Mengelola Pekerja Muda, Perusahaan Tak Bisa Pakai Gaya Lama
Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIBPerusahaan harus menyesuaikan diri dengan perubahan dan mengadopsi nilai-nilai generasi net.
"Each generation wants new symbols, new people, new names. They want to divorce themselves from their predecessors."--Jim Morrison (Musisi, 1943-1971)
Regenerasi selalu menjadi bagian penting bagi perusahaan. Ada siklus alamiah yang tak bisa dihindari: pekerja lama semakin tua. Perusahaan yang terus tumbuh memerlukan orang-orang baru untuk menggantikan pekerja yang pensiun dan menangani perkembangan bisnis yang meluas.
Anak-anak muda juga dibutuhkan oleh perusahaan karena alasan lain, yakni energi dan pikiran segar mereka diharapkan dapat memberi semangat baru bagi organisasi. Meskipun belum teruji dan masih kurang pengalaman, anak-anak muda lazimnya punya semangat besar untuk mempelajari hal-hal baru, berpikir lebih eksperimental, berani mengambil risiko, dan lebih nyaman dalam menggunakan teknologi. Dalam mendukung manajer senior, mereka dapat menjadi pasukan ujung tombak bagi ekspansi perusahaan.
Menarik bahwa anak-anak muda dari era yang dekat atau malah lahir di era Internet cenderung lebih terbuka dalam menerima perbedaan. Mereka pada umumnya lebih inklusif menanggapi isu perbedaan latar budaya, agama, bahasa, maupun pendidikan. Bagi anak-anak muda ini, keragaman dapat memperkaya kebersamaan dalam organisasi, keragaman berpotensi memperkaya perspektif dan pemahaman terhadap masalah yang dihadapi perusahaan.
Nilai-nilai inilah yang membuat mereka lebih nyaman dengan organisasi perusahaan yang relatif fleksibel, tidak kaku, dan tidak dijalankan di atas prinsip ‘command and control’. Pendekatan bergaya ‘top-down’ akan menemui hambatan bila diterapkan pada anak-anak muda ini, sehingga tidak efektif. Perusahaan yang masih didominasi generasi sebelumnya harus siap mengadopsi nilai-nilai baru ini agar anak-anak muda ini nyaman bekerja.
Struktur organisasi perusahaan, karena itu, harus adaptif terhadap perkembangan semacam ini. Di era industrial, lingkungan kerja bersifat hierarkis, rantai komandonya linier, dan setiap pekerja menjalankan tugas yang terbatas dalam lingkungan unitnya. Di era informasi, lebih pas bila perusahaan mengadopsi struktur berjejaring dan matriks. Rantai komando tidak lagi eksklusif dan bakat-bakat terbaik dari bagian manapun dapat berkontribusi.
Kolaborasi menjadi kata kunci yang melebur sekat-sekat antar bagian atau departemen dalam perusahaan. Anak-anak muda era sekarang cenderung bekerja bersama dengan rasa ingin tahu yang besar. Inilah yang mesti diwadahi. Hambatan bisa muncul dari birokrasi perusahaan yang bersifat hierarkis dan cenderung menghendaki keputusan tunggal.
Gejala tidak-nyambungnya keinginan pekerja muda dengan birokrasi perusahaan (yang bisa disebut gejala desinkronisasi) semacam itu mesti segera dibereskan. Lantaran zaman sudah berubah, manajer seniorlah yang harus berusaha beradaptasi. Manajer senior harus mempertimbangkan bahwa di masa depan perusahaan bakal dikelola oleh anak-anak muda ini, sementara ia sebentar lagi turun dari panggung.
Bagi karyawan, bukan hanya kompetensi khusus yang mesti dikuasai, tapi juga kemampuan interpersonal agar kolaborasi berjalan baik. Untungnya bagi perusahaan, anak-anak muda cenderung sudah akrab dengan teknologi tatkala mereka bergabung atau direkrut. Mereka tinggal diperkenalkan kepada teknologi yang memang khusus diperlukan dalam operasional perusahaan. Memandang teknologi sebagai tulang punggung perusahaan merupakan kekeliruan; manusialah tulang punggungnya, dan karena itu perusahaan mesti siap bekerja dengan cara-cara baru agar tidak terjadi desinkronisasi antara karyawan yang mayoritas anak muda dan lingkungan kerja.
Perusahaan-perusahaan yang didirikan oleh anak-anak muda, seperti Google, Facebook, ataupun Kaskus akan lebih mudah mengadopsi gagasan dan keinginan pekerja yang lahir pada era internet. Bagi manajer senior dari generasi sebelumnya, tantangannya ialah menyediakan lingkungan perusahaan di mana orang senang datang untuk bekerja dan dengan suka cita memberikan kontribusi terbaik bagi perusahaan. (foto: tempo.co) ***
Penulis Indonesiana
1 Pengikut
Di Musim Corona, Hati-hati Jangan Sampai Menghina
Selasa, 14 April 2020 05:33 WIBBila Jatuh, Melentinglah
Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler