Ragam Bahasa dalam Media Massa

Ragam bahasa dalam media massa bervariasi sesuai dengan jenis media dan tujuan komunikasinya. Media cetak menggunakan bahasa formal dan informatif untuk menjaga kredibilitas. Televisi dan radio cenderung memakai bahasa yang ringkas dan persuasif; program berita menggunakan bahasa formal, sementara hiburan lebih santai. Media digital memiliki bahasa yang variatif, sering kali kasual dan menggunakan emotikon, meski berita tetap menjaga bahasa formal. Dalam iklan, bahasa kreatif dan persuasif digunakan untuk menarik perhatian, disesuaikan dengan target pasar. Ragam bahasa ini mencerminkan fungsi sosial dan karakteristik audiens setiap media.

Ragam bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian yang berbeda-beda menurut topik yang di bicarakan,menurut hubugan pembicara, kawan bicara, orang yg dibicarakan, serta menurut medium (Bachman, 1990). Ragam bahasa yang oleh penuturnya di anggap sebagai ragam bahasa baik (mempunyai prestise tinggi) yang di gunakan dalam kalangan terdidik, dalam karya ilmiahnya (karangam teknis, perundang-udangan ), di dalam suasana resmi, atau didalam surat menyurat resmi ( seperti surat surat dinas ) disebut ragam bahasa baku atau ragam bahas resmi.

Menurut Dendi Sugono ( 1999:9) dalam pemakaian bahasa indonesia timbul dua masalah pokok, yaitu masalah penggunaan bahasa baku dan tak baku. Dalam situasi resmi di sekolah, di kantor, atau pertemuan resmi digunakan bahasa baku. Sebaliknya dalam situasi tak resmi, seperti di rumah, di teman, di pasar, kita tidak di tuntut untuk menggunakan bahasa baku. jika merujuk kepada definisi  ragam bahasa dalam media masa, menurut kridalaksana (2008), ragam bahasa media masa adalah variasi bahasa yang digunakan dalam berbagai jenis media, termaksuk media cetak, elektronik, dan digital untuk menyampaikan informasi kepada publik.

Ragam bahasa dalam media masa sama terkait dengan variasi penggunaan bahasa sesuai dengan konteks dan audiensnya. Dalam media masa, seperti yang disampaikan oleh Bachman(1990) dan Sugono(1999), terdapat ragam bahasa yang digunkan sesuai dengan topik, hubungan dengan pembicara dengan audiens, serta formalitas bersifat resmi, menggunakan ragam bahasa baku untuk menjaga kepercayaan dan kredibilitas, terutama dalam berita atau artikel informatif. Sementara itu, media sosial atau program hiburan di televisi dan radio lebih cenderung menggunakan ragam bahasa non-baku atau kasual untuk menarik perhatian audiens yang luas dan menciptakan kedekatan.

 Perkembangan pesat media komunikasi sangat berpengaruh pada ragam bahasa misalnya dalam media masa, yang berfungsi sebagai pemghubung dalam penyebaran informasi. Media masa termasuk media cetak, elektronik, dan online memiliki cara dan strategi bahasa berbeda untuk menarik perhatian masyarakat. Misalnya,media cetak (koran, majalah) mengunakan bahasa yg formal dan informatif untuk menjaga kersbirilitas,sedangkan media elektronik ( radio, majalah) menggunakan bahasa yg lebih ringkas dan dan persuasif.

Media online, terutama media sosial, memanfaatkan ragam bahasa yang santai, akrab, dan dinamis agar lebih menarik bagi audiens yg luas dan beragam. Media sosial memungkinkan pengguna berpartisipasi aktif dan menyebarkan informasi secara langsung, sehingga ragam bahasa di dalamnya cenderung lebih informal responsif terhadap tren atau gaya bahasa yang berkembang di masyarakat.

Keunikan ini membuat media sosial menarik perhatian lebih besar dan mengalihkan fokus masyarakat dari media masa tradisional, karena memungkinkan komunikasih interasktif dan partisipasi aktif dalam penyebaran konten, dengan demikian perkembangan media masa beradaptasi dalam penggunaan ragam bahasa untuk tetap relevan dan efektif menjangkau audiens ditengah kemajuan teknologi.  

Ciri-ciri ragam bahasa media masa 

Beberapa  ciri utama ragam bahasa dalam media masa:

1. Sederhana dan Mudah dipahami

     Bahasa yang digunakan dalam media masa cendrung sederhana dan mudah dipahami oleh berbagai kalangan pembaca.

2. Efisien dan langsung kepokok pembahasan

      penulisan dalam media masa biasanya bersifat to the point atau langsung pada inti informasi yang ingin disampaikan. tujuannya adalah agar pembaca tidak kehilangan fokus dan bisa segara memperoleh informasi penting.

3. Objektif dan netral

      Media masa biasanya bersifat objektif dan netral. Informasi yang disampaikan di usahakan tampa muatan opini pribadi, terutama dalam berita. Bahasa yang di gunakanpun di buat seformal mungkin agar bisa menampilkan fakta secara objektif 

4. Menggunakan bahasa yang santun

     Ragam bahasa media masa haru mengedepankan kesantunan dan kehatihatian dalam pemilihan kata. Hal ini sangat penting karena media masa memiliki tanggung jawab sosial dan etika dalam menyampaikan informasi.

5. Mengikuti kaidah kata bahasa yang benar 

     Bahasa dalam media masa harus sesuai dengan kaidah tata bahasa yang benar. Hal ini mencakup struktur kalimat, ejaan, tanda baca, dan konsistensi pengguna bahasa.

6. Bersifat informatif dan aktual 

    informasi dalam media masa harus aktual atau dengan perkembangan terbaru. Selain itu, media masa bertujuan untuk memberikan informasi yang bermanfaat bagi masyarakat, sehingga bahasa yang akan digunakan harus bersifat informatif dan menyajikan fakta terkini.

Kesimpulan

    Dari pembahasan di atas dapat kita simpulkan bahwa ragam bahasa media masa memiliki karakteristik tersendiri yang membedakannya dari ragam bahasa lainnya. Kesederhanaan, kejelasan, objektivitas, dan kesantunan adalah ciri utama yang menonjol dalam ragam bahasa media masa.

DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/document/349316222/Buku-Ragam-Bahasa

Kridalaksana, Harimurti. (2008). Pengantar linguistik umum. jakarta: Gramedia pustaka utama.

Alwi, Hasa, Dkk. Tata bahasa baku bahasa indonesia. jakarta: Balai pustaka, 2003.

Meliano, Anton M., Dkk. Ragam bahasa jurnalistik. Jakarta: Gramedia pustaka utama, 2008.

Taringan, Henri Guntur. prinsip-prinsip dasar linguistik. Bandung: Angkasa, 1990.

Kridalaksana, Harimurti. Pembentukan kata dalam bahasa indonesia. Jakarta: Gramedia pustaka utama, 2008.

Chaer, Abdul. linguistik umum. Jakarta: Rineka cipta, 2007.