Kontemplasi sebagai Kebutuhan Hidup Manusia Modern

Minggu, 10 November 2024 20:41 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Di zaman sekarang, menjadi manusia kontemplatif bukan sekadar pilihan, sebab ini adalah jalan untuk menjadi manusia yang utuh.

***

Di tengah kemajuan teknologi dan budaya serba cepat, kehidupan kita sering terasa terombang-ambing. Semua serba digital, serba instan, dan cepat berlalu. Di sini, kontemplasi, atau perenungan yang mendalam, mungkin tampak seperti aktivitas yang kuno dan tidak relevan. Namun, justru di zaman seperti ini, kontemplasi memiliki peran yang semakin vital. Kontemplasi adalah waktu yang kita luangkan untuk mendalami hidup, melihat ke dalam diri, dan mempertanyakan makna dari segala yang kita lakukan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kehidupan modern, yang berputar begitu cepat, membuat kita lupa pada hal-hal esensial. Kita terjebak dalam rutinitas tanpa henti, berpacu dengan waktu, dan mengejar banyak hal tanpa arah yang jelas. Tanpa kita sadari, kita kehilangan keseimbangan. Kita semakin tenggelam dalam hal-hal material, dalam kebisingan yang terus-menerus, dan dalam pencapaian-pencapaian yang sifatnya hanya sementara. Melalui kontemplasi, kita diundang untuk berhenti sejenak, melihat kembali arah hidup, dan meninjau ulang prioritas yang mungkin sudah terlupakan.

Dengan kontemplasi, kita bisa menjaga keseimbangan antara dunia luar dan dunia batin. Kontemplasi mengajak kita untuk berhenti dari kecepatan hidup yang melelahkan dan kembali merasakan kedalaman dari makna hidup itu sendiri. Kita belajar untuk menyeimbangkan antara kesibukan yang terus menuntut di luar, dengan kedamaian dan ketenangan yang seharusnya ada di dalam diri. Dengan mengupayakan keseimbangan ini, kita bisa menjalani kehidupan yang lebih bermakna dan tidak sekadar berlalu begitu saja.

Kontemplasi memiliki peran penting, bahkan dalam dunia hukum. Menurut pandangan Prof. Esmi Warassih, kontemplasi dalam bidang hukum sangatlah esensial. Para penegak hukum yang hanya terpaku pada teks undang-undang sering membuat keputusan yang kaku dan kadang kurang adil. Mereka hanya melihat pasal demi pasal tanpa memahami sisi moral di baliknya. Tanpa kontemplasi, hukum bisa kehilangan maknanya sebagai alat keadilan. Hukum seharusnya ada untuk menegakkan kebenaran dan memberikan perlindungan kepada manusia, bukan sekadar aturan hitam-putih.

Seorang penegak hukum yang kontemplatif adalah mereka yang mampu melihat lebih dari sekadar aturan tertulis. Mereka mempertimbangkan dampak dari keputusan mereka, tidak hanya sah secara hukum, tetapi juga adil dan bermoral. Dengan berkontemplasi, para penegak hukum dapat lebih memahami arti dari keadilan sejati dan memastikan bahwa keputusan yang mereka buat tidak melukai hak-hak orang lain. Dalam masyarakat yang semakin kompleks, pendekatan kontemplatif dalam dunia hukum sangat dibutuhkan, demi menjaga keadilan bagi setiap orang.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita hidup dalam masyarakat yang beragam. Kehidupan modern telah membawa kita pada pluralitas yang semakin terasa. Manusia berasal dari latar belakang, budaya, dan pandangan hidup yang berbeda-beda. Di sinilah kontemplasi memainkan peran penting. Seperti yang dikemukakan Prof. Esmi Warassih dalam gagasan sosiologi hukum kontemplatifnya, manusia yang kontemplatif mampu melihat keberagaman sebagai kekuatan, bukan ancaman. Melalui perenungan, kita bisa melihat bahwa perbedaan bukanlah penghalang, melainkan sumber kekayaan yang memperkaya pemahaman akan kehidupan.

Dengan kontemplasi, kita diingatkan bahwa keberagaman adalah bagian alami dari kehidupan. Berkat kontemplasi, kita mampu melihat kemanusiaan dalam setiap individu, terlepas dari perbedaan yang ada. Dalam keheningan kontemplasi, kita belajar menerima orang lain dengan lebih bijaksana. Kita tidak mudah terprovokasi oleh perbedaan, melainkan merangkulnya sebagai sesuatu yang membuat hidup lebih berwarna dan bermakna. Kontemplasi membukakan mata kita bahwa setiap orang memiliki keunikan yang berharga dan layak dihormati.

Selain membantu kita melihat keberagaman, kontemplasi juga menjadi jalan untuk membebaskan diri. Dalam hidup, kita sering terjebak dalam aturan, rutinitas, dan norma-norma yang tidak selalu relevan dengan kebutuhan kita. Menurut kaum Tjipian, hukum seharusnya membebaskan manusia, bukan mengekang atau menindas. Demikian juga dengan kehidupan sehari-hari. Kontemplasi membantu kita melepaskan diri dari segala beban yang tidak perlu, dari tekanan sosial yang tidak sejalan dengan hati nurani kita.

Dengan berkontemplasi, kita mampu berpikir lebih jernih tentang apa yang benar-benar penting. Kita tidak lagi mudah terpengaruh oleh tekanan sosial atau tuntutan yang datang dari luar. Dalam kebebasan ini, kita menemukan jalan untuk menjalani hidup yang lebih otentik, selaras dengan nilai-nilai pribadi yang kita junjung tinggi. Kontemplasi menjadi alat bagi kita untuk menjalani hidup yang lebih bermakna, tanpa terikat oleh aturan yang kaku atau norma yang tidak sesuai dengan nurani.

Bagi banyak orang, kontemplasi memiliki hubungan yang kuat dengan pengalaman religius. Dalam berbagai tradisi spiritual, kontemplasi dianggap sebagai cara untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dan memahami makna kehidupan dari sudut pandang yang lebih tinggi. Bagi mereka yang mendalami kontemplasi, ini bukan sekadar memikirkan masalah-masalah duniawi. Lebih dari itu, ini adalah kesempatan untuk merenungkan posisi kita dalam kosmos dan hubungan kita dengan Sang Pencipta.

Dalam kontemplasi, kita tidak hanya melihat ke dalam diri, tetapi juga membuka hati untuk merasakan kehadiran yang lebih tinggi. Melalui kontemplasi, seseorang dapat menemukan kedamaian batin yang sejati. Mereka bisa merasakan kebijaksanaan yang tidak mungkin ditemukan melalui pemikiran logis semata. Dengan cara ini, kontemplasi menjadi jalan untuk mencapai ketenangan yang mendalam dan rasa syukur atas hidup yang kita jalani.

Kehidupan modern memang penuh dengan tantangan. Kita dihadapkan pada kesibukan yang tak pernah habis, masalah yang terus muncul, dan kebingungan yang sulit diatasi. Di tengah semua itu, menjadi manusia yang kontemplatif adalah sebuah kebutuhan. Kontemplasi bukan hanya sesuatu yang dilakukan sesekali, melainkan cara hidup yang bisa membawa kita menuju kebijaksanaan yang lebih dalam. Melalui kontemplasi, kita belajar untuk hidup dengan lebih sadar, lebih bermakna, dan lebih bijaksana.

Kontemplasi membantu kita menemukan jalan menuju keseimbangan antara dunia luar yang penuh hiruk-pikuk dan dunia dalam yang penuh kedamaian. Dengan menjadi manusia kontemplatif, kita tidak hanya hidup untuk diri sendiri. Kita hidup dengan tujuan yang lebih besar, memberikan dampak positif bagi dunia di sekitar kita. Kontemplasi mengajarkan kita untuk tidak terjebak dalam kecepatan dan kebisingan dunia modern, tetapi untuk tetap tenang, memahami makna hidup, dan hidup dengan penuh kesadaran.

Di zaman sekarang, menjadi manusia kontemplatif bukan sekadar pilihan, sebab ini adalah jalan untuk menjadi manusia yang utuh.

Bagikan Artikel Ini
img-content
Fabian Satya Rabani

Pelajar, model, dan atlet tinggal di Bandung, Jawa Barat. IG: satya_rabani

5 Pengikut

img-content

Menimbang Perlu atau Tidaknya Ujian Nasional

Kamis, 28 November 2024 16:28 WIB
img-content

Motivasi vs Konsistensi: Mana yang Lebih Penting?

Sabtu, 23 November 2024 07:08 WIB

Baca Juga











Artikel Terpopuler