Pensiunan PT Chevron Pacific Indonesia. Menjadi Pemerhati aspal Buton sejak 2005.

Aspal Buton Nir Solusi?

Jumat, 8 November 2024 06:43 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Mengapa solusi aspal Buton telah menemui jalan buntu? Dan mengapa tidak ada upaya-upaya terobosan yang kreatif untuk mau mencari jalan alternatif yang lebih inovatif?.

***

"Nir solusi" adalah istilah yang berasal dari bahasa Sanskerta, dimana “nir” berarti ”tanpa” atau “tidak ada”, dan “solusi” berasal dari bahasa Inggris yang berarti “penyelesaian” atau “jawaban”. Jadi “nir solusi” secara harfiah berarti “tanpa solusi” atau “tidak ada penyelesaian”.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Istilah ini biasanya digunakan untuk menggambarkan situasi dimana suatu masalah atau tantangan tidak memiliki jawaban atau solusi yang jelas, sehingga menyebabkan keputusasaan, kebuntuan, atau ketidakpastian dalam mencari jalan keluar.

Apakah aspal Buton nir solusi? Ini sebuah pertanyaan yang sangat menantang? Indonesia sudah 79 tahun merdeka. Dan Indonesia sudah delapan kali berganti presiden. Tetapi mirisnya, aspal Buton masih belum mau dimanfaatkan dan diolah untuk mensubstitusi aspal impor. Dimanakah letak masalahnya? Mengapa solusi aspal Buton telah menemui jalan buntu? Dan mengapa tidak ada upaya-upaya terobosan yang kreatif untuk mau mencari jalan alternatif yang lebih inovatif?.

Aspal Buton adalah aspal alam yang dihasilkan dari daerah Buton di Sulawesi Tenggara, memiliki potensi yang sangat besar sebagai bahan konstruksi jalan. Namun, ada beberapa tantangan dan alasan mengapa pengembangannya dan penggunaannya belum mencapai potensi penuhnya:

  1. Kurangnya Infrastruktur dan Teknologi: Proses produksi dan pengolahan aspal Buton menjadi aspal Buton ekstraksi memerlukan teknologi yang canggih dan tepat guna. Banyak daerah belum memiliki fasilitas atau infrastruktur yang memadai untuk mendukung upaya produksi dan memanfaatkan aspal Buton ekstraksi secara lebih efisien.
  2. Sosialisasi dan Pemahaman: Untuk bisa digunakan secara luas, aspal Buton harus diolah terlebih dahulu menjadi aspal Buton ekstraksi agar kualitasnya bisa setara dengan aspal minyak. Pemerintah seharusnya lebih fokus untuk mau memproduksi aspal Buton ekstraksi ini.
  3. Standarisasi dan Sertifikasi: Aspal Buton ekstraksi perlu melalui proses standarisasi dan sertifikasi agar memenuhi syarat teknis dan kualitas yang dibutuhkan dalam konstruksi jalan.
  4. Persaingan dengan Aspal Minyak: Aspal minyak telah terbukti selama bertahun-tahun memiliki jaringan distribusi dan penggunaan yang mapan, sehingga aspal Buton ekstraksi harus berani bersaing dengan produk aspal minyak yang lebih dulu dikenal.
  5. Biaya dan Ekonomi: Biaya produksi dan distribusi aspal Buton ekstraksi dikuatirkan bisa jadi lebih tinggi, terutama jika mempertimbangkan investasi awal untuk infrastruktur dan teknologi. Tetapi fakta telah membuktikan bahwa berdasarkan studi kelayakan dari RTC Pertamina, ternyata harga aspal Buton ekstraksi bisa lebih murah daripada harga aspal impor.
  6. Regulasi dan Kebijakan: Dukungan dari pemerintah dalam bentuk regulasi yang mendukung produksi dan penggunaan aspal Buton ekstraksi masih sangat kurang, sehingga tidak mendorong adanya upaya-upaya khusus untuk pengembangan dan penelitian teknologi ekstraksi aspal Buton lebih lanjut.

Meskipun aspal Buton memiliki kandungan aspal alami yang cukup tinggi, proses pengolahannya masih memerlukan teknologi yang lebih canggih agar bisa bersaing dengan aspal minyak. Investasi teknologi untuk pengolahan aspal Buton menjadi aspal Buton ekstraksi adalah salah satu hambatan yang menyebabkan solusi aspal Buton menemui jalan buntu.

Mungkin pemerintah perlu melakukan studi yang lebih mendalam dan komprehensif mengenai mengapa para Investor asing masih belum merasa tertarik untuk mau berinvestasi di bidang industri aspal Buton ekstraksi.

Di samping itu, letak geografis Pulau Buton yang cukup jauh dari pusat-pusat pembangunan infrastruktur utama di Indonesia menjadi tantangan dalam hal distribusi. Biaya logistik untuk mengangkut aspal Buton ekstraksi ke berbagai wilayah di Indonesia juga menjadi kendala. Hal ini merupakan tugas pemerintah untuk lebih memperhatikan pembangunan infrastuktur guna mendukung industri aspal Buton ekstraksi.

Berdasarkan analisis penulis, penyebab utama mengapa aspal Buton tanpa solusi adalah karena pemerintah tidak memiliki kemauan politik untuk mau memanfaatkan aspal Buton guna mensubstitusi aspal impor. Hal ini tampak jelas dan terbukti dari gagalnya keputusan pak Jokowi untuk menghentikan impor aspal pada tahun 2024.

Adapun faktanya di lapangan, sampai saat ini Indonesia masih terus-menerus mengimpor aspal. Jadi kesimpulannya, selama pemerintah tidak memiliki kemauan politik untuk mau mensubstitusi aspal impor dengan aspal Buton, maka apapun segala daya dan upaya, semuanya itu tidak ada gunanya.

Sekarang pertanyaannya adalah bagaimana caranya agar pemerintah bisa merubah sikap politik dan pendiriannya, sehingga akan memiliki kemauan politik untuk mau mensubstitusi aspal impor dengan aspal Buton?

Adapun caranya adalah dengan meminta bantuan kepada pihak-pihak dan lembaga-lembaga negara yang memiliki wewenang dan kepedulian terhadap potensi aspal Buton untuk mensubstitusi aspal impor, seperti DPR dan KPK, untuk mau melakukan investigasi, studi, dan penelitian yang serius mengenai kewajaran harga dari aspal impor.

Harga aspal di USA berdasarkan data dari Maryland Asphalt Index adalah sebesar US$ 600 per ton. Sedangkan harga aspal di Indonesia sekitar US$ 1.000 per ton. Hal ini telah menunjukkan selisih harga yang cukup signifikan.

Mungkin hasil dari temuan-temuan nanti akan dapat disimpulkan bahwa harga aspal impor adalah sangat mahal. Dengan demikian, hasil studi dari penelitian tersebut akan dapat merekomendasikan untuk pemerintah Indonesia segera mau memanfaatkan aspal Buton ekstraksi guna mensubstitusi aspal impor.

Adapun isu-isu mengenai mahalnya biaya investasi untuk teknologi ekstraksi aspal Buton perlu dilakukan due diligence dan assesmen, khusus untuk menilai dan mempertimbangkan kehandalan dan keekonomian dari pembangunan pabrik ekstraksi aspal Buton.

Apabila pemerintah sudah memiliki kemauan politik untuk mau mensubstitusi aspal impor dengan aspal Buton, maka diperkirakan aspal Buton akan menemukan jati diri dan solusinya sendiri. Dan sekarang pertanyaannya adalah apakah pemerintahan pak Prabowo memiliki kemauan politik untuk mau mensubstitusi aspal impor dengan aspal Buton?

Sampai saat ini komitmen untuk mau swasembada aspal masih belum pernah terdengar keluar dari ucapan pak Prabowo. Adapun yang sudah menjadi komitmen pak Prabowo adalah swasembada pangan dan energi. Jadi kelihatannya masalah swasembada aspal hanya tinggal menunggu waktu saja.

Mungkin harus ada gerakan-gerakan masif rakyat Buton untuk berani menyampaikan aspirasi atau petisi bahwa aspal Buton sejatinya memerlukan perhatian istimewa dari pak Prabowo. Karena selama ini aspal Buton nir solusi.

Jadi sekarang, apa solusi yang akan ditawarkan oleh pak Prabowo kepada rakyat Indonesia agar pemerintah memiliki kemauan politik untuk mau mensubstitusi aspal impor dengan aspal Buton?. Sejauh ini pak Prabowo masih belum mau menanggapi masalah isu swasembada aspal. Berarti sampai detik ini, aspal Buton akan tetap nir solusi.

Bagikan Artikel Ini

Baca Juga











Artikel Terpopuler