Prediksi TikTok di Tahun 2025 untuk Bisnis
Kamis, 14 November 2024 05:45 WIBTikTok bukan lagi sekadar hiburan; ia telah menjadi lahan subur bagi bisnis untuk tumbuh. Di 2025, platform ini diprediksi akan mendominasi social commerce dengan pendekatan personal dan komunitas yang kuat. Bisnis yang ingin relevan harus siap hadir di panggung ini\x2014tempat cerita dan peluang baru tercipta setiap detik.
***
TikTok adalah fenomena yang tidak mungkin lagi kita abaikan. Bayangkan, sebuah aplikasi yang awalnya dianggap main-main – tempat anak muda berjoget, menari, dan bernyanyi mengikuti musik – kini telah menjelma menjadi panggung besar yang menarik perhatian, tidak hanya bagi pengguna biasa, tetapi juga bagi bisnis besar maupun kecil. Kehadiran TikTok mengubah cara kita menilai media sosial: bukan lagi sekadar untuk bersosialisasi, tetapi juga sarana berbagi pengetahuan, membangun merek, dan bahkan bertransaksi.
Di tahun 2025, apakah posisi TikTok akan semakin kokoh sebagai salah satu kanal bisnis utama di Indonesia? Seiring dengan perkembangan teknologi dan pola perilaku pengguna yang semakin adaptif, kita bisa memproyeksikan peran TikTok yang akan semakin signifikan.
Bukan hanya bagi para pemasar digital, tetapi juga bagi pebisnis kecil yang hendak merangkul pasar lokal. Ini bukan lagi soal apakah TikTok relevan bagi bisnis; pertanyaannya sekarang adalah, sejauh mana TikTok dapat mendorong pertumbuhan dan bagaimana para pelaku usaha dapat memanfaatkan tren ini.
Algoritme AI
Mari kita mulai dengan teknologi yang menjadi tulang punggung TikTok: algoritme berbasis AI yang mempelajari kita, memahami setiap minat, dan bahkan bisa memprediksi apa yang akan kita sukai berikutnya. Algoritme ini pada dasarnya adalah "otak" TikTok yang membuat pengguna terus terhubung dengan konten yang terasa sangat personal.
Diperkirakan, pada 2025, teknologi AI ini akan semakin dipertajam, bukan hanya untuk menyesuaikan konten hiburan, tetapi juga untuk menargetkan iklan yang semakin sesuai dengan selera dan kebutuhan konsumen.
Andrew Ng, seorang pionir di bidang pembelajaran mesin, dalam bukunya Machine Learning Yearning, menyebutkan bahwa AI bukan sekadar alat, tetapi jembatan untuk mengenal manusia lebih baik – melalui data.
Jika AI TikTok menjadi lebih "cerdas" dalam mengenal penggunanya, bayangkan bagaimana pemasar digital bisa memanfaatkannya untuk menjangkau konsumen secara lebih spesifik, bahkan intim. Bisnis di TikTok nantinya tidak sekadar menampilkan iklan; mereka akan hadir sebagai solusi personal bagi setiap individu.
Era Baru Social Commerce yang Interaktif
Beberapa waktu lalu, konsep social commerce mungkin masih asing bagi sebagian dari kita. Namun, sekarang, social commerce justru semakin menguat di TikTok, di mana pengguna tidak hanya menemukan produk, tetapi juga bisa membelinya langsung dalam satu aplikasi. Menurut riset eMarketer, lebih dari 40% pengguna sosial cenderung membeli produk langsung dari platform ini, sebuah angka yang luar biasa jika kita bandingkan dengan media sosial lainnya.
Dengan pendekatan ini, prediksi saya adalah TikTok di tahun 2025 akan memperluas fitur belanja dalam aplikasi, menciptakan pengalaman belanja yang bahkan lebih imersif, khususnya dengan memanfaatkan augmented reality (AR).
Dengan AR, pengguna dapat "mencoba" produk secara virtual, sebuah kemajuan yang akan memberi warna baru bagi pengalaman belanja. Penelitian dari Harvard Business Review menunjukkan bahwa AR meningkatkan keterlibatan konsumen hingga 40%, yang berarti TikTok mungkin akan melihat lonjakan besar dalam angka konversi jika teknologi ini diterapkan.
Komunitas yang Kuat, Influencer yang Berpengaruh
Siapa pun yang pernah berinteraksi dengan komunitas di TikTok pasti tahu bahwa platform ini bukan hanya soal viralitas, tetapi juga soal kedekatan dan koneksi. Influencer di TikTok bukan hanya dianggap sebagai pembawa pesan, mereka adalah teman yang pandai merangkul dan menciptakan ikatan emosional dengan audiens. Bagi bisnis, ini adalah kesempatan emas untuk menciptakan cerita dan membangun hubungan yang lebih dalam dengan pelanggan.
Saya teringat pada penelitian di Journal of Marketing yang menyebutkan bahwa kekuatan komunitas dalam media sosial adalah fondasi kepercayaan konsumen. Di tahun 2025, saya yakin bahwa mikro-influencer dan komunitas niche di TikTok akan semakin kuat. Para pemasar akan menyadari bahwa di TikTok, ukuran pengikut bukan segalanya. Kredibilitas, keaslian, dan interaksi menjadi nilai lebih yang akan lebih dihargai oleh pengguna.
Berjualan di Sekitar Rumah: Hyper-Targeted Ads
Bayangkan jika sebuah bisnis kecil di Yogyakarta dapat menampilkan iklan khusus untuk penduduk di sekitarnya saja, tanpa perlu menembus pasar nasional. Pada 2025, saya melihat TikTok memanfaatkan hyper-targeted ads untuk mendukung bisnis lokal dengan pendekatan yang jauh lebih efektif dan ekonomis. Iklan yang tampil di TikTok bukan lagi sekadar iklan umum, tetapi pesan personal yang relevan dengan budaya dan kebutuhan lokal.
Laporan dari Think with Google menyebutkan bahwa konsumen kini semakin tertarik pada produk-produk yang terasa dekat dan relevan secara geografis. Jika TikTok berhasil menerapkan strategi ini, bisnis di Indonesia, termasuk usaha mikro, akan memiliki kesempatan besar untuk tumbuh dan menemukan konsumen setia di wilayah mereka.
Konten Edukasi yang Makin Disukai
Satu hal yang semakin terasa di TikTok adalah perubahan tren konten dari sekadar hiburan ke arah edukasi. Dengan semakin banyaknya informasi yang bisa kita akses, pengguna pun cenderung mencari konten yang memberi manfaat dan pengetahuan. Mungkin ini efek dari pandemi yang membuat kita lebih sadar akan pentingnya waktu dan informasi.
Data dari GlobalWebIndex mendukung tren ini; lebih dari 60% pengguna media sosial kini mencari konten edukatif. Jadi, bukan hal yang mengejutkan jika pada 2025 konten edukasi akan menjadi tulang punggung bisnis di TikTok.
Para pelaku bisnis akan semakin terpacu untuk memberikan konten yang bukan hanya menjual produk, tetapi juga memberi informasi yang berharga. Tidak sekadar menjual sabun muka, tetapi memberi tips perawatan kulit; tidak sekadar menjual kursus, tetapi berbagi pengetahuan yang bisa langsung diterapkan.
Etika dan Regulasi
Namun, tidak ada perubahan yang datang tanpa tantangan. Saya melihat bahwa tantangan terbesar TikTok di masa depan adalah soal regulasi dan etika. Pemerintah Indonesia telah memperketat aturan terkait iklan di media sosial, terutama dalam hal transparansi dan keamanan data. Ini adalah langkah penting, mengingat semakin banyaknya data pribadi yang dipertukarkan di internet.
Di satu sisi, hal ini mungkin akan memperlambat bisnis di TikTok, tetapi di sisi lain, transparansi akan meningkatkan kepercayaan pengguna. The Jakarta Post pernah mengulas bahwa regulasi yang ketat sebenarnya menjadi pendorong untuk menciptakan ekosistem yang lebih sehat. Dan jika TikTok mampu menavigasi tantangan ini dengan baik, mereka akan semakin solid sebagai platform yang aman dan terpercaya.
Refleksi Akhir
TikTok adalah sebuah misteri yang sekaligus penuh potensi. Di tahun 2025, TikTok mungkin akan menjadi lebih dari sekadar aplikasi; ia akan menjadi ekosistem tempat bisnis, komunitas, dan individu berinteraksi dengan cara-cara yang tak pernah kita bayangkan sebelumnya. Perjalanan TikTok di Indonesia mungkin baru saja dimulai, tetapi setiap perkembangan membawa peluang besar bagi mereka yang siap memanfaatkannya.
Di dunia bisnis, tidak ada yang benar-benar pasti. Namun, dengan melihat tren yang ada dan mendengarkan kebutuhan konsumen, saya berani mengatakan bahwa TikTok memiliki posisi yang sangat strategis di masa depan. Para pelaku usaha di Indonesia yang mampu membaca peluang ini dan memanfaatkan TikTok secara kreatif akan mampu beradaptasi dengan baik, bahkan mungkin menjadi pionir di pasar digital Indonesia.
TikTok adalah panggung besar, dan semua bisnis – besar atau kecil – punya tempat untuk tampil di dalamnya.
Penulis Indonesiana
0 Pengikut
Loner Life In Another World Episode 10: Serbuan Monster Besar
Kamis, 28 November 2024 08:07 WIBKondisi Pemain AC Milan Jelang Lawan Slovan Bratislava: Tiga Pemain Absen
Selasa, 26 November 2024 07:48 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler