Sensasi Fisik, Psikis, dan Spiritual kala Mandi Air Hujan
Senin, 25 November 2024 09:39 WIBSaat tubuh diguyur air hujan deras, sirkulasi darah meningkat, otot lebih rileks, tingkat stres menurun, dan tidur tidak gundah.
***
Saya punya tetangga yang sering membuat jalanan depan rumah menjadi riang jenaka setiap kali hujan turun dengan lebat. Ia suka mengajak anak-anaknya dan tetangga bermain hujan-hujanan.
Di antara mereka, ada yang sambil bermain bola, lari-lari kecil ditingkahi gelak tawa, dan sekadar terduduk bersila atau selonjoran kaki di bawah guyuran, menikmati air yang langsung jatuh dari langit.
Saya suka mengintip ulah mereka dari balik jendela, merasa terhibur oleh keceriaan yang begitu sederhana dengan tubuh cuma berbalus kaos tipis atau malah bertelanjang dada. Ingin rasanya ikut serta, tapi apa manfaatnya?
Mencoba untuk Pemulihan
Suatu sore, terdorong oleh selentingan mitos, saya pun memutuskan mengekor apa yang mereka lakukan. Bukan cuma bagi diri saya, terutama untuk si bujang yang dalam masa pemulihan dari sakit. Selama berminggu-minggu, tubuh anak laki-laki saya itu lemah, wajahnya murung, dan tidurnya gelisah.
Sore itu, hujan turun seperti undangan—murni, segar, dan penuh harapan. Saya mengajaknya ke jalanan, tempat tetangga saya dan anak-anak mereka biasa bermain. Di bawah guyuran hujan, kami melakukan gerakan sederhana: senam kecil, latihan pernapasan, bahkan berlari-lari pelan.
Suasana terasa hangat meski hujan dingin menyentuh kulit kami. Dalam seperempat jam, tubuh kami sudah cukup basah, dan kami memutuskan untuk mengakhiri sesi kecil ini dengan mandi air hangat di rumah.
Hasilnya mengejutkan. Badan terasa segar, pikiran lebih ringan, dan yang paling membahagiakan, malam itu anak saya bisa tidur dengan pulas. Momen sederhana ini mengajarkan saya bahwa kasih sayang atau rahmat Tuhan bisa hadir dalam bentuk yang tak terduga.
Manfaat Fisik dan Psikologis
Dalam tradisi, manfaat, hingga pandangan spiritual, mandi air hujan ternyata memiliki makna yang lebih dalam dari sekadar kesan "main-main".
Berdasarkan penelusuran, secara ilmiah air hujan adalah salah satu media alami yang membawa manfaat luar biasa. Tetesannya yang dingin merangsang ujung-ujung saraf di kulit, memberikan sensasi tonik yang menyegarkan tubuh.
Saat tubuh terkena hujan, sirkulasi darah meningkat. Hal ini membuat otot lebih rileks dan menurunkan tingkat stres.
Tidak hanya itu, hujan membawa ion negatif yang secara alami membantu menyeimbangkan energi dalam tubuh. Ion ini ditemukan melimpah di alam, terutama di dekat air terjun, pantai, dan ya—air hujan. Mereka meningkatkan mood, meredakan kecemasan, dan bahkan membantu memperbaiki pola tidur.
Namun, manfaat ini tidak datang tanpa kehati-hatian. Di era modern, hujan di wilayah urban bisa mengandung polusi. Oleh karena itu, mandi hujan sebaiknya dilakukan di awal musim atau di tempat yang jauh dari polusi kendaraan dan pabrik. Hati-hati juga memilih tempat terbuka, agar tidak menjadi sasaran petir.
Sedangkan secara spiritualitas, seperti dalam Islam, air hujan memiliki kedudukan khusus sebagai salah satu bentuk rahmat Allah SWT. Al-Qur'an menyebutnya sebagai ma’an thahura (air yang menyucikan) dan simbol kehidupan yang menghidupkan kembali bumi yang kering.
Hadis Nabi Muhammad SAW juga menunjukkan penghormatan terhadap hujan. Beliau pernah membuka sebagian pakaiannya agar air hujan menyentuh tubuhnya langsung, seraya berkata, "Air ini baru saja berada dekat dengan Tuhannya." Tradisi ini mencerminkan keyakinan bahwa hujan membawa berkah Ilahi yang bisa dirasakan secara langsung.
Dalam perspektif tasawuf, hujan sering dianggap sebagai simbol kasih sayang Allah yang turun untuk menyentuh hati manusia. Setiap tetesnya mengingatkan bahwa manusia, seperti bumi, juga membutuhkan "hujan spiritual" untuk menyuburkan jiwa yang kering oleh dosa dan kealpaan.
Antara Berkah dan Ujian
Namun, tidak dapat disangkal bahwa hujan juga membawa ironi. Di satu sisi, ia memberikan kehidupan; di sisi lain, ia bisa membawa bencana.
Ketika hujan diterima dengan rasa syukur. Seperti bagi anak-anak, mandi di bawah hujan bukan sekadar kegiatan fisik, tetapi juga momen perayaan. Tidak ada kekhawatiran tentang basah atau kedinginan; hanya tawa yang bercampur dengan aroma khas tanah basah yang menguar dari bumi.
Di kota modern, mandi hujan bisa jadi dianggap kuno, bahkan berbahaya karena risiko tekena demam, masuk angin, dan polusi. Namun, di tengah hiruk-pikuk dan bangunan yang menjulang, ada momen ketika orang melangkah keluar, membuka tangan, dan membiarkan hujan membasuh tubuh mereka. Ini sebuah pengingat bahwa kesederhanaan masih memiliki tempat di dunia yang serba rumit ini.
Namun, tidak semua memori tentang mandi hujan selalu indah. Ada generasi yang mengenang hujan sebagai momen perjuangan. Para petani, misalnya, merasakan hujan sebagai berkah sekaligus ujian.
Hujan dapat membawa panen yang melimpah, tetapi juga risiko banjir yang menghancurkan sawah dan ladang mereka. Kontras inilah yang menjadikan hujan begitu bermakna dalam kehidupan manusia.
Kota-kota besar sering kali berhadapan dengan banjir yang diakibatkan oleh hujan deras. Ironisnya, masalah ini sering kali bukan semata karena hujan, tetapi akibat ulah manusia—penggundulan hutan, pembangunan liar di daerah resapan air, dan pengelolaan lingkungan yang buruk.
Hujan, dalam konteks ini, menjadi cerminan dari bagaimana manusia memperlakukan alam. Ketika manusia menghormati alam, hujan akan menjadi rahmat. Sebaliknya, jika alam dilupakan atau dirusak, hujan bisa menjadi pengingat keras akan tanggung jawab yang diabaikan.
Sebagai refleksi, mandi air hujan bisa dimaknai pengalaman sederhana namun penuh keajaiban. Setiap tetesnya yang jatuh dari langit langsung ke tubuh kita seakan membawa sensasi: kesejukan, kebahagiaan, dan kenangan yang tak terlupakan.
Jadi, ketika hujan berikutnya turun, jangan ragu untuk melangkah keluar. Biarkan air langit membasuh tubuh, memberikan kesejukan pada raga dan jiwa atau psikis Anda.
Penulis Indonesiana l Veteran Jurnalis
3 Pengikut
Terjebak di Lembah YouTube
3 hari laluBaca Juga
Artikel Terpopuler