggunaan kata baku sangat penting untuk menjaga kejelasan, keakuratan, dan kesan profesional. 

Ragam Semiformal, dalam ragam ini, penggunaan kata baku tetap dianjurkan, terutama ketika berkomunikasi dalam situasi yang agak resmi, misalnya dalam pertemuan bisnis atau transmisi email profesional. Meskipun tidak seketat ragam formal, penggunaan kata baku tetap penting agar pesan terkesan sopan dan profesional.

Ragam Nonformal, ragam ini lebih fleksibel dan cenderung menggunakan kata-kata yang tidak baku, terutama dalam percakapan sehari-hari, bahasa gaul, atau komunikasi dengan teman sebaya. Dalam konteks santai ini, penggunaan kata baku sering kali diabaikan, dan kosakata tidak baku justru lebih sering dipilih untuk menunjukkan keakraban dan kesan santai.

Secara keseluruhan, penggunaan kata baku lebih banyak ditemukan pada ragam formal dan semiformal untuk menjaga kejelasan, akurasi, dan kesan profesional dalam komunikasi.

Menurut Kosasih dan Hermawan (2012: 83), kata baku merupakan kata yang diucapkan atau ditulis oleh seseorang sesuai dengan kaidah atau 
pedoman yang dibakukan. Kaidah baku yang dimaksud dapat berupa Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI), tata bahasa baku, dan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

Kata baku merupakan kata-kata yang lazim dipakai pada situasi formal atau resmi yang penulisannya sinkron menggunakan kaidah-kaidah yang dibakukan. Baku tidaknya sebuah kata dapat ditinjau berdasarkan segi lafal, ejaan, gramatika, dan kenasionalan waktu diucapkan atau ditulis.

Kata baku dalam bahasa Indonesia mendukung empat fungsi, yaitu 
(1) fungsi pemersatu, (2) fungsi pemberi kekhasan, (3) fungsi pembawa 
kewibawaan, dan (4) fungsi sebagai kerangka acuan. Tiga fungsi pertama dianggap fungsi pelambang atau simbolik sedangkan satu fungsi terakhir dianggap fungsi tujuan. 

Kata baku sebagai pemersatu ialah mempersatukan penutur atau penulisnya sebagai satu warga bahasa. Dapat dikatakan pula bahwa pemakaian istilah baku pada bahasa Indonesia dapat mempersatukan sekelompok orang sebagai satu kesatuan masyarakat. 
Kata baku menjadi pemberi ciri yaitu pembakuan kata pada bahasa bisa sebagai pembeda dengan masyarakat pemakai bahasa lainnya

Sebagai contoh penggunaan ragam bahasa baku dan formal dalam kehidupan sehari-hari yaitu seperti:


Surat Resmi ke RT

  Dengan hormat,
Bersama surat ini, kami ingin mengundang Bapak/Ibu untuk menghadiri rapat persiapan acara Memperingati HUT ke-79 Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 2024 yang akan diselenggarakan pada tanggal 15 Agustus 2024, pukul 10.00 WIB, di ruang kesekretariatan RT. 

                                                                                     Hormat kami,
                                                   

                                                             Ketua Panitia Peringatan 17 Agustus


Pada surat resmi, penggunaan kata baku seperti "mengundang," "menghadiri," dan "diselenggarakan" serta struktur kalimat yang formal sangat diperhatikan.

Hubungan antara ragam bahasa dan laras bahasa terletak pada fungsi yang saling melengkapi dalam komunikasi. Ragam bahasa menentukan tingkat formalitas dan cara penyampaian (misalnya, formal atau nonformal), sementara laras bahasa mengarahkan pemilihan istilah sesuai bidang atau konteks tertentu (misalnya, laras ilmiah, hukum, atau jurnalistik). Keduanya bekerja bersama untuk menciptakan komunikasi yang tepat sesuai audiens, situasi, dan tujuan.

Menurut Wresniati dalam Mulyani dan Suhendarti, laras bahasa berarti ragam bahasa (varian pengguna bahasa) yang dipergunakan oleh sekelompok pengguna bahasa tertentu menurut kesesuaian di antara bahasa dan pemakaiannya (Mulyani dan Suhendarti, 2021). Setiap laras dapat disampaikan secara lisan atau tulis dan dalam bentuk formal, semi formal, atau nonformal (Murniati, 2011; Purwiati, Partami, dan Sukayana, 2004). Oleh karena itu, dalam penulisan harus menguasai berbagai laras yang berbeda agar dapat memilih laras yang tepat untuk khalayak sasaran (Parnasari, 2021; Salleh, 2016). Hal tersebut dilakukan dengan tujuan agar khalayak mampu memahami maksud dan tujuan dengan mudah secara jelas (Murniati, 2011).

Kesimpulannya adalah bahasa sebagai alat komunikasi manusia memiliki variasi yang disebut ragam bahasa. Ragam bahasa merupakan variasi pemakaian bahasa yang dipengaruhi oleh media pengantar (lisan atau tulisan) dan situasi (formal, semiformal, atau nonformal). Ragam bahasa berkaitan erat dengan kata baku, terutama dalam ragam formal. Kata baku mendukung kejelasan dan keprofesionalan dalam konteks resmi.

Selain itu, ada laras bahasa, yaitu variasi bahasa yang digunakan sesuai dengan konteks atau bidang tertentu seperti hukum, ilmiah, atau jurnalistik. Laras bahasa dan ragam bahasa saling melengkapi, di mana ragam menentukan tingkat formalitas dan laras mengarahkan pilihan pemahaman sesuai bidang. Keduanya membantu komunikasi lebih efektif sesuai audiens, situasi, dan tujuan.

 

 

Daftar Pustaka

https://jurnaltarbiyah.uinsu.ac.id/index.php/eunoia/article/download/1136/847 , Rina Devianty, Diakses 3 November 2024 pukul 17.30.

https://openjournal.unpam.ac.id/index.php/Paradigma/article/download/1617/1340#:~:text=Berdasarkan%20cara%20pandang%20penutur%2C%20ragam,dan%20Ragam%20Tak%20resmi , Desi Karolina Saragih, Diakses 3 November 2024 pukul 19.30.

https://mynida.stainidaeladabi.ac.id/asset/file_pertemuan/d8f07-ragam-bahasa-dan-laras-bahasa.docx , Diakses 3 November 2024 pukul 21.00.

Bagikan Artikel Ini
img-content
Dian Warasti Suciningtyas

0 Pengikut

img-content

Membangun Kalimat Efektif yang Jelas dan Padat

Senin, 11 November 2024 18:09 WIB
img-content

Memahami Ragam Bahasa

Selasa, 5 November 2024 14:18 WIB

Baca Juga











Artikel Terpopuler