Jie Kian Ju - Intel Tionghoa di Masa Awal Kemerdekaan
Kamis, 21 November 2024 13:45 WIBJie Kian Ju adalah seorang intel beretnis Tionghoa yang menyiapkan senjata bagi laskar Republik yang melakukan gerilya di Jawa Timur.
Judul: Jie Kian Ju
Penulis: Hario Kecik
Tahun Terbit: 2015
Penerbit: Abhiseka Dipantara
Tebal: xvi + 241
ISBN: 978-602-18215-5-8
Mungkin banyak dari kita yang tak pernah mendengar nama Jie Kian Ju. Padahal ia mempunyai peran yang sangat penting dalam perang mempertahankan kemerdekaan di Surabaya. Ia berperan besar dalam penyediaan senjata dan aksi-aksi intelejen bagi para pejuang saat Belanda kembali datang ke Surabaya.
Untunglah Hario Kecik mengabadikan peran Jie Kian Ju, walau dalam bentuk novel biografi. Saya yakin bahwa sosok Jie Kian Ju yang dikisahkan dalam novel ini nyata adanya. Penuangan dalam bentuk novel membuat kisah hidup pahlawan Surabaya ini mudah untuk dinikmati. Hario Kecik tidak sekadar menarasikan kehidupan Jie Kian Ju. Ia mengemas kisah Jie Kian Ju menjadi sebuah novel detektif yang kaya dengan trik-trik kegiatan intelejen.
Tak hanya menampilkan sosok Jie Kian Ju dalam fiksi sejarah, Hario Kecik menampilkan foto Jie Kian Ju dalam buku ini. Hario Kecik juga menuliskan pertemuannya dengan Jie Kian Ju di tahun 1991 di rumahnya di Bekasi.
Jie Kian Ju adalah anak dari pasangan intelektual Tiongkok yang tinggal di sebuah desa di Madiun. Pasangan intelektual pendukung Sun Yat Sen ini sengaja ke Hindia Belanda untuk mengetahui sikap masyarakat Tionghoa di Hindia Belanda terhadap gerakan Kemerdekaan Tiongkok yang digelorakan oleh Sun Yat Sen.
Jie Kian Ju lahir di sebuah komunitas petani miskin. Meski tidak pernah mengenyam sekolah formal, Jie mendapatkan pelajaran dari ayah dan ibunya. Jie belajar judi, bahasa dan tulisan Mandarin dan cara berfikir logis layaknya seorang intelektual. Jie juga mendapatkan latihan fisik karena ia tinggal bersama petani miskin. Kemampuannya berjudi, menganalisis dan berpikir logis menjadi bekal utama bagi Jie Kian Ju sebagai seorang agen intelejen.
Jie Kian Ju bergabung dengan satuan Contra Intelegent (CI) yang dipimpin oleh Hario Kecik. Satuan ini bertugas untuk melakukan penyelidikan tentang berbagai hal yang berhubungan dengan rencana kembalinya Belanda ke bekas wilayah jajahannya setelah Jepang menyerah. Pak Mayor (demikian Hario Kecil mengidentifikasi dirinya di novel ini) menugaskan Jie Kian Ju untuk masuk ke Kota Surabaya bersama dengan Iksan. Iksan adalah salah satu ketua regu CI untuk wilayah Surabaya.
Jie Kian Ju diselundupkan ke keluarga Mayor Tionghoa Surabaya yang bernama Shia Hok Chan. Jie Kian Ju menyamar sebagai seorang pemuda Madura yang bisu tuli yang berdagang ayam di sebuah pasar di Surabaya. Jie Kian Ju dipercaya oleh anak dari Mayor Chan untuk mengelola peternakan ayam. Melalui interaksinya dengan anak perempuan Mayor Chan satu-satunya, Jie Kian Ju berhasil menjadi orang kepercayaan Mayor Chan. Bahkan Jie Kian Ju menjadi menantu dari Sang Mayor.
Jie Kian Ju berhasil meyakinkan Mayor Chan untuk berani bernegosiasi dengan Tentara Inggris yang segera akan meninggalkan Surabaya. Jie Kian Ju bersama Mayor Chan berhasil membeli senjata dari Tentara Inggris. Senjata inilah yang kemudian digunakan oleh Corp Mahasiswa Djawa Timur (CMDT) dalam bergerilya di kawasan Gunung Kawi menghadapi Belanda. Jie Kian Ju tidak hanya berjuang melalui pengadaan senjata, ia juga ikut bergrilya di Kota Malang sebagai bagian dari tim intelejen Pak Mayor (Hario Kecik).
Melalui novel biografi Jie Kian Ju, Hario Kecik menunjukkan bahwa ada peran orang-orang Tionghoa di Surabaya dalam mempertahankan kemerdekaan. Dalam novel ini, selain dari Jie Kian Ju dan Mayor Chan, ada juga tokoh bernama Bun Swie yang menjadi salah satu agen Republik. Kelompok Tionghoa pendukung Republik ini nyata.
Di bagian penutup novel ini, Hario Kecik memberikan analisisnya terhadap golongan Tionghoa di Indonesia. Ia menyampaikan bahwa simbiosis antara orang Tionghoa dengan pribumi mempunyai peran penting dalam mempertahankan Kemerdekaan Indonesia, khususnya di Surabaya. Ia juga menyinggung kecerobohan Bung Tomo saat mengobarkan anti cina melalui agitasi radio. Memang ada orang-orang Tionghoa yang berafiliasi dengan Jepang di Surabaya. Namun ada juga golongan Tionghoa yang pro Republik. Dalam agitasi tersebut, posisi golongan Tionghoa disamaratakan sebagai pihak yang menentang Republik. 880
Penulis Indonesiana
0 Pengikut
Mellow Yellow Drama - Tragedi Remaja Tionghoa yang Ingin Menjadi Indonesia Sepenuhnya
Minggu, 24 November 2024 19:05 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler