x

Iklan

Ipul Gassing

Pemilik blog daenggassing.com yang senang menulis apa saja. Penikmat pantai yang hobi memotret dan rajin menggambar
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Berdiri di Pintu Manokwari

Cerita tentang Manokwari, ibu kota provinsi Papua Barat yang ternyata sangat indah dan memanjakan mata. Sayang saya baru berdiri di depan pintunya, belum sempat masuk hingga jauh.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Manokwari adalah kota yang didapuk jadi ibu kota provinsi Papua Barat yang mekar sejak tahun 1999. Kota ini membentang di sepanjang teluk Doreri dengan pegunungan Arfak di punggungnya. Kota yang terletak di bagian belakang kepala burung ini mempunyai luas 1.556,94 km2 dengan penduduk sekitar 99. 488 jiwa. Kota ini hampir sama dengan kota lain di Papua, menghadap ke laut dan memunggungi pegunungan.

Saya tiba di Manokwari sekitar jam 6 pagi setelah melewati perjalanan kurang lebih 4 jam dari Makassar. Rata-rata penerbangan menuju ke Papua memang harus ditempuh di malam hari, hanya beberapa penerbangan saja yang berangkat mulai pagi. Sudah dua kali saya harus terbang dini hari dan tiba di pagi hari, perjalanan yang membuat saya harus beristirahat seharian karena kepala berat akibat kurang tidur dan perbedaan tekanan udara.

Bandara Rendani sudah membuat saya terkagum-kagum. Tentu saja bukan karena struktur bandaranya yang megah, tapi karena pemandangan sekitarnya yang memukau. Bandara Rendai yang berjarak sekitar 7 KM dari pusat kota ini nyaris dikelilingi perbukitan yang tingginya sedang. Matahari yang baru bangun membuat pemandangan sekeliling terlihat begitu indah. Sinar matahari menyirami tubuh perbukitan itu, membuat warna hijau terlihat benderang, berpadu dengan warna birunya langit.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Manokwari ini menjadi kota yang sangat penting bagi Papua, karena di salah satu pulau dekat kota Manokwari yang bernama pula Mansinam terdapat jejak kedatangan dua orang penginjil dari Belanda dan Jerman bernama Ottow dan Geissler. Kedua penginjil itu mendarat tahun 1855, tepatnya 5 Februaru 1895 setelah sebelumnya mampir di Ternate.

Ottow dan Geissler adalah dua orang asing pertama yang berhasil membangun jembatan informasi dengan penduduk asli Papua yang kala itu masih hidup jauh dari peradaban. Dengan sabar kedua misionaris itu mengajari penduduk lokal sekaligus membawa fatwa injil. Kedatangan mereka jadi pertanda persentuhan pertama orang Papua dengan dunia yang lebih modern.

Sampai sekarang pulau Mansinam yang jadi pulau pertama yang dipijaki Ottow dan Geissler masih jadi pulau yang ramai dikunjungi wisatawan maupun para peziarah. Di pulau itu dibangun tugu untuk memperingati kedatangan Ottow dan Geissler. Selain itu ada juga gereja yang konon dibangun oleh kedua orang itu. Gereja itu tidak berubah sama sekali, hanya atapnya saja yang pernah direnovasi dan diperbaiki.

Di bagan atas pulau Mansinam, tepatnya di bagian perbukitan ada patung Jesus Kristus yang sangat besar. Patungnya kira-kira setinggi 30 meter, berdiri dengan tangan terentang ke samping dan menghadap ke daratan Manokwari. Di sekitar patung dibangun pelataran yang terawat, jalanan menuju patung itupun masih sementara dalam proses pengerjaan.

Setiap tahun di tanggal 5 Februari, pulau Mansinam selalu ramai oleh para jemaat yang berkumpul untuk berdoa dan merayakan masuknya injil ke tanah Papua. Wajar kalau semua tempat bersejarah yang menandai kedatangan Ottow dan Geissler itu dirawat dengan baik.

Untuk mencapai pulau Mansinam tidak terlalu sulit. Dari salah satu pelabuhan rakyat di Pantai Pasir Putih kita bisa menyeberang menggunakan taxi laut reguler, atau kalau taxi laut reguler sedang tidak ada kita bisa menyewa perahu bermotor milik warga setempat. Perjalanan ke pulau Mansinam hanya memakan waktu sekitar 10 menit.

Pulau Mansinam hanya satu dari sekian banyak wisata alam di Manokwari. Di hari yang lain saya dan teman-teman menginjakkan kaki di Pantai Pasir Putih, pantai yang sesuai dengan namanya. Pasirnya memang berwarna putih kekuningan dengan tekstur yang sangat halus. Di depan pantai ini lautan membentang luas dengan beberapa pulau yang berserakan. Di belakang sana pegunungan Arfak membentang luas, puncaknya ditutupi awan dan semakin menyempurnakan lukisan alam Manokwari.

Dua tempat itu hanya sebagian dari sekian banyak tujuan wisata di Manokwari. Sayang saya hanya punya waktu singkat di sana sehingga tidak sempat untuk menikmati semua wisata alam yang tersedia di ibu kota provinsi Papua Barat itu. Meski begitu, saya tetap merasa beruntung bisa mengunjungi Manokwari dan mencicipi sedikit keindahannya.

Ibaratnya saya baru saja mengetuk pintu Manokwari, belum sempat masuk jauh hingga ke dalamnya. Tapi dari pintu Manokwari saja saya sudah tahu betapa indahnya alam Papua. Mungkin di lain waktu saya harus kembali ke sana dan menikmati lebih banyak alam Manokwari. 

Ikuti tulisan menarik Ipul Gassing lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler