Pengen jadi Penulis meskipun Mamaku pengen aku jadi orang kantoran.

Rasa Sukaku (Udah) Kadaluarsa

Senin, 11 November 2024 11:32 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Apa benar kalau perasaan suka bisa expired?

Ku pandang berulang kali gambar dirinya. Semua fotonya yang diam-diam selama ini ku simpan di galeri ponselku. Setiap kali makan biar selera, ku pandang sesekali. Begitu juga saat malam hari sebelum aku tertidur lelap. Makin melayang dimabuk cinta seolah-olah dia pun menyukaiku juga. Berkhayal dan berandai-andai dia jadi istriku.

Setiap pagi aku bangun yang aku liat adalah wajah bidadari. Senyuman yang setiap sore aku pulang kerja, disambut dengan pelukan hangat sesampai dirumah. Tangan kananku dicium. Dibelai manja sambil ditanya, gimana hari ini. Meskipun itu semua khayalan, gak masalah mumpung bermimpi itu gratis.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Setiap hari memujanya. Kekurangannya hampir tak terlihat. Antara dibutakan cinta atau memang buta beneran? Rasanya dia terlalu sempurna. Ini itu dibanggakan, apapun itu. Rasa ini rasa itu, semua dirasakan. Termasuk cemburu pula!

Rasa cemburu yang gak biasa. Sangat hati-hati memperhatikan hatinya, tapi tak sebaliknya. Dihancurkan berulang kali pun masih tetap mencinta. Bodoh atau dungu? Oh, diriku!

Apalagi? Semua hal tentang dirinya tak pernah terlewatkan. Semuanya didambakan. Otak benar-benar gak jernih. Bagaimana caranya berpikir normal? Sulit sebenarnya jika dalam kondisi jatuh cinta. Otak gak dikasih kesempatan untuk menyatakan kebenaran. Karna hati terus memujanya. Selalu ada kata toleransi untuknya, ya sudah gak apa-apa. Semuanya dianggap gak apa-apa.

Mau sampai kapan?

Pusing setiap hari pun dinikmati aja. Gejolak apalagi ini? Ingin menghubungi, gak pernah dihubungi duluan. Liat foto-fotonya lagi setiap kali rindu. Pengen bilang kangen, selalu terasa tertahan. Bibir susah mengucapkan walau hati terus berteriak, ayo liat aku! Gimana dia bisa tau tentang perasaan ini?

Mulai gundah gulana. Salah sendiri kenapa gak jujur?

Bilang aja…

Keberanian mulai terkumpul walau gak seratus persen. Saat semua udah tertumpahkan, hanya dianggap canda dan angin lalu. Sakit jadi aku? Pikir aja sendiri!

Lebih sakit lagi kalau dia pura-pura rindu juga, hanya untuk niatannya. Bisa dibilang bagian dari manipulatif. Mungkin ada yang dia inginkan. Jangan terbang lain kali kalau merasa dirindukan juga. Bisa jadi itu bohongan. Semua manusia pernah menyakiti, apa dia tau udah berapa kali dia menyakiti? Apa dia sadar bahwa menyakiti diri ini juga termasuk hal yang dibenci Tuhan? Ya, ini mencinta tanpa tau akibatnya. Terus mencinta, terus dan terus.

Sebentar merasa lelah, tapi masih dilanjut. Terus cemburu buta, nangis-nangisan lagi. Lelah? Sebentar iya tapi gak tau kenapa masih pengen coba terus. Dilanjut terus tanpa paham resikonya. Padahal lelah disakiti terus, kok rasanya percaya kalau suatu saat nanti dia akan cinta juga? Siapa yang menceritakan dongeng itu?

Mau sampai kapan? Udah mulai pasrah. Dia terlihat bahagia kok, kenapa diri sendiri merasa sulit sekali? Salahnya dimana? Rasanya besar. Sulit mungkin. Tidur juga suka mimpi tentang dirinya. Walau realita dan mimpi berbanding terbalik, itu sedikit menghibur. Mimpi ini terlalu indah, aku ingin terus hidup di dalamnya.

Sialan, realitanya dia tidak menyukai. Harus apa sekarang? Berharap lagi? Sampai kapan?

Lagi-lagi hati ini sulit. Sebelumnya diri ini pernah rasakan hal yang seperti ini. Ini hanya perihal waktu aja. Ayolah, senyum ini harus merekah kembali. Perlahan tapi pasti, aku yakin.

Udah lelah ini itu, dia memang tak pernah menoleh ke arahku. Usaha apalagi? Terasa sangat melelahkan. Akhir-akhir ini pundak terasa semakin berat. Niatnya ingin menjadi teman berbagi, rasanya sulit jika menanggung sendirian.

Mungkin aku bukan tipenya. Tidak masalah. Aku udah terbiasa jatuh cinta sendiri. Sulit untuk menemukan rasa suka yang tulus. Lebih sering dibalut kepalsuan, cinta semu yang ada maunya. Aku baik-baik aja, tenang aja.

Tapi satu hal yang ku tau adalah bahwa setiap kali rasa suka ini menggebu-gebu dan mungkin berada di titik puncak yang sangat berapi-api, tapi selalu ada waktunya nanti menjadi redup dan mati. Begitu pula perasaanku sekarang, udah kadaluarsa.

Tidak ada lagi rasa menggebu-gebu. Rasa ingin tau pun memudar. Tak ingin carimu lagi karna semua hal tentangmu kini kusadar adalah luka. Aku terus melukai diriku. Mau sampai kapan?

Apa kemarin aku jatuh dari tempat tidurku? Kenapa aku bisa sesadar ini? Kemarin kenapa aku bodoh sekali? Perasaan yang dulunya jatuh sejatuh-jatuhnya untukmu kini berubah ogah-ogahan. Sadar ternyata kau tidak begitu spesial. Lagian masih banyak yang lain selain dirimu.

Kini ku sadari bahwa rasa sukaku udah kadaluarsa. Kemarin pun aku menyukai seseorang juga berakhir sama. Sampai aku lelah beneran, saat itu juga merasa bahwa cintaku udah habis mungkin. Rasa sukaku tak lagi menggebu-gebu. Keingintahuan berubah menjadi bodoh amat, peduli apa?

Ternyata benar semua ada waktunya, begitu kata orang biar waktu yang menjawab.

Bagikan Artikel Ini
img-content
Acha Hallatu

Penulis Indonesiana

2 Pengikut

img-content

Lo Memang Harus Pergi

Sabtu, 30 November 2024 09:21 WIB
img-content

Boboknya Jam 10 Ya Sayang

Jumat, 29 November 2024 20:37 WIB

Baca Juga











Artikel Terpopuler











Terkini di Fiksi

img-content
img-content
img-content
Lihat semua

Terpopuler di Fiksi

img-content
img-content
img-content
Lihat semua