Penetrasi Apa Mau Kemenong Kuy

Minggu, 10 November 2024 20:14 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
img-content
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Ada jual beli barang, ada pula jual beli brand web site, terkini ranah tekno daring berebutan asosiatif, bisa kepentingan ha.ha bisa pula karena isme ini itu, ahai lah hai. Iyau.

Alternatif seni kembali pada pikiran individual ataupun kelompok. Apa iya sekadar itu, tak sekadar pula bermajas ria-indah, lantas selesai di situ, apakah itu estetika imaji atau logika naif atau sekadar cari followers, meraub cuan lantas selesai hakikat seni ini itu. Agak rancu memang antara seni ini itu dengan seni jual beli ha.ha.

Ada jual beli barang, ada pula jual beli brand web site, terkini ranah tekno daring berebutan asosiatif, bisa kepentingan ha.ha bisa pula karena isme ini itu ahai lah hai, campur aduk terbias tujuan idealisme, ehem, apaan sih idealisme, apakah masih tampak benar atau mngkin salah seratus persen; oleh sebab itu biarkan buah matang di pohon.

Lantas ketika idealisme fanatik versus idealisme jual beli, adakah salah benar di antara keduanya. Barangkali kembali pada konsep dasar pemikiran personal atau kelompok, siapapun itu di habitat seni berseni atau seni ini itu. Lantas apaan sih, seni, dalam arti sesungguhnya, adakah seni dengan berbagai bentuknya di sana.

Entahlah, mungkin juga jawabannya, ketika kritik seni tak lagi menjadi primadona, terkait kekhawatiran-aturan pencemaran lingkungan nama baik atau hal-hal dianggap pelanggaran privat-kelompok, orang pribadi. Apakah karena itu kritik seni ada di antara ketiadaan informsi atau seni kultur edukatif memang lebih memilih bobo saja.

Lebih celaka lagi ketika personal, kelompok, terjangkit amuk anonim akibat seni kritik ataupun kritik seni-validitas kritik seni demi kesehatan karya sang kreator, agar tak terpuruk pada seni onani. Kritik seni, kalau boleh dibilang-vitamin adrenalin lompatan menuju niskala puncak-puncak estetis lanjutan pengkaryaan.

Lantas ada pula tanya bertanya; apakah masih ada kritikus seni. Seharusnya sih masih ada, mungkin, kalau pertumbuhan kesadaran komunikasi kultur edukatif terpelihara di angkasa biru dengan kesegaran oksigen kepentingan khalayak seluas langit, kalau mau kembali menilik-kreator tak seharusnya sendirian mengarungi imaji personalnya.

Itupun kalau mau memahami keniscayaan imajinasi bukanlah milik individual, ketika pengkaryaan goes to public di area keriuhan beragam pemirsa kedaulatan seni ini itu, sekaligus memasuki seni jual beli ha.ha, bukanlah sekadar meraih cuan, karena, kualitas tak sekadar kuantitas. Sekalipun masih banyak jalan menuju aroma seni.

***

Jakarta Indonesiana, November 10, 2024.
Salam NKRI Pancasila. Banyak kebaikan setiap hari.

Bagikan Artikel Ini
img-content
Taufan S. Chandranegara

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler