Ketika Kilau Fatamorgana

Jumat, 29 November 2024 20:35 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
img-content
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Siapa kejahatan. Ketika kau ingin menjadi bunga tercantik di antara kesucian dua Mawar Putih di kebun milikmu?

Cinta saja tidak cukup bagimu. Kasih sayang pergi menuju surgawi. Ada rentan di jiwa, mungkin, terpuruk pada sudut sunyi. 

Stigma, melekat, detik dini waktu. Siapa merebut cinta ketika musim bunga tak lagi hadir di hari-hari berlari. Puisi tak menulis apapun, tentang cantiknya senandung pernah membuai semua mimpi waktu terlena. Curtain call, mengenang berjuta tepuk tangan mengangkasa riuh menggema, berdendang.

Siapa kejahatan. Ketika kau ingin menjadi bunga tercantik di antara kesucian dua Mawar Putih di kebun milikmu? 

Apakah kesadaran jiwa membawamu ke ruang pekat itu? Apakah kisah telah dititipkan malaikat semesta kepada waktu. Memberimu kabar, tentang kehati-hatian, mengisyaratkan tandatanda hidupmu 'kan terperangkap kekejian dalam samar pewarna kristal?

Ruh di badan tak menjadi jiwa iramairama simfoni, mazmur tentang panorama cinta membawamu kembali kepada entah. Kau tetap dinanti dua Mawar Putih, telah kau lahirkan.

Kesedihan. Menjaga dua Mawar Putih memberi kekuatan. Menyadari peristiwa kini 'kan tertulis dimanapun. 

Kepergian, membuatmu terpisah dari dua Mawar Putih. Mimpi tak kau kehendaki. Kembali terulang, setelah lampau dalam peristiwa sama. 

Menangiskah irama-irama tertulis, manuskrip notasi-notasi, mengetahui, kau, kembali terperosok di lembah sunyi hitam pekat. Kau, buat sendiri, kekasih … Berjuta netra terkesima memandangmu, mereka menyesali cintanya kembali terpuruk ...

Penyesalan … Kata kliseisme itu hadir, selalu, setelah peristiwa. Adakah penyesalan itu kini? Pada sunyimu sesungguhnya. 

Dua Mawar Putih, kehilangan pangkuanmu, untuk sementara waktu. Tak pernah cukup bagimu untuk memeluk dua Mawar Putih, dulu, sekalipun kini.

Sesalkah ada pada makna hari-hari milikmu. Membersit tersirat. Stigma menajam perih. Bilah luka lama kembali tersayat. Airmata, enggan menetes. Doa dua Mawar Putih, senantiasa untukmu …

Waktu, tak mau menyetip dirimu, sekalipun sedikit saja, di kurva horizon, adaptif segaris imajiner di pelupuk syahdu kaki langit. Membuat satu tak bisa lepas. Kau, tak bisa lepas dari jeratan itu … 

Kini, dulu, hingga entah … Urinemu pilihanmu.

Semoga kau segera pulih. Dua Mawar Putih tercantikmu menuggu kepulanganmu. Berharap kau masih mau melantunkan puisi kisah-kisah melodi dalam deret notasi lagu rindu …

Dua Mawar Putih, ingin kau pangku seperti dulu lagi. Kisah telah menjadi realitas. Pengampunan menunggu waktu putusan peradilan. Cepatlah pulang …

Indonesia. Tidak boleh pengecut. Wajib berani. Tetap teguh, membasmi mafia bandar narkoba. Dari hulu hingga ke hilir. Di rudal saja. Hajar! Siapapun bekingannya. 

Indonesia. Wajib tetap teguh pula, merehabilitasi memberi penyembuhan korbankorban narkoba dari hulu ke hilir, sebagaimana seharusnya, tanpa pandang bulu. Menjaga garis terdepan generasi. 

Salam Indonesia Bebas Narkoba Negeri Para Sahabat.

***

Jakarta Indonesiana, November 29, 2024.
Salam NKRI Pancasila. Banyak kebaikan setiap hari.

Bagikan Artikel Ini
img-content
Taufan S. Chandranegara

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler