Saya seorang arsiparis yang menggemari dunia tulis menulis. Kini sedang asyik menulis sastra jawa.

Kesunyian Bukan Kesepian Bagi Emi Suy

Kamis, 14 November 2024 07:28 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Kesunyian adalah pompa semangat karena bagi perempuan kesunyian berbeda dengan kesepian. Dalam kesunyian seorang perempuan bisa berkontemplasi dan berdialog untuk menemani jiwanya yang ramai.

 
Bagi seorang Perempuan kesunyian adalah teman abadinya karena ia selalu berjalan dengannya. Sisi domestik yang jauh dari keriuhan seolah menjadi jalan takdirnya.
 
Sunyi memang akrab dengan perempuan. Ia akan beraktivitas dengan kesunyian di manapun bidang yang ia geluti. Baik di ranah domestik (ibu rumah tangga) maupun wilayah publik. Meski demikian, sebagai perempuan, ia bisa beraktivitas lebih maksimal bahkan bisa lebih dari satu di waktu yang sama.
 
Kesunyian adalah pompa semangat karena bagi perempuan kesunyian berbeda dengan kesepian. Dalam kesunyian seorang perempuan bisa berkontemplasi dan berdialog untuk menemani jiwanya yang ramai.
 
Emi Suy penyair perempuan yang berhasil menggauli kesunyiannya menjadi larik larik kata yang memukau. Nuansa religi banyak tertangkap dalam bait bait puisinya mungkin karena kesunyian adalah sarana untuk melihat ke dalam jiwanya. Dan memang dalam kesunyian seringkali seseorang akan begitu dekat dengan Sang pencipta. Sebagai penyair, Emi tak bisa lepas dari nuansa kedekatan dengan penciptanya.
 
Di Tengah kesibukan hidup di belantara Jakarta di mana ia harus beradu cepat dengan waktu, Kesunyian telah membawanya untuk menyadari sebagai makhluk tuhan yang butuh untuk sejenak lepas dari belenggu dunia yang menipu ini. Dengan larik-larik yang khusuk ia sajikan dalam Ayat Sunyi, 4;
 
di saat asar begini
sunyi Kembali menggenangi sudut mata
aku bersujud
rinduku padamu basah
membuncah di Panjang sajadah
lalu rindu
kembali berkelana
dalam belantara darah
zikirku pecah
pikirku hampa
 
Buku Ayat Sunyi ini terbagi menjadi dua bagian. Bagian yang pertama memuat sebanyak 34 sajak Ayat Sunyi yang diberinya nomor 1-34. Bagian kedua memuat 27 sajak dengan berbagai tema.
 
Apa yang menjadi garis lurus dalam buku ini adalah kemampuan Emi mengeksplorasi dunianya yang teralienasi dari gegap gempita kehidupan di Jakarta. Berasal dari kota kecil di Jawa Timur, Magetan, Emi sanggup mencuri momen-momen puitik selama menjalani keriuhan kehidupanb di Jakarta.
 
Kehidupan yang jumud dari pagi hingga sore ternyata menimbulkan keresahan. Pagi pergi dan sore mesti Kembali adalah rutinitas biasa bagi penghuni kota besar semacam Jakarta. Bagi penyair seringkali kebiasaan ini memunculkan momen puitik, Emi mengungkapkan dengan bernas sekali dalam tiga larik sajak Senja Melipat Kenangan,
 
Senja melipat kenangan
di balik ingatan paling tenang
Tentang sunyi yang berulang-ulang
 
Puisi di atas sangat melodius untuk dibacakan. Ada nuansa iramanya untuk didengarkan tak berlebihan jika beberapa puisi Emi Suy telah digubah oleh komponis klasik Ananda Sukarlan. Menurut Ananda, puisi-puisi Emi menimbulkan bunyi dengan kata lain puisi Emi itu sangat musikal.
 
Tentunya membaca puisi adalah membaca hati kita sendiri sebagai manusia. Emanasi puisi memberikan kita katarsis untuk lebih menghargai segala kondisi lingkungkan. Apakah kita memilih diam atau dirundung kesunyian terus menerus. Ayat Sunyi mengajak kita menyadari bahwa kita ini sebenarnya mempunyai tanggung jawab sendiri-sendiri.
Ayat Sunyi, 12
 
di bawah hujan
menyusuri Semak hutan
aku tersesat
mencari jalan pulang
sendiri
Selamat menikmati kesunyian Emi Suy.
 
Judul: Ayat Sunyi
Penulis: Emi Suy
Penyunting: Tia Setiadi
Penerbit: BASABASI, 2018
Tebal : 88 hlm
ISBN: 9786025783067

Bagikan Artikel Ini
img-content
Agus Buchori

Seorang arsiparis

0 Pengikut

img-content

Kenapa Pejabat Bersedia Membeli Gelar Akademis?

Rabu, 20 November 2024 15:51 WIB
img-content

Kesunyian Bukan Kesepian Bagi Emi Suy

Kamis, 14 November 2024 07:28 WIB

Baca Juga











Artikel Terpopuler