Gemar berbagi melalui ragam teks fiksi dan nonfiksi.

Percobaan Mengendalikan Pikiran dengan Tes Gajah Merah Muda

Sabtu, 30 November 2024 12:04 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Katakan kepada seorang pria bahwa dia tidak boleh memikirkan Gajah merah muda dan dia tidak bisa menyingkirkan binatang itu dari pikirannya. Hal tersebut menggambarkan betapa sulitnya kina menekan pikiran masing-masing.

***

"Jangan pikirkan gajah merah muda" merupakan contoh klasik betapa sulitnya menghindari visualisasi dengan sengaja. Penelitian menunjukkan bahwa banyak dari Anda, setelah membaca tentang Gajah merah muda, mungkin pernah membayangkan melihat Gajah merah muda.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Namun, beberapa orang, seperti kita, mengalami afantasia. Kita tidak dapat membayangkannya. Maka kadang kita suka bingung dengan gagasan bahwa orang lain dapat membayangkan melihat sesuatu yang tidak ada di sana.

Dalam sebuah penelitian baru, sebuah tim menemukan bukti bahwa masalah Gajah merah muda tidak bersifat universal. Beberapa orang-termasuk penderita afantasia-dapat memblokir pikiran visual yang tidak disengaja dari pikiran mereka.

Apa itu Afantasia?

Orang dengan Afantasia tidak dapat membayangkan melihat sesuatu di mata pikiran kita. Jadi, jika Anda meminta seseorang untuk tidak memikirkan Gajah merah muda, ia tidak akan membayangkannya. Ini disebabka, orang tersebut memang tidak bisa membayangkannya.

Ketika orang pertama kali mengetahui bahwa mereka menderita Afantasia, mereka sering kali merasa kesal, karena mereka menyadari bahwa orang lain dapat melakukan hal-hal yang tidak dapat mereka lakukan. Mungkin menyenangkan membayangkan melihat karakter yang digambarkan dalam sebuah buku, misalnya, atau memvisualisasikan orang yang dicintai yang tidak ada. Namun, kekurangan sering kali diimbangi dengan manfaat.

Ada dugaan bahwa penderita Afantasia atau aphantasics mungkin memiliki resistensi yang tinggi terhadap pikiran-pikiran yang mengganggu yang tidak disengaja. Cara lain untuk melihatnya adalah bahwa aphantasics adalah salah satu bagian dari keanekaragaman alamiah pikiran manusia, dengan setiap orang memiliki kemampuan yang berbeda dalam membayangkan.

Aphantasics tidak memiliki kapasitas, kebanyakan orang akan memiliki kemampuan rata-rata. Sejumlah kecil orang akan memiliki kemampuan yang sangat kuat untuk memvisualisasikan.

Imajinasi mental yang jelas dan visualisasi yang tidak disengaja

Dalam penelitian baru, tampak hubungan antara intensitas imajinasi visual seseorang dan kecenderungan mereka untuk membayangkan, bahkan ketika mereka mencoba untuk tidak membayangkannya. Orang dengan imajinasi visual yang jelas lebih cenderung memiliki visualisasi yang tidak disengaja.

Prediksi tim dengan mengukur aktivitas otak. Beberapa orang mungkin senang bisa membayangkan melihat pemandangan yang mendetail kapan pun mereka mau. Namun, hal ini tampaknya harus dibayar dengan ketidakmampuan untuk mematikan pengalaman-pengalaman tersebut. Kebanyakan orang memiliki imajinasi yang kurang hidup, tetapi mereka tampaknya lebih mampu menekan pikiran-pikiran tersebut.

Apakah orang yang Afantis memiliki pikiran yang damai?

Orang yang apatis tidak mungkin memiliki visualisasi yang tidak disengaja. Apakah itu berarti mereka memiliki pikiran yang damai? Dalam penelitian kami, orang-orang yang melaporkan memiliki pembayangan yang lemah cenderung tidak membayangkan melihat hal-hal yang mereka coba untuk tidak pikirkan.

Mereka lebih cenderung melaporkan pengembaraan pikiran. Jika ini menggambarkan aphantasika, alih-alih membayangkan hal-hal yang tidak boleh dipikirkan, kita mungkin mengalihkan pikiran kita ke pikiran-pikiran lain, seperti apa yang akan kita makan malam.

Jadi, kita tidak akan memiliki pikiran yang lebih damai, hanya perlawanan untuk memikirkan hal-hal yang kita coba singkirkan dari pikiran. Jika para aphantasics tidak memvisualisasikan, apakah mereka memiliki lamunan?

Mengutip dari laman medicalxpress.com, berdasarkan pengalaman,  dapat dikonfirmasi setidaknya beberapa orang aphantas memiliki pikiran yang mengembara. Namun, ketika pikiran kami mengembara, tak satu pun dari kami yang membayangkan melihat sesuatu.

Apakah aphantasics tahan terhadap trauma akibat peristiwa yang dihidupkan kembali? Jawabannya: mungkin.

Meskipun bukti yang ditemukan oleh tim peneliti menunjukkan bahwa aphantasics resisten terhadap visualisasi yang tidak disengaja, penelitian lebih lanjut akan diperlukan untuk mengetahui apakah kita resisten terhadap menghidupkan kembali trauma, atau apakah ini hanya akan memicu berbagai jenis pengalaman yang dibayangkan.

Jika Anda mengatakan kepada orang-orang bahwa mereka tidak boleh memikirkan Gajah merah muda, sebagian dari kita akan dengan senang hati menyingkirkan hewan itu dari pikiran kita. Lalu, mengalihkan pikiran kita ke hal-hal lain. ***

Bagikan Artikel Ini

Baca Juga











Artikel Terpopuler