Politik Cawe-cawe Anies di Pilgub Jakarta

Sabtu, 23 November 2024 17:36 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content3
img-content
Iklan
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Anies Baswedan masih memiliki basis massa yang cukup signifikan di Jakarta. Tapi cawe-cawe dia untuk Pramono-Rano bukan tanpa risiko.

***

Istilah cawe-cawe bukan hal yang jarang terdengar bagi sebagian publik saat ini. Istilah ini menjadi populer ketika Jokowi menyatakan akan melakukan cawe-cawe pada Pemilu 2024 Februari lalu. Cawe-cawe diartikan sebagai upaya dari tokoh-tokoh politik untuk terlibat aktif dalam dinamika politik.

Kontestasi Pilgub Jakarta memunculkan sosok Anies Baswedan yang menjadi sorotan publik. Meski Anies tidak mencalonkan diri secara langsung sebagai calon gubernur Jakarta, langkah-langkah politik yang diambil Anies terlihat membawa dampak bagi legitimasi politiknya. Efek ini tidak hanya bisa dilihat di tingkat lokal saja akan tetapi sampai pada tingkat nasional.

Anies yang merupakan mantan Gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022 sekaligus mantan Calon Presiden pada Pilpres 2024 lalu, ternyata masih memiliki basis massa yang cukup signifikan di Jakarta. Meski Anies tidak terlibat pertarungan secara langsung, Anies masih memiliki pengaruh terhadap dinamika Pilgub Jakarta.

Cawe-cawe Anies ini tidak hanya tentang bagaimana pengaruhnya terhadap hasil Pilgub Jakarta, akan tetapi hal ini juga dijadikan untuk memastikan posisinya relevan pada panggung politik nasional.

Cagub Jabar hingga Jatim ‘sowan’ ke Anies

Magnet Anies di Pilgub Jakarta ternyata tidak hanya menarik perhatian para cagub yang berlaga di Jakarta saja. Tokoh-tokoh dari daerah lain sebagai peserta kontestasi pilkada juga mencoba untuk mendapatkan pengaruh dari cawe-cawe Anies sebagai strategi untuk mendapatkan suara. Hal ini bisa dilihat ketika Cagub dan Cawagub Jawa Barat (Jabar) Ahmad Syaikhu-Ilham Habibie beserta Cagub dan Cawagub Jawa Timur (Jatim) Luluk Nur Hamidah-Lukmanul Khakim datang menemui Anies di kediamannya Jakarta.

Kehadiran Cagub dan Cawagub Jabar dan Jatim yang sowan ke Anies ini menunjukkan bahwa pengaruh politik Anies yang semakin meluas. Dukungan Anies terhadap cagub dan cawagub ini diindikasikan sebagai upaya untuk membangun dan memperkuat jaringan politik yang strategis.

Jabar dan Jatim merupakan wilayah dengan jumlah pemilih terbesar di Indonesia yang berperan penting dalam menentukan peta politik nasional. Pada Pilpres 2024 lalu Anies mendapatkan 9.099.674 suara atau 31,7% di Jabar dan 4.492.652 suara atau 17,52% di Jatim. Hasil ini tentu saja akan dimanfaatkan oleh para cagub untuk memperoleh suara pada pilgub dengan merebut basis suara Anies pada Pilpres 2024 lalu.

Sowan Cagub Jabar dan Jatim dengan Anies ini dapat dimaknai sebagai cara untuk membangun sinergi politik. Hal ini memperkuat bahwa cawe-cawe yang dilakukan Anies tidak hanya di Pilgub Jakarta saja, akan tetapi cawe-cawe yang dilakukan ini memanfaatkan momentum untuk memperkuat legitimasi politiknya di daerah lain.

Pertemuan tersebut diartikan sebagai pemberian dukungan dan restu dari Anies kepada Cagub Jabar dan Jatim yang memiliki pengaruh besar terhadap basis pemilih di kedua provinsi tersebut.

Cawe-cawe Anies untuk Pramono-Rano

Dalam beberapa kesempatan yang diunggah melalui media sosial, Anies terlihat beberapa kali bertemu dengan Cagub Jakarta Pramono Anung-Rano Karno. Hal ini dapat dilihat sebagai sinyal bahwa Anies mendukung dan memberikan restu kepada Pramono-Rano di Pilgub Jakarta. Cawe-cawe Anies dalam mendukung Pramono-Rano diperkuat dengan kehadirannya pada Apel Siaga Warga Kota di Lapangan Blok S, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis (21/11/2024) yang secara resmi mendeklarasikan mendukung Pramono-Rano pada Pilgub Jakarta.

Deklarasi Anies ini menjadi manifestasi nyata cawe-cawe politik Anies yang tidak hanya memiliki dampak dalam konstelasi lokal, akan tetapi juga membawa implikasi nasional. Dukungan yang diberikan Anies kepada Pramono tidak hanya tindakan politik biasa, tetapi langkah Anies yang mencerminkan strategi jangka panjang.

Selama menjabat Gubernur DKI Jakarta, terdapat beberapa kebijakan Anies yang dinilai pro rakyat dan program-program pembangunan yang menjadi legacy Anies seperti Kartu Jakarta Pintar (KJP), transportasi JakLingko, pembangunan rusun, sumur resapan, sampai Jakarta International Stadium. Anies berupaya memastikan bahwa pemimpin Jakarta berikutnya adalah figur yang bisa melanjutkan program-program yang telah ia jalankan sebelumnya.

Dukungan kepada Pramono ini merupakan cara Anies untuk mempertegas visinya terhadap Jakarta sebagai kota inklusif dan berbasis pembangunan berkelanjutan. Latar belakang Pramono yang berfokus pada isu-isu sosial, diyakini dapat membawa kesinambungan dan keberlanjutan pembangunan yang menjadi fokus Anies seperti sektor pendidikan, kesehatan, transportasi, dan pengentasan kemiskinan. Kehadiran Pramono menjadi harapan untuk menjangkau kalangan anak muda dan kelas menengah yang sebelumnya menjadi segmen kekuatan politik Anies.

Cawe-cawe Anies untuk Pramono-Rano bukan tanpa risiko, di tengah persaingan politik yang sangat ketat Anies menghadapi tantangan untuk memastikan Pramono-Rano dapat memenangkan Pilgub Jakarta. Mengingat Jakarta sering mengalami polarisasi politik, kesenjangan di kalangan pemilih dapat muncul dan berpotensi mempengaruhi legitimasi Anies apabila Pramono-Rano tidak bisa memenuhi ekspektasi publik.

Tantangan lain yang dihadapi Anies adalah adanya upaya kandidat lain yaitu Ridwan Kamil-Suswono bahkan Dharma-Kun untuk merebut simpati publik. Persaingan dengan Ridwan Kamil-Suswono yang diusung koalisi besar bahkan didukung oleh kekuatan Prabowo dan Jokowi atau calon independen Dharma-Kun berdampak pada situasi dinamika politik Jakarta yang tidak dapat diprediksi. Akan tetapi, pengalaman politik dan kemampuan untuk membangun koalisi yang solid tetap diupayakan Anies untuk mendukung Pramono-Rano sebagai caranya memperkuat aliansi politik di Jakarta.

Melihat ‘taji’ legitimasi Anies

David Beetham dalam bukunya The Legitimation of Power mendefinisikan legitimasi sebagai dasar kekuasaan yang mendapat pengakuan masyarakat secara sah, baik berdasarkan norma yang berlaku, kepatuhan masyarakat, ataupun ekspresi dukungan secara simbolik.

Cawe-cawe yang dilakukan Anies dalam Pilgub Jakarta merupakan langkah untuk mempengaruhi dinamika di tingkat lokal. Selama ini langkah Anies dalam memainkan peran politiknya dilakukan secara terbuka dan tidak melanggar hukum atau peraturan formal yang berlaku. Anies berperan sebagai figur yang memberikan dukungan kepada Pramono-Rano karena persamaan visi dan misi.

Legitimasi Anies diperkuat melalui kebijakan-kebijakan yang telah dibuat selama menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta, seperti KJP, transportasi JakLingko, ataupun pembangunan infrastruktur sebagai program populer dan dianggap pro rakyat. Anies mencoba memastikan bahwa pasangan yang didukung olehnya mampu melanjutkan kebijakannya sehingga terlihat sesuai dengan kepentingan publik.

Sebagaimana dikemukakan oleh David Bourchier dan Vedi R. Hadiz dalam Indonesian Politics and Society: A Reader bahwa warisan-warisan kebijakan dapat memperkuat narasi pemimpin yang peduli terhadap apa yang dibutuhkan rakyat, yang sering kali diidentifikasi sebagai elemen populis pada konteks Indonesia. Kebijakan populis ini sering kali dimanfaatkan untuk membangun legitimasi. Dukungan Anies kepada Pramono ini merupakan cara untuk memperkuat citranya sebagai pemimpin yang dekat dengan rakyat serta sesuai dengan panggung politik nasional.

Pengaruh Anies selain di Pilgub Jakarta juga dapat dilihat di Pilgub Jabar dan Jatim yang menunjukkan bahwa dukungan berbasis kebijakan populis dapat diperluas ke wilayah yang cakupannya lebih besar. Para cagub merasa bahwa restu Anies dapat mendekatkan mereka dengan basis pemilih Anies sebelumnya.

Kehadiran Anies pada Apel Siaga Warga Kota sekaligus deklarasi mendukung Pramono-Rano merupakan bentuk simbolis dari cawe-cawe Anies di Pilgub Jakarta. Tindakan ini tidak hanya dimaknai sebagai dukungan politik untuk memenangkan Pilgub Jakarta, akan tetapi upaya ini memperkuat narasi bahwa Anies merupakan aktor penting dalam percaturan politik baik pada tingkat lokal atau nasional. Kehadiran Anies merupakan ‘sinyal’ bagi pendukung, lawan politik, atau pengamat yang menegaskan bahwa Anies masih memiliki pengaruh besar dalam dinamika politik Jakarta.

Tindakan cawe-cawe Anies menegaskan bahwa legitimasi yang dimiliki Anies masih eksis dan justru menguat yang dapat mengarahkan opini publik dan memobilisasi basis dukungannya serta memperkuat posisinya sebagai salah satu figur dalam politik Indonesia. Lebih jauh, langkah Anies dapat dibaca sebagai strategi jangka panjang untuk mempertahankan legitimasi dan daya tarik politiknya di luar masa jabatannya sebagai gubernur maupun kandidat presiden.

Dengan mendukung Pramono-Rano yang dianggap bisa meneruskan visi dan misinya untuk Jakarta, Anies berupaya menciptakan kepemimpinan dan masa depan Jakarta yang berkesinambungan. Hal tersebut mempertegas bahwa Anies memiliki relevansi politik untuk membangun Jakarta dan berperan sebagai aktor yang mampu memberikan legitimasi pada tokoh lain melalui cawe-cawe yang ia berikan.

 

Bagikan Artikel Ini
img-content
Muhammad Rafi Fadilah

Mahasiswa Magister Politik dan Pemerintahan UGM

2 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler