x

Seorang peneliti badai (storm chaser) mengabadikan kejadian badai besar bertonado (31/5). 13 orang termasuk tiga orang ilmuwan peneliti badai tewas saat badai tornado di Oklahoma Jumat lalu. REUTERS/Gene Blevins

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Dari Sains Menuju Spiritualitas

Pencarian kebenaran melalui sains semakin mengantarkan ilmuwan kepada spiritualitas.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Banyak orang, terutama di dunia Barat, yang beranggapan bahwa sains dan spiritualitas merupakan dua dunia yang berseberangan. Persepsi tentang pertentangan ini agaknya berasal dari masa Galileo Galilei (1564-1642), yang dengan gencar mendukung pandangan Nicolaus Copernicus (1473-1543) bahwa matahari merupakan pusat semesta dan bumi mengelilinginya. Pandangan ini berlawanan dengan pandangan yang dianut otoritas agama di Barat masa itu yakni bumi sebagai pusat semesta.

Pandangan bahwa sains dan spiritualitas (mencakup agama) di masa berikutnya diperkuat oleh argumen bahwa keduanya “bekerja” dengan metoda yang berbeda. Sains membutuhkan serangkaian penalaran dan pembuktian, sedangkan spiritualitas beranjak dari keyakinan bahwa terdapat kekuatan besar yang mengatur semesta ini. Ilmuwan seperti Richard Dawkins, seorang ahli biologi evolusioner, sulit menerima pandangan bahwa sains dan spiritualitas/agama dapat berjalan beriringan.

Namun, perkembangan mutakhir di Barat memperlihatkan penerimaan yang semakin besar terhadap kemungkinan keseiringan sains dan spiritualitas dalam pengertian pencarian nilai-nilai yang lebih dalam dari realitas yang tampak. Meski masih bergulat dengan agama formal, terutama ilmuwan di Barat merasakan sentuhan kesadaran yang lebih tinggi lewat pengalaman sains mereka.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tatkala fisikawan Werner Heisenberg merumuskan mekanika kuantum pada tahun 1925, di usia 24 tahun, ia mungkin belum membayangkan konsekuensinya. Ia sampai pada perumusannya yang mashur, Teori Ketidakpastian, yang membuat jagat fisika geger. Teori Ketidakpastian memang menyiratkan sejenis paradoks yang menunjukkan ketidakmampuan manusia memahami zat secara tepat.

Teori ini menyatakan bahwa (hampir) tidak mungkin untuk mengukur dua besaran secara bersamaan, misalnya posisi dan momentum suatu partikel. Namun, banyak fisikawan terdepan masa itu telah berusaha memahami lebih jauh implikasinya. Albert Einstein, yang ketika itu sudah menjadi ikon fisika modern dan lebih tua dari Heisenberg, geleng-geleng kepala menanggapi pemikiran Heisenberg. “Bagaimana mungkin Tuhan bermain dadu?”

Pada akhirnya, seperti halnya Einstein dan kemudian juga Heisenberg, banyak ilmuwan yang melampaui sains yang mereka tekuni dan memasuki wilayah kesadaran spiritualitas. Ketika memasuki wilayah atom yang amat-sangat kecil, para ilmuwan menemukan berbagai “keanehan” yang membuat mereka menyadari pasti ada sesuatu di balik semua gejala ini.

Astronom Carl Sagan, yang mengarungi dunia sains selama puluhan tahun, sampai kepada kesimpulan bahwa “sains bukan hanya sesuai dengan spiritualitas, tapi sains merupakan sumber mendalam spiritualitas.” Sementara itu, bagi banyak ilmuwan Muslim yang membuka jalan bagi penemuan sains Barat di masa Renaisans, spiritualitas telah mendasari sains sejak awal mulanya. Karena itu, di kalangan Muslim, tidak ada pandangan yang mempertentangkan sains dan spiritualitas/agama, sebab pencarian kebenaran melalui sains dilandasi oleh keyakinan spiritualitas.

Ya, itulah pengarungan yang dilalui oleh sebagian ilmuwan yang sampai pada jenjang yang lebih tinggi dalam memahami  realitas yang kasat mata, di samping mereka yang masih menampik spiritualitas sebagai tak bisa didamaikan dengan sains ataupun yang beranggapan bahwa keduanya berada di ranah yang berbeda dan tak perlu dibicarakan bersamaan. Namun, di balik kecenderungan spiritualitas itu, para ilmuwan mungkin belum sampai pada pemahaman yang penghujung--dan mungkin tidak akan pernah sampai. Sebab, seperti dikatakan oleh fisikawan Max Planck (1858-1947): “Sains tidak mampu memecahkan the ultimate mystery of nature. Sebab, ... kita sendiri adalah bagian dari alam semesta dan karena itu bagian dari misteri yang tengah kita coba pecahkan.” ***

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB

Terkini

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB