Rem Blong Lagi: Mengapa Horor Kecelakaan Beruntun di Jalan Tol Terulang?

Selasa, 12 November 2024 15:08 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content1
img-content
Iklan
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Senin sore (11/11/2024) di KM 92 Tol Purbaleunyi, kita kembali dihadapkan pada horor tragis: truk bermuatan berat melaju hilang kendali, menerjang hingga ringsek deretan mobil yang bergerak pelan di tengah kemacetan.

Truk yang mengalami rem blong itu menyeruduk hingga menghancurkan sekitar 20 kendaraan, mencederai 27 orang, termasuk anak-anak, dan seorang tewas di tempat. Tabrakan beruntun ini menjadi salah satu dari sekian banyak tragedi serupa yang terus terulang di jalan tol Indonesia.

Ketika mendengar kasus kecelakaan seperti ini, kita bukan hanya mendengar tentang angka korban. Di balik setiap kasus "rem blong", ada individu yang kehilangan keluarga, atau korban yang harus berjuang hidup dengan trauma fisik dan psikis, serta besarnya kerugian materi.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kenyataan tersebut memunculkan satu pertanyaan mendasar: mengapa kecelakaan truk, termasuk bus, dengan rem blong begitu sering terjadi? Dan, mengapa seolah tidak ada perubahan yang signifikan untuk mencegahnya?

Masalah yang Terulang

Kecelakaan truk rem blong bukan hanya hasil dari satu faktor. Di satu sisi, perawatan dan pengecekan rutin truk sering kali kurang optimal. Truk besar yang diandalkan untuk membawa beban berat seharusnya mendapatkan perawatan khusus, mengingat risikonya yang tinggi.

Namun, kenyataan menunjukkan bahwa banyak kendaraan berat di Indonesia yang masih beroperasi dengan kondisi jauh dari layak. Pengemudi sering kali dipaksa mengejar target dan melintasi rute menantang dengan muatan yang bisa mencapai kapasitas maksimum atau bahkan berlebih.

Selain perawatan kendaraan, tata kelola infrastruktur jalan tol juga memainkan peran penting. Di jalan tol dengan rute menurun, sudah seharusnya tersedia jalur darurat khusus yang dirancang untuk truk dengan rem yang gagal berfungsi.

Di beberapa negara, jalur penyelamat seperti itu – yang dikenal sebagai escape ramps – disediakan di titik-titik rawan dan terbukti efektif mencegah kecelakaan fatal. Sayangnya, keberadaan fasilitas ini di Indonesia masih minim. 

Pihak otoritas jalan tol dan pemerintah mungkin menganggap fasilitas tersebut mahal atau tidak esensial. Tetapi, ketika kecelakaan seperti di KM 92 terjadi, kita diingatkan bahwa biaya nyawa jauh lebih besar dibandingkan ongkos membangun infrastruktur keselamatan.

Tanggung Jawab Bersama

Kita sering kali menganggap kecelakaan sebagai nasib buruk atau sekadar risiko perjalanan. Tetapi, ini lebih dari sekadar soal "nasib" atau takdir.

Setiap kecelakaan beruntun akibat rem blong adalah sinyal adanya kegagalan sistemik yang perlu segera diperbaiki. Jika kita terus mengabaikan masalah ini, jalan tol tidak lagi menjadi rute aman yang mempercepat perjalanan, melainkan ancaman yang bisa merenggut nyawa kapan saja.

Di sinilah renungan bagi kita semua, bahwa keselamatan di jalan tol bukan hanya urusan pengemudi atau perusahaan angkutan, tetapi juga kita sebagai masyarakat yang harus mendorong perubahan. Kebijakan yang lebih ketat, inspeksi kendaraan berat yang rutin dan menyeluruh, serta peningkatan infrastruktur adalah langkah yang perlu kita dukung agar kecelakaan serupa tidak menjadi berita rutin di media.

Saat ini, kita hanya bisa berdoa agar tidak ada lagi korban. Tetapi doa saja tidak cukup. Kita butuh aksi nyata, agar truk-truk, termasuk armada bus, yang melintas di jalan tol benar-benar layak dan aman.

Mari, sebagai pengguna jalan, sebagai masyarakat, dan sebagai bangsa, kita tuntut perubahan demi keselamatan bersama. Jajaran otoritas negeri ini memang harus sering digedor dan diteriaki agar terjaga dari kelalaiannya!

 

Bagikan Artikel Ini
img-content
Asep K Nur Zaman

Penulis Indonesiana l Veteran Jurnalis

3 Pengikut

img-content

Terjebak di Lembah YouTube

Kamis, 28 November 2024 16:34 WIB

Baca Juga











Artikel Terpopuler