Neo Oportunisme Analisis dari Trotoar.
Jumat, 8 November 2024 10:25 WIBSebuah kisah dari perbuatan tak terpuji, alegoris politik tak elok menyuap dari sebalik tangan. Nah loh. Apa tujuannya kalau sekiranya terjadi di ranah modern politik. Nah itu. \xd\xd
***
Kisah dimulai ketika dia mengatakan sedang flu, meskipun sesungguhnya, tidak, berkait pada keinginan seolah-olah bersimpati, tanpa terasa merogoh kocek, tapi hanya untuk profit sendiri, agak berbau manipulatif tapi tersembunyi di balik saku celananya bermerek impor merupakan suatu penggayaan seolah-olah lifestyle dari benua jauh sekalipun tampak kedodoran agak abal-abal.
Berbeda dengan bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian, penggambaran dari peribahasa tutur nasihat bagi si pekerja keras tekun belajar, tak henti terus belajar dari edukasi empiris maupun formal, di waktu kemudian semakin piawai, di bidangnya, pada kurun waktu selanjutnya, berhasil sampai di garis finis, hasil kerja keras, bernas meraih kemenangan, bersih jernih bening, sukses kewajaran perjuangan.
Hampir, serupa dengan mengayuh sepeda melewati berbagai rintangan, jalan terjal, bukit berkelok, tanjakkan naik-turun, melewati bebatuan terjal, tersungkur, bangkit, mengejar waktu tertinggal, fokus, terus mengayuh untuk mencapai jumlah etape menuju garis finis, terus belajar, kerja keras, mandiri dalam lingkar kesetiakawanan, kebersamaan, saling menghargai, berbagi pengetahuan, tak menikam dalam lipatan.
Ups! Nah loh. Ikh! Serem nggak sih mendengar kalimat, menikam dalam lipatan. Mungkin masih golongan serupa, sedikit sama dengan makhluk lintah atau sejenis makhluk penghisap lainnya, kalau mengarungi rawa-rawa sungai-sungai kecil di pesawahan, namun tampaknya migrasi makhluk penghisap telah meluas ke laci-laci ehem.
Sejarah menyelinap ke dalam laci-laci kekuasaan telah berlangsung sejak berabad lampau di antaranya pada era imperium-sampai lah kontemporer telah ada jenis kepinding bermukim di lipatan jok kursi-kursi berjalin rotan atau tali ikat, nah, si kepinding ini disebut juga dengan nama sebutan; bangsat. Meluncurlah kalimat "Kursi jalinmu banyak bangsatnya ya. Kasih kapur barus, biar kabur dia."
Nah, kepinding atau si makhluk bangsat, penghisap darah, sejenis kutu, semirip kutu air, hanya saja si bangsat ini, tidak di air, agak besar sedikit, kalau duduk di kursi berjalin ikat, kebetulan, ada, bertemu makhluk si bangsat itu, suka sekali muncul mencubit-mengigit versi kepinding alias si bangsat itu, bisa gatal loh di bagian tergigit itu, biasanya bentol sedikit memerah tapi tak lebam.
Abstraksi, berbanding sedikit membelok, mungkin sebut saja si bangsat itu alias si Neooportunisme, nah itu sebutan aslinya. Hampir mirip tapi mungkin tak sama, namun bisa dibilang persis. Gemar sekali antara lain, lempar batu sembunyi tangan atau main mata dari balik punggung.
Auu! Atau, mungkin, meski tak persis-sama dengan si kepinding alias bangsat si penyuap agak hobi salaman sebalik tangan ada amplop tertutup, tak serupa benar sih, barangkali loh ya, namun, mungkin lagi, kalau musim birahinya tiba, bergolak, akan sekilat menyuruk atau merangsek menggunting dalam lipatan.
Esoknya si kepinding akan tetap menyapa ramah. Bahkan berani hadir di sebuah perhelatan formal di istana raja-raja sembari senyam senyum tangannya nyelonong bersalaman dengan amat ramah agak sedikit berlama-lama beramah tamah berbasabasi sekilas tak kentara, seakan-akan si penyuap itu santun menghormati. "Eh halah! Jring!"
***
Jakarta Indonesiana, November 08, 2024.
Salam NKRI Pancasila, Banyak kebaikan setiap hari.
Penulis Indonesiana
0 Pengikut
Ngawang di Awan
16 jam laluPohon Mati Kala Mitos Senja
3 hari laluBaca Juga
Artikel Terpopuler