Yang Akhirnya Muak Sendiri dengan Flexing di Medsos
Selasa, 5 November 2024 19:33 WIBHari itu akhirnya datang juga. Para pengguna media sosial, yang biasanya begitu bersemangat memamerkan hidupnya, tiba-tiba menghilangkan semua jejak digital dari halaman profil mereka.
Ya, setelah bertahun-tahun memuja like, followers, dan algoritma, mereka—mungkin termasuk juga di antara kita—akhirnya muak sendiri dengan budaya flexing. Fenomena baru yang dikenal dengan grid zero kini seakan menjadi wujud nyata bahwa pepatah "semua yang berlebihan itu tidak baik" juga berlaku di dunia maya.
Bayangkan ini: setiap saat, linimasa kita penuh dengan orang-orang yang terlihat selalu berlibur ke Bali, makan di kafe-kafe hipster, atau membeli sepatu keluaran terbaru. Setiap unggahan tampak seperti perlombaan untuk menunjukkan siapa yang hidupnya paling menarik.
Mereka juga sibuk berpose bak model di tepi pantai, melahap makanan yang harga satu piringnya cukup untuk memenuhi kebutuhan beras sebulan, atau dengan riang memamerkan barang mewah yang katanya “iseng aja beli". Entah sejak kapan, Instagram berubah menjadi pasar flexing, dan kita semua terjebak di dalamnya.
Tapi, setelah bertahun-tahun hidup dalam lingkaran setan ini, keajaiban terjadi. Orang-orang, khususnya Gen-Z, mulai menghapus unggahan mereka. Pamer sudah bukan lagi sesuatu yang menyenangkan, malah jadi seperti lelucon pribadi.
Grid zero, atau profil Instagram yang bersih tanpa satu pun unggahan, menjadi mode baru. Lucunya, mereka yang dulu berkompetisi dalam hal barang mewah sekarang berlomba-lomba dalam hal profil "bersih"—alias tanpa pamer apa pun.
Seperti Olahraga Favorit
Flexing di media sosial sebenarnya layaknya olahraga, tempat para pemain bertanding menunjukkan siapa yang lebih berotot, eh, lebih bergaya. Kita harus angkat jempol untuk mereka yang setiap hari bisa menampilkan wajah sempurna dan tatanan hidup yang super rapi.
Sementara itu, sebagian orang sibuk menabung atau berhemat. Mereka tampil dengan barang-barang yang "tiba-tiba" muncul di feed—mungkin turun dari langit atau hadiah dari Santa yang datang lebih awal.
Namun, lama-kelamaan, flexing seperti ini ternyata melelahkan. Setelah berusaha mati-matian mengejar standar kesempurnaan, mereka sadar bahwa yang dihasilkan hanyalah stres dan kelelahan. Mungkin mereka juga mulai sadar bahwa hidup ini lebih dari sekadar jumlah likes atau views di media sosial.
Bayangkan nasib para pengamat sosial media kita: tetangga kepo yang selalu memeriksa siapa yang baru pulang dari luar negeri, siapa yang baru tunangan, atau siapa yang makan di restoran mahal.
Kini, mereka bingung karena profil Instagram favoritnya tiba-tiba kosong. Tanpa unggahan pameran barang baru, hidup para pengamat sosial itu mungkin jadi terasa hampa. Di sinilah lucunya grid zero—mereka yang biasanya sibuk memamerkan hidup justru kini menikmati kehidupan tanpa harus melibatkan "penonton".
Yang lebih menarik, tak sedikit dari para mantan flexer yang kini justru "membanggakan" diri karena "tidak ada yang ingin dibanggakan". Diiringi tagar #noflex, para pengguna media sosial dengan jumawa menyatakan bahwa hidup mereka sekarang bebas dari keharusan tampil sempurna di depan kamera.
Tentu saja, dalam ironi yang tak terelakkan, grid zero malah membuat mereka jadi bahan perbincangan baru: “Wah, profilnya kosong, nih! Keren banget!”
Dilema Follower
Para pengikut setia yang biasanya selalu menekan tombol like kini dihadapkan dengan dilema baru: apakah mereka harus tetap nge-like profil yang kosong? Mungkin saja, grid zero ini adalah semacam sinyal rahasia dari sang influencer kepada para pengikutnya—"Lihat aku, aku bisa cool tanpa satu pun foto!"
Para follower setia pun kebingungan. Mereka mulai bertanya-tanya, apakah kesederhanaan ini berarti tren baru atau sekadar fase bosan yang akan berlalu dalam hitungan minggu.
Namun, jangan salah, sebagian orang malah menyebut grid zero ini sebagai flexing tingkat lanjut. Maksudnya, kalau dulu mereka berlomba-lomba menunjukkan barang-barang termahal, kini mereka pamer bahwa mereka sudah di titik "tak butuh pamer".
Entah, apakah itu benar-benar pencapaian hidup atau sekadar tipu daya baru? Tapi, yang jelas, mereka berusaha membuktikan bisa eksis tanpa eksposur.
Menanti Tren Berikut
Kini kita menunggu, apakah grid zero benar-benar akan menjadi pergeseran paradigma, atau hanya tren sementara? Mungkin saja, setelah beberapa minggu menikmati profil kosong, mereka akan kembali dengan unggahan-unggahan baru: “Lama nggak update, ini perjalanan singkat ke Maldives.”
Nah, itu dia. Sebab, pada akhirnya, flexing mungkin sudah menjadi bagian dari identitas dunia maya kita—ada yang merasa hidupnya kurang lengkap tanpa sedikit pamer, sedikit drama, atau sedikit sorotan, yang pada akhirnya semua dilakukan secara berlebihan.
Namun, untuk saat ini, mari kita nikmati momen ketika media sosial terasa lebih sepi, tanpa parade barang mewah atau liburan eksotis yang membuat kita iri. Siapa tahu, justru saat itulah kita bisa menikmati hidup tanpa perlu repot memotret atau memikirkan caption.
Jadi, saat mereka menghilang dari grid, mari kita hargai kedamaian sementara ini. Tapi, ah, siapa yang menyangka bahwa grid zero—alias keheningan media sosial—bisa jadi bentuk flexing yang paling indah.
Mungkin, benar kata orang bijak: hidup yang paling tenang adalah hidup yang tidak perlu diperlihatkan ke publik. Jadi, buat para pengguna media sosial yang mungkin sedang bingung ingin mengunggah apa, ingatlah bahwa kadang-kadang, ruang kosong di profil lebih berbicara daripada seribu foto liburan.
Penulis Indonesiana l Veteran Jurnalis
3 Pengikut
Wajah-wajah Lama di Balik Razia PSK
9 jam laluTerjebak di Lembah YouTube
Kamis, 28 November 2024 16:34 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler