Indonesia Juara Piala Dunia 2026, Keniscayaan atau Halusinasi? (1/3)

Rabu, 13 November 2024 14:34 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Tulisan ini berasal dari obrolan kami berdua, saya dengan teman karib saya di warung kopi di sekitar rumah kami.

Kami hanya merupakan dua orang netizen fans Timnas Garuda Indonesia yang tertarik, terbawa eforia persepakbolaan di tanah air. Kami tidak banyak mengerti sepak bola, namun berusaha mengikuti perkembangannya.

Isi tulisan ini boleh diterima ataupun ditolak, mau dikategorikan fantasi juga boleh, kami serahkan kepada para pembaca.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Saat itu dengan tiba-tiba teman karibku nyeletuk setelah minum tegukan kopi pertamanya,

“Bro, bisa-bisa kita juara di pildun 2026 loh?”

Jawabku, “Hah??$@#. . bagaimana ceritanya, ko’ bisa dahsyat begitu? mimpi ngkali?”

“Ayo.. mari kita lihat deh berita-berita bolanya bareng-bareng," kata dia.

Lalu kami melihat-lihat berita di hp masing-masing. Temanku begitu antusias sambil menuliskan beberapa catatan penting di secarik kertas. Dengan percaya diri ia menunjukkan banyak poin ide pikirannya sambil membicarakan persepsinya.  Dan ringkasannya saya coba tuliskan, sebagai berikut;

#1: Terdapat beberapa peristiwa kebetulan-kebetulan yang berarti yang bisa kita temukan, dan lalu kita bersama-sama bisa bangkitkan,  kita upayakan “nada (frekuensi/vibrasi)” dari keinginan kita bersama (seperti contohnya “Kita menang terhadap skuad Jepang, skuad Samurai Biru”).

Peristiwa-peristiwa tersebut, antara lain, seperti, adanya kondisi dunia/bumi saat ini yang menuju kearah negatif, adanya perkataan pelatih Jepang Hajime Moriyasu, adanya perkataan eks pemain Vietnam Nguyen Manh Dung, adanya ingatan kami pada efek Maharishi, adanya kutipan (quotes) penting dari Bung Karno, Albert Einstein, Sun Tzu, dll.

Lalu adanya temuan-temuan riset mutakhir tentang otak, pikiran dan tentang syaraf, tentang partikel atom, tentang efek visualisasi kreatif, dlsbg.  Efek adanya internet membuat ilmu pengetahuan begitu terbuka bagi setiap orang, lintas batas Negara, bangsa, agama, kepercayaan, tradisi, adat-istiadat, tradisi-tradisi kuno sampai sains mutakhir dlsbg.

#2: Baiklah, marilah kita mulai melihat ke sekeliling, adanya kondisi dunia/bumi saat ini yang menuju kearah negatif, adanya dampak perubahan iklim, kemarau panjang, kebakaran hutan, hujan lebat, banjir, longsor, bencana alam, gempa,  dan lain-lain.

Lalu terjadi beberapa peperangan, perag Rusia vs Ukraina, perang di Timur Tengah, Israel vs Palestina/Hisbullah/Iran, keegoisan melawan keegoisan dari beberapa gelintir orang saja, namun akibatnya banyak orang lain yang tidak berdosa menjadi korban. Semuanya berdampak kesengsaraan pada lebih banyak umat manusia. Semuanya menjadikan bumi menjadi tempat yang tidak aman untuk ditempati.

Bagaimana kita bisa mengantisipasi efek perubahan iklim dengan baik, bila perang masih terus terjadi. Tentunya ini jelas yang pertama-tama yang perlu kita usahakan adalah menstop perang yang sedang berkecamuk.  Kita perlu mengkampanyekan perdamaian secara berbeda.

#3: Bisa jadi hal ini dikarenakan dunia terbiarkan  tidak punya motto, semboyan atau kredo yang tepat yang bisa merangkul semua manusia hidup damai berdampingan di muka bumi ini secara bersama-sama. Dan bila direnungkan, hanya inti sari dari motto/ kredo/ filosofi Bhinneka Tunggal Ika-lah satu-satunya yang paling cocok untuk disebarkan, dipromosikan dan diterapkan ke seluruh umat manusia di dunia, yang satu fungsi pertamanya bisa untuk penyadaran, atau pencerahan dan selanjutnya untuk mencegah terjadinya perang di dunia.

#4: Penduduk dunia mirip dengan penduduk Indonesia yang memiliki keberagaman; untuk dunia bisa diperluas sebagai berbagai negara, berbagai bangsa, berbagai agama/kepercayaan, adat istiadat, berbagai bahasa, berbagai wilayah, berbagai etnis, berbagai budaya, berbagai warna kulit, dst.,  tetapi kita semua satu juga sebagai manusia penduduk bumi. Namun saat ini dunia sedang memiliki masalah yang kritikal, dampak perubahan iklim dan terjadinya perang.

#5: Sebagian masyarakat kita ada yang percaya (termasuk kami) bahwa Bhinneka Tunggal Ika adalah warisan dari Para Jiwa/ruh Suci Leluhur Nusantara, termasuk NKRI dengan Politik Luar Negerinya yang bebas aktif, khususnya aktif dalam upaya untuk perdamaian dunia.  Adapun pengertian, pengambilan istilah di atas (Para Jiwa/ruh Suci Leluhur Nusantara/ Indonesia, yang berada di dimensi lebih tinggi), saya turunkan secara bebas dari istilah sembahyang, untuk memudahkan langkah praktik imajinasi bagi kita sebagai Pemain ke 12 skuad Garuda Indonesia.

#6: Singkat cerita bahwa perjuangan skuad Garuda Indonesia dalam menggapai juara Piala Dunia 2026 adalah suatu perjuangan suci, karena mengusung niat perdamaian dunia yang juga diinginkan  oleh Para Jiwa/ruh Suci Leluhur Nusantara/Indonesia yang juga sebagai para perancang NKRI dari dimensi yang lebih tinggi, via Politik Luar Negeri bebas aktifnya.

#7: Saat melihat berita pertama, yaitu pernyataan Pelatih Samurai Biru terkait pemain ke-12 alias suporter di  TVoneNews.com, Minggu, 27 Oktober 2024 - 10:22 WIB,  saat itu, tercetuslah ide untuk mengadakan acara minum kopi bersama teman karib saya di belakang rumah kami, untuk berdiskusi tentang potensi peran atau kontribusi kami/kita sebagai suporter, ringkasnya yang kami focuskan tersebut, di bawah ini,  bahwa:

Pelatih Jepang Hajime Moriyasu mengakui dirinya dan anak asuhnya tidak takut dengan skuad Timnas Indonesia.

Menjelang pertandingan itu, Moriyasu mengatakan yang berpotensi merepotkan para pemainnya adalah sosok pemain ke-12 alias suporter.

“Melihat kualifikasi sebelumnya, ada 60.000 hingga 80.000 orang yang hadir. Ini akan menjadi pertandingan yang sangat sulit," kata Moriyasu dikutip dari Nikkan Sport, Minggu (27/10/2024).

Kami berdua, yang tergugah dan semangat dengan istilah Pemain ke 12,  membicarakan berita tersebut dan beberapa poin di dapatkan  yang antara lain, adalah sebagai berikut:

.1. kata “tidak takut” sesuai sudut pandang ilmu/bahasa pikiran bawah sadar, maka yang akan terjadi pada saatnya nanti justru adalah rasa takut, baik bagi dirinya maupun bagi skuad Samurai Biru-nya. Hal ini menambah rasa PD (percaya diri) kami, untuk dapat berperan serta.

.2. beliau mengakui bahwa sosok Pemain ke-12 alias suporter akan merepotkan dan sangat menyulitkan bagi skuad Samurai Biru. Di sini kami sebagai netizen yang termasuk Fans Timnas Garuda mengklaim diri kami sebagai Pemain Ke-12 skuad Garuda Indonesia, yang  aktif melakukan  do’a / afirmasi (pengiriman energy) dalam meningkatkan level kerepotan dan level kesulitan bagi skuad Samurai Biru, demi kemenangan Skuad Timnas Garuda Indonesia.

Suporter di tempat pertandingan yang langsung menyaksikan laga dan yang menyaksikan laga melalui layar televisi dan layar HP di rumah atau di tempat lainnya, adalah termasuk Pemain Ke-12 (untuk ikut berpartisipasi silahkan netizen mengklaim diri, dengan menyatakan: ”saya sebagai anggota Pemain Ke-12 skuad Garuda Indonesia,  yang bisa membantu mempengaruhi hasil pertandingan, karena sesuai temuan sains mutakhir bahwa semua manusia dan benda di dunia ini saling terhubungkan, khususnya dengan material yang kita focus”.

.3. semboyan /motto Samurai Biru adalah secara garis besar dari bushido, mau kemenangan, mau menundukkan lawan, apakah keberanian, atau kebanggaan,  entah apa yang di usungnya,  kami harus mempelajari tentang bushido, bila dilihat level-nya (keberanian/kebanggaan) di table POWER VS FORCE dari DAVID HAWKINS, Level Energy nya, berada di bawahnya Level Energy skuad Garuda Indonesia yang mengusung perdamaian/kedamaian. Dalam menjalani laga, skuad kita bisa merasa Sangat Luar Biasa Bahagianya, karena mengusung perdamaian dunia dan bisa mendapatkan dukungan energy tambahan dari dimensi yang lebih tinggi, dari Para Jiwa/ruh Suci leluhur Nusantara/Indonesia.

.4. Dan ada “tanda” lain, saat ini Gunung Fuji mengalami adanya telat turun salju, bisa di bayangkan bila ada bola salju yang terbentuk tidaklah besar dan sampai harus membahayakan bagi para pendaki, semoga saja ini disadari skuad Samurai Biru sebagai tanda alam untuk tidak membahayakan skuad Garuda, bahkan bersedia menjadi pendamping skuad Garuda tampil di Piala Dunia 2024 demi perdamaian dunia, seperti halnya dalam satu tim di tanding MotoGP ada yang ditempatkan sebagai calon juara sementara satu pembalap/pendamping/kawannya bertugas menghalang-halangi lawan yang berusaha menyalip untuk menjadi juara.

#9: Saat melihat berita ke dua ini: https://superball.bolasport.com/read/334173746/sebut-negaranya-stagnan-eks-pemain-vietnam-timnas-indonesia-berubah-terlalu-drastis

Eks Pemain Vietnam, Nguyen Manh Dung mengatakan bahwa: “Sebut Negaranya Stagnan”, “Timnas Indonesia Berubah Terlalu Drastis”.

Kami merasakan saat istilah “Berubah Terlalu Drastis” muncul di Layar HP di internet, hati kami merasakan “hmm iya ini salah satu tanda alam juga”…

Kita harus meng”iya”kan, bahwa memang kita Berubah Terlalu Drastis, karena memang harus demikian, keadaan bumi sedang sakit atau sudah kritis, jadi harus ada inisiatif-inisiatif baru yang sifatnya segera. Jadi “Berubah Terlalu Drastis” sudah menjadi suatu irama yang normal bagi skuad Garuda Indonesia karena adanya aspek “politik LN bebas aktif” warisan Para Jiwa/ruh Suci Leluhur Indonesia, aktif dan perduli dengan perdamaian dan kondisi kesehatan bumi. Atau bisa juga hal “Berubah Terlalu Drastis” ini dipersepsi sebagai suatu keajaiban, maka kondisi atmosfir keajaiban akan mengiringi perjalanan skuad Garuda Pancasila Indonesia menuju ke puncak.

#10: Kami Percaya Diri bahwa sebagai netizen/suporter/Pemain ke-12 skuad Garuda Indonesia, baik yang menonton langsung di stadion maupun yang menonton via TV atau HP di rumah masing-masing, dapat berkontribusi demi kemenangan Skuad Timnas di GBK (atau stadion lainnya) terlebih bila focus energy pikirannya berada pada “nada/pikiran” yang diseragamkan pada satu keinginan yang sama.  Kami sepakat bahwa fenomena Efek Maharesi bisa di ATM (Amati, Tiru, Modifikasi) untuk kepentingan kemenangan skuad Garuda Indonesia. 

#11: Apakah yang dimaksud dengan Efek Maharesi itu?  Saya copy & paste saja paragraph dari  buku The Divine Matrix sebagai berikut: “Pada Tahun 1972 (penulis: ini 52 tahun yll., saat ini keilmuan serupa sudah berkembang lebih jauh lagi), 24 kota di Amerika dengan populasi lebih dari 10.000 jiwa mengalami perubahan berarti dalam komunitasnya ketika sekitar 1 % orang (100 orang) berpartisipasi dalam penelitian. Mereka menggunakan teknik meditasi spesifik untuk menciptakan pengalaman batin yang di refleksikan ke lingkungan di sekitar mereka. Ini disebut sebagai Efek Maharesi demi menghormati Maharesi Mahesh Yogi, yang menyatakan bahwa ketika 1% masyarakat mempraktikkan metoda meditasi yang ia ajarkan, akan terjadi pengurangan kekerasan dan kejahatan pada populasi tersebut.

#12: Dan 10 tahun kemudian, antara rentang perang Israel vs Libanon tahun 1982-1983 dilakukan penelitian, ditempatkan orang-orang yang meditasi di area yang di landa perang, ternyata, pada kurun waktu mereka merasakan kedamaian, insiden terorisme, kejahatan terhadap masyarakat, kunjungan UGD, dan kecelakaan lalu lintas seluruhnya berkurang.

#13: Namun dengan hasil riset terakhir di dalam buku Gregg Bradden tersebut, menghasilkan besaran lebih kecil lagi yaitu menjadi “akar 1% populasi”, dan di tuangkan pada Kunci ke 16: Jumlah minimal orang yang dibutuhkan untuk menginisiasi perubahan kesadaran adalah “akar dari 1% populasi”.

Bisa dibayangkan, seandainya di GBK jumlah orang (pemain, pelatih, penonton, para  wasit, petugas keamanan) berjumlah 100 ribu, maka jumlah orang minimal yang di perlukan untuk melakukan meditasi perubahan/penggeser kesadaran bahwa Bhinneka Tunggal Ika perlu di unggulkan tertanam di benak 100 ribu orang tadi, diperlukan minimal orang sebanyak akar dari 1% (dari 100.000)”, sama dengan “akar dari 1000” alias 32 orang, sedikit saja!

Dan apakah sebanyak itu jumlah orang yang harus di focus?

Atau apakah masih di bawah 100 orang saja, bukan 100.000 orang?

Pertanyaan lagi, berapa jumlah netizen Indonesia yang mau menjadi Fans Skuad Garuda dan bersedia mengklaim sebagai Pemain ke 12 skuad Garuda Indonesia?

Tentunya akan jauh lebih banyak dari 32 orang.

Tapi maukah mereka mengambil tindakan?

Kalkulasi ini baru merepresentasikan jumlah minimum yang dibutuhkan untuk melalui prosesnya.  Semakin banyak orang yang terlibat, semakin cepat efek yang tercipta.

Pertanyaan terakhir: aakah skuad Garuda Indonesia dengan pemain ke-12 nya yang terus-menerus aktif, bisa mengantarkan skuad Garuda menjadi Juara Piala Dunia 2026?

Tulisan ke 2, disusun sebagai kiat praktis Pemain ke 12 dalam menghadapi skuad Samura Biru.

Selamat merenung, Wassalam, semilir

Bagikan Artikel Ini

Baca Juga











Artikel Terpopuler











Terpopuler di Olahraga

Lihat semua