Waspada! Ancaman Virus Judi dalam Game Online
Rabu, 13 November 2024 14:20 WIBBeberapa studi mengaitkan fitur loot boxes dalam games online sebagai pintu masuk menuju kebiasaan berjudi di masa dewasa. WHO mengaitkan dampak adiksinya pada kesehatan mental.
***
Perkembangan teknologi dan internet telah mengaburkan batas antara game online dan judi online (judol). Meski memiliki perbedaan yang jelas dari sisi tujuan, mekanisme, dan dampaknya, akan tetapi keduanya tetap berbagi karakteristik yang membuat pemain, khususnya anak-anak dan remaja, rentan kecanduan.
Di balik hiburan digital ini, ada persilangan yang membawa dampak psikologis dan finansial yang signifikan. Game online diciptakan dengan tujuan memberi hiburan dan tantangan, memungkinkan pemain mengasah keterampilan, strategi, atau sekadar bersosialisasi dengan teman virtual.
Meski game online terkadang memiliki fitur pembelian dalam aplikasi, seperti item atau senjata, namun tujuan utamanya tetap untuk bermain, bukan mencari keuntungan finansial. Di sisi lain, judol, adalah bentuk taruhan yang dimainkan untuk memenangi uang atau hadiah material, dan peluang menang biasanya lebih menguntungkan pihak penyelenggara atau bandar.
Namun, perkembangan teknologi telah membawa fitur-fitur di game online yang bisa menyerupai taruhan, seperti loot boxes atau gacha, saat pemain membayar untuk mendapatkan hadiah acak. Hal ini membuat beberapa unsur permainan terasa mirip dengan judi, mengingatkan pemain pada godaan sensasi “mencoba peruntungan”.
Tingkatkan Level atau Bertaruh Nasib?
Game online dan judol memiliki perbedaan mendasar dalam mekanisme permainannya. Game online umumnya mengandalkan keterampilan pemain. Kemenangan ditentukan oleh seberapa mahir pemain menguasai permainan, bukan oleh keberuntungan semata atau campur tangan operator.
Sebaliknya, judol hampir sepenuhnya bergantung pada keberuntungan dan probabilitas, serta sistem algoritma yang menguntungkan bandar. Seorang pemain bisa berstrategi semampunya, tetapi pada akhirnya hasil judi tetap acak dan tidak bisa diprediksi.
Meskipun begitu, kedua platform ini sama-sama menggunakan elemen-elemen psikologis, seperti efek suara, tampilan visual, dan hadiah-hadiah, untuk mempertahankan minat pemain. Pemain terus kembali karena tergoda untuk meraih pencapaian tertentu, baik itu level yang lebih tinggi dalam game atau kemenangan finansial yang besar dalam judol.
Kecanduan dan Efek Psikologis
Secara psikologis, game online dan judol sama-sama memanfaatkan apa yang dikenal sebagai intermittent reinforcement atau penguatan berjangka. Hadiah yang muncul secara acak dan tidak terduga ini memicu pusat kenikmatan di otak. Baik di game maupun judol, pemain merasa terus terdorong untuk bermain “sekali lagi” demi meraih kemenangan besar.
Pada anak-anak dan remaja, penguatan berjangka ini bisa berbahaya, terutama jika tidak ada bimbingan orang tua. Anak-anak yang terpapar oleh game dengan loot boxes atau mekanisme pembelian acak, seakan dicuci otak, mereka bisa lebih mudah menganggap “judi sebagai hal yang normal”.
Beberapa studi bahkan mengaitkan loot boxes sebagai pintu masuk menuju kebiasaan berjudi di masa dewasa. Penelitian oleh University of York menemukan bahwa mekanisme loot boxes dalam game dapat meningkatkan perilaku perjudian di kalangan remaja. Mereka mengaitkan elemen penguatan acak dalam game dengan sensasi yang serupa dengan taruhan.
Sementara Australian Gambling Research Centre menyoroti hubungan antara loot boxes dan potensi kecanduan judi. Mereka menyebutkan bahwa beberapa game menggunakan prinsip-prinsip yang sama dengan perjudian untuk mendorong pemain mengeluarkan uang.
Studi lainnya dilakukan Konsil Perjudian Inggris (UK Gambling Commission). Mereka merilis laporan yang memperingatkan bahwa game dengan loot boxes bisa dianggap sebagai bentuk perjudian, terutama jika pemain merasa perlu membeli untuk mendapatkan hadiah acak.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga mengidentifikasi dampak adiksi pada penguatan perilaku berulang yang ada dalam game online. WHO kemudian mengklasifikasikan “gaming disorder” atau kecanduan game sebagai kondisi kesehatan mental, meskipun tidak semua gaming disorder dikaitkan langsung dengan judi.
Loot boxes adalah fitur di beberapa game online yang memungkinkan pemain membeli peti hadiah berisi item acak. Fenomena ini sangat populer, tetapi sering mendapat kritik karena dianggap menyerupai perjudian.
Meskipun hadiah yang didapatkan bukan uang nyata, ketidakpastian dalam loot boxes mirip dengan perjudian: pemain membayar untuk kesempatan mendapatkan sesuatu yang mungkin bernilai tinggi, tapi sering kali hanya berakhir dengan item biasa.
Beberapa negara bahkan mulai menerapkan regulasi pada loot boxes, menganggapnya sebagai bentuk judi terselubung. Meski hanya menawarkan item dalam game, sistem ini dapat membuat pemain terus berbelanja untuk mencari keberuntungan—persis seperti cara kerja judi.
Pengawasan dan Edukasi
Relasi antara game online dan judol semakin memperkuat kebutuhan akan pengawasan dan edukasi, terutama untuk anak-anak dan remaja. Meski game online tampak lebih tidak berbahaya, beberapa elemen di dalamnya bisa memicu pola perilaku yang mirip dengan perjudian.
Memang, baik game online maupun judol memiliki keunikan masing-masing. Tetapi, ketika elemen-elemen perjudian mulai masuk sebagai virus berbahaya dalam dunia game, perbedaan keduanya mulai kabur.
Generasi muda yang tumbuh dengan game online perlu dilindungi dari godaan judi terselubung ini. Langkah praktisnya, menurut kalangan ahli, batasi akses anak-anak terhadap game yang memilliki fitur pembelian dalam aplikasi atau loot boxes. Kemudian, melakulan kampanye yang menekankan pada edukasi sejak dini tentang manajemen uang dan risiko perjudian terselubung dalam game.
Dengan pemahaman yang lebih baik, kita bisa membantu mereka untuk tetap menikmati hiburan digital tanpa terperangkap dalam siklus kecanduan yang merugikan.
Penulis Indonesiana l Veteran Jurnalis
3 Pengikut
Wajah-wajah Lama di Balik Razia PSK
8 jam laluTerjebak di Lembah YouTube
Kamis, 28 November 2024 16:34 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler