Falul Dwi Cahya Nugraha adalah mahasiswa Ilmu Politik di salah satu universitas di Indonesia. Tertarik pada dinamika politik Indonesia dan global, ia aktif dalam kegiatan akademik dan organisasi, berambisi berkontribusi dalam kebijakan publik yang inklusif.

Aksi Kekerasan Anggota TNI di Deli Serdang Menggerus Kepercayaan Publik

Kamis, 14 November 2024 14:34 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Peristiwa kekerasan yang dilakukan anggota TNI di Deli Serdang menyebabkan hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap institusi militer. Perlu akuntabilitas dan transparansi dalam tubuh militer, serta perlunya sistem hukum yang memastikan tindakan aparat diawasi secara ketat.

Baru-baru ini, sebuah insiden yang melibatkan 33 anggota TNI menyerang warga terjadi di Deli Serdang, Sumatera Utara. Insiden ini bermula dari masalah pribadi yang berakhir pada tindak kekerasan yang melibatkan aparat militer.

Kasus ini menimbulkan sejumlah pertanyaan mengenai bagaimana aparat keamanan berinteraksi dengan masyarakat dan seberapa jauh mereka bisa bertindak tanpa konsekuensi. Insiden semacam ini penting untuk dibahas dalam konteks akuntabilitas aparat negara. Jika tidak segera diatasi, peristiwa ini dapat merusak kepercayaan publik terhadap institusi militer.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dampak lain adalah menurunnya efektivitas institusi negara dalam menjalankannya, yaitu menjaga keamanan dan formalitas. Oleh karena itu, penting untuk membahas akuntabilitas, transparansi, dan mekanisme hukum yang melibatkan aparatur negara, agar peristiwa serupa tidak berulang dan kepercayaan publik dapat terjaga.

Kasus serangan ini memberikan dampak negatif terhadap citra TNI, yang selama ini dianggap sebagai lembaga yang menjaga stabilitas dan keamanan. Ketika kejadian seperti ini terjadi, citra tersebut terancam karena masyarakat mulai meremehkan kemampuan TNI untuk menjaga perdamaian, yang justru bertindak sebaliknya. Serangan ini tidak hanya mengganggu rekaman sosial tetapi juga menimbulkan rasa takut dan trauma di kalangan masyarakat yang seharusnya dilindungi oleh aparat negara.

Dampak lain yang tak kalah penting adalah terjadinya ketegangan antara masyarakat dan aparat militer. Kepercayaan masyarakat terhadap TNI dapat menurun jika mereka merasa tidak dilindungi oleh institusi yang seharusnya menjadi penjaga keamanan. Kejadian ini mengingatkan kita akan pentingnya perlindungan hak asasi manusia (HAM).

Tindakan kekerasan yang dilakukan oleh anggota TNI tersebut jelas bertentangan dengan prinsip-prinsip HAM, yang mengharuskan setiap individu dilindungi dari perlindungan kekuasaan oleh aparat. Dalam hal ini, hak atas perlindungan diri dan keselamatan merupakan hak dasar setiap warga negara yang harus dijunjung tinggi.

Kasus ini menyoroti pentingnya akuntabilitas dalam institusi militer. Sebagai salah satu lembaga yang memiliki kekuatan untuk bertindak di lapangan, militer harus selalu berada di bawah pengawasan yang ketat agar tidak terjadi persetujuan resmi. Ketika pelanggaran dilakukan oleh anggota TNI, penting untuk memastikan bahwa tindakan pelaku pada proses hukum yang adil dan transparan. Keberlanjutan dan kepercayaan terhadap lembaga ini sangat bergantung pada kemampuan institusi untuk menangani pelanggaran yang dilakukan oleh anggotanya dengan tegas dan adil.

Akuntabilitas juga harus mencakup transparansi dalam proses penyelidikan dan pendengaran. Tidak boleh ada penyembunyian informasi atau penutupan kasus yang dapat merusak kepercayaan masyarakat terhadap TNI dan sistem hukum negara secara keseluruhan. Setiap langkah dalam proses hukum, mulai dari penyelidikan hingga keputusan pengadilan, harus dilakukan secara terbuka agar masyarakat dapat melihat bahwa hukum benar-benar ditegakkan tanpa ada yang dilindungi oleh statusnya sebagai aparat negara.

Selain itu, penting untuk diingat bahwa tindak kekerasan yang dilakukan oleh aparat negara tidak hanya merusak nama baik institusi militer, tetapi juga mengancam fondasi kepercayaan publik terhadap semua lembaga negara yang bertugas melayani rakyat.

Media memiliki peran penting dalam mengungkapkan peristiwa ini ke publik. Sebagai pihak yang mendistribusikan informasi, media berfungsi sebagai kontrol sosial yang dapat memastikan bahwa peristiwa ini tidak dilupakan atau dipinggirkan. Dalam hal ini, media bertugas melaporkan kejadian tersebut secara objektif, tanpa tendensi yang dapat mempengaruhi opini publik secara tidak adil.

Lebih dari sekedar menyampaikan berita, media juga berperan dalam memastikan bahwa proses hukum terhadap anggota TNI yang terlibat dilakukan dengan transparan dan adil. Media dapat mengawasi perkembangan kasus dan melaporkan setiap tahapan proses hukum agar masyarakat mengetahui bahwa pelanggaran ini tidak hanya dilaporkan, tetapi juga ditindaklanjuti.

Dalam kasus ini, peran media menjadi sangat penting untuk menuntut keadilan dan memastikan bahwa aparat tidak bertanggung jawab atas hukum. Selain itu, media juga dapat berperan dalam mengedukasi publik tentang hak-hak mereka serta pentingnya pengawasan terhadap aparat negara.

Kasus serangan yang dilakukan anggota TNI di Deli Serdang menunjukkan bahwa ada urgensi yang mendesak untuk melakukan reformasi dalam institusi militer dan sistem keamanan negara. Reformasi ini harus mencakup peningkatan akuntabilitas, transparansi, serta penegakan hukum yang tegas terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh aparat militer. T

indakan tegas terhadap pelanggaran ini akan menyampaikan pesan yang jelas kepada publik bahwa tidak ada kebal terhadap hukum. Dengan demikian, institusi militer akan dapat memperoleh kembali kepercayaan masyarakat dan berjanji untuk menjaga perdamaian tanpa mencederai hak-hak rakyat.

Akuntabilitas dan transparansi dalam penanganan kasus ini sangat diperlukan agar kejadian serupa tidak berulang dan agar TNI tetap dapat berfungsi dengan baik sebagai alat negara yang profesional dan terpercaya.

Bagikan Artikel Ini
img-content
Falul Dwi Cahya Nugraha

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler