Serahkan Semuanya

Selasa, 12 November 2024 14:02 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Serahkan semuanya. Bukan kepada pencuri, bukan kepada perampok, tetapi kepada-Nya.

Pundak ini terasa sangat berat. Harapan, ekspektasi, cita-cita, sosial, semua bertumpuk seperti sak semen di atas pundak kita yang tidak begitu besar. Dipikul setiap hari seakan melatihnya untuk menjadi seperti pundak Dwayne The Rock Johnson. Namun, apakah memang seberat itu? Mengapa hal yang tidak nyata sekalipun bisa membuat kita seperti membawa setengah dunia kita di pundak masing-masing. Aku tahu judul cerita ini terdengar seperti anda sedang dirampok, tetapi tidak seperti itu. Bukan barang-barang berhargamu-lah yang akan diambil, tetapi sesuatu yang tidak tampak itulah yang akan kita ambil.

***

“Kau harus bisa juara satu ya nak!” Seorang anak dengan tas yang penuh akan buku. “Pasti bisa tercapai, saya percaya kepadamu!” Seorang pekerja dengan kantung matanya. Semuanya pasti pernah dihantam oleh meriam seperti itu, padahal itu hanya sebuah kata, harapan, ekspektasi, dan segala macam sinonimnya, lalu kembali lagi ke awal, mengapa pundak anda yang terasa berat? Bagi anak sekolah tadi mungkin dikarenakan tasnya yang berat, tapi apakah benar seperti itu?

Pertama, mari kita coba untuk berpikir, apakah yang sebenarnya bersemayam di pundak kita yang begitu berat? Apakah yang berontak di dalam kepala kita hingga berdenyut-denyut? Benar, itu hanyalah harapan dan ekspektasi itu, hanya sebatas kata-kata. Jadi, mengapa tidak dibuan saja?

Tidak semua orang bisa melakukan hal logis seperti itu. Bagaimana jika aku mengecewakan ibu? Apa yang harus kukatakan kepada bosku jika tidak tercapai? Pikiran itu pasti akan terus menghantui mereka seperti tuyul yang mengejar jatahnya.

Kedua, coba pikirkan seperti ini. Sebenarnya apa sih  yang membuat kita merasa resah dan gelisah sehingga pundak kita pun ikut andil di dalamnya? Benar, ketakutan akan kegagalan, kekurangan dalam persiapan, atau terlalu jarang dalam latihannya. Bagi mereka, tentu saja akan khawatir akan hasilnya karena sadar akan ketidaksiapannya.

Bagaimana dengan sisi yang satunya lagi? Mereka yang sudah siap, sudah banyak latihan, dan sudah mempersiapkan segalanya. Apakah pantas untuk tetap khawatir? Beberapa mungkin iya, wajar kita ini manusia yang memikirkan masa lalu dan masa depan dan meninggalkan waktu yang sedang dia jalani. Kembali ke alasan mengapa kita tidak harus khawatir jika kita sudah menyiapkan semuanya, simpel sekali, karena kita sudah berusaha. 

Seperti yang saya bicarakan sebelumnya, kita terlalu memikirkan masa depan, apa yang akan terjadi, bahkan kita memikirkan apa yang seharusnya dilakukan di masa depan nanti. Gegabah banget bukan? Apakah kita tahu masa depan kita bagaimana? Satu detik ke depan? Tidak,. 

Kita tidak tahu bro, jadi mengapa anda khawatir. Dalam Islam, jika kita sudah ikhtiar, selanjutnya kita harus tawakkal. Tawakkal itu artinya berserah diri. Serahkan diri anda kepada Pencipta anda, serahkan semuanya kepada-Nya. Masa depan bukanlah ranah kita. Lepaskanlah semua yang berat di pundak anda dan serahkanlah kepada-Nya.

Terapkan ini di kehidupan anda sehari-hari, pundak anda akan terasa lebih ringan. Berusahalah sekuat tenaga, setelah itu serahkan semua kepada-Nya. Tidak semuanya harus anda pikul di pundak anda yang kecil.

Bagikan Artikel Ini
img-content
Almanico Islamy Hasibuan

Penulis Indonesiana.

0 Pengikut

img-content

Si Kucing yang Tiba-Tiba Sadar

Selasa, 3 Desember 2024 09:01 WIB
img-content

Serahkan Semuanya

Selasa, 12 November 2024 14:02 WIB

Baca Juga











Artikel Terpopuler