x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Menghidupkan Kata, Merawat Bahasa

Kata perisakan ditawarkan jadi padanan arti kata bullying. Akan bernasib seperti mangkus dan sangkil?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 “For last year’s words belong to last year’s language. And next year’s words await another voice.”

--T.S. Eliot, Four Quartets

 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ketika membuka tempo.co kemarin (Kamis, 11 September 2014), saya menemukan kembali kata ‘perisakan’. Kalimat lengkapnya berbunyi seperti ini: “Seseorang berisiko mengalami depresi bila sejak usia kanak-kanak rutin mengalami perisakan (bullying) baik secara fisik maupun psikis oleh saudara kandungnya.”

Saya kurang tahu persis sejak kapan kata ‘perisakan’ digunakan dan siapa yang menggunakan pertama kali di ranah publik. Boleh jadi, Tempo-lah yang memulai, sebab ketika saya berusaha mencari kata perisakan dengan bantuan mesin Google, jumlah temuannya sangat sedikit dan merujuk kembali ke pemberitaan Tempo.

Malah, kata ‘perisakan’ diplesetkan oleh mesin Google menjadi ‘perikanan’. Karena kata ini masih jarang digunakan, mesin Google yang cerdas agaknya mempersepsikan ‘perisakan’ sebagai salah ketik dan sebagai gantinya mesin ini menyodorkan kata yang nyrempet-nyrempet, yakni perikanan dan perusakan.

Sudah menjadi kebiasaan awak media Tempo untuk memperkenalkan kata Indonesia sebagai ‘padanan pengertian’ dari kata asing yang sering kita pakai dalam percakapan sehari-hari. Kita sering memakai kata ‘bully’, yang bila tidak segera dicarikan kata padanan-pengertiannya dalam bahasa sendiri, bully (dalam bahasa Inggris) lama-lama bisa berubah wujud menjadi buli (dalam bahasa Indonesia). Ambil gampangnya, ambil jalan pintasnya.

Nah, awak Tempo mau bersusah payah menyusuri kata demi kata di kamus bahasa Indonesia untuk menemukan kata yang mengandung pengertian yang sepadan. Dan, seingat saya, ‘perisakan’ bukanlah kata pertama. Kiat merupakan kata yang dipopulerkan Tempo, yang pengertiannya sepadan dengan tricks (kalau saya tidak keliru) dan kemudian menjadi nama rubrik di Majalah Tempo.

Menariknya, tatkala saya mencari kata perisakan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) online, tidak ketemu. Yang saya temukan kata ‘isak’. Boleh jadi, perisakan merupakan ‘pengembangan’ kata isak yang diberi imbuhan ‘per’ dan ‘an’. Isak, menurut KBBI, berarti suara tangis yang tertahan-tahan, sedu-sedan. Proses ini merupakan kerja kreatif yang menarik dalam menemukan kata yang memiliki padanan arti dengan ‘bully’.

Saya kira, ‘menghidupkan’ kata-kata yang sejak lama sudah ada di perbendaharaan sendiri pantas diapresiasi. Inilah salah satu cara menarik untuk mengembangkan bahasa. Kata-kata yang ada di kamus sangat banyak, tapi kata-kata ini akan ‘mati’ bila tidak dipakai dalam percakapan maupun tulisan. Sebaliknya, kata-kata ini akan hidup dan berkembang bila dipakai di kantor, pasar, rumah tangga, sekolah, buku, risalah rapat, laporan perusahaan, ruang rapat, dan seterusnya.

Memperkenalkan kata Indonesia sebagai pengganti kata asing memang tidak mudah dan tidak selalu berhasil. Dibutuhkan ikhtiar yang terus-menerus agar telinga dan pikiran kita semakin terbiasa dengan “kata baru” ini. Ada contoh kata yang hingga sekarang sukar menempel di benak kita, di antaranya sangkil dan mangkus.

Sangkil merupakan padanan arti kata efficient, sedangkan mangkus padanan effective. Masyarakat hingga kini lebih mudah paham bila orang mengatakan “Cara kerjamu tidak efektif dan efisien,” ketimbang “Cara kerjamu tidak mangkus dan sangkil.” Nah, kata ‘perisakan’ akan teruji oleh waktu apakah akan menempel di benak masyarakat atau bernasib sama seperti mangkus dan sangkil, terbawa angin lalu.

Tapi, awak Tempo kan punya media, jadi edukasi bisa terus berjalan hingga sangat banyak orang terbiasa menggunakan, mendengar, dan memahami kata perisakan ketimbang bullying. Sembari membiasakan diri dengan kata perisakan, saya juga mereka-reka bagaimana kira-kira pengganti kalimat “Jangan suka mem-bully ya!” Apakah “Jangan suka mengisak ya!” atau “Jangan suka memperisak ya!” **

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu